Kepala BNPT Ajak Elemen Bangsa Tak Jadi Pejuang Teroris Asing

oleh -55 Dilihat
oleh
Boy Rafli saat diwawancarai wartawan.

SURABAYA, PETISI.CO – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar mengajak seluruh masyarakat elemen bangsa yang ada di Jatim dan Indonesia pada umumnya mengisi dengan sebaik-baiknya perjuangan yang telah diberikan oleh leluhur kita. Bukan berpikir aneh-aneh lain yang justru kadang-kadang konotasinya membela negara lain.

“Hari ini beberapa elemen anak-anak muda bersama istri dan anaknya melakukan kegiatan-kegiatan sia-sia. Menjadi pejuang teroris asing dengan berangkat ke Irak dan Syiria,” katanya di sela acara Talkshow dan Ngopi Coi (Ngobrol Pintar Cara Orang Indonesia) di Surabaya, Rabu (21/10/2020).

Boy Rafli sambutan di acara Talkshow dan Ngopi Coi yang diadakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jatim.

Di sana, menurutnya, hari ini ditahan oleh otoritas setempat, perempuan dan wanita di tempat pengungsian. Itu realita akibat dari propaganda  jaringan kelompok teroris internasional. Dan hari ini pun, anak-anak, remaja-remaja kita ada diantaranya anak-anak muda yang sebenarnya punya potensi baik untuk mengisi alam pembangunan ini, tetapi harus ikut-ikutan melakukan kegiatan-kegiatan terorisme.

“Mereka mendirikan organisasi seolah-olah berjuang atas nama agama. Mudah-mudahan tidak ada dari Jatim,” ujarnya tanpa menyebut dari mana mereka berasal.

Pihak mengapresiasi Bakesbangpol Jatim yang menyampaikan ada penyuluh radikalisme. Merencanakan menatar ustad-ustad berceramah dengan konten islam rahmatan lilalami. Islam yang membangun ukuwah islamiyah, wasathiyah, wathoniyah. “Ini yang harus dibantu,” cetusnya.

BNPT sendiri, lanjutnya, kini sedang beramal ma’ruf nahi munkar agar pemikiran-pemikiran kemungkaran yang dilakukan oleh orang-orang tertentu di muka bumi tidak ada tempat lagi untuk melakukan aksi terorisme. Jangan melakukan aksi itu, merencanakan pun kalau bisa tidak dilakukan.

“Berpikir untuk menyakiti orang lain di NKRI yang beradasarkan Pancasila sudah tidak ada tempat. Jadi, ideologi terorisme itu pasti bertentangan dengan ideologi negara kita,” ujar mantan Kadiv Humas Mabes Polri ini.

Menurutnya, para pendiri bangsa, proklamator dengan seluruh alim ulama di Jatim ini, ada ulama besar, santri pejuang, seperti KH Hasyim Asyari menjadi pejuang melawan penjajah untuk menghapuskan segala bentuk penjajahan di republik ini. Peristiwa 10 Nopember di Surabaya, dengan tokoh Bung Tomo, yang telah mendapatkan gelar Pahlawan nasional. Perjuangannya itu, diakui oleh negara sebagai jerih payah melawan bentuk-bentuk penjajah.

“Nah, jihad yang hari ini kita laksanakan adalah mengisi alam kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya. Legacy yang diwariskan para pendahulu bangsa kita harus kita manfaatkan, mensejahterakan dan mewujudkan cita-cita proklamasi 1945, yakni mewujudkan negara yang adil, makmur, berdaulat, mandiri dan sejahtera,” jelasnya.

Di sisi lain, Boy Rafli menyebut ada sekitar 10 kasus ASN yang terpapar terorisme akhirnya dikembalikan kepada atasannya untuk melakukan pembinaan terhadap mereka. Sepuluh kasus itu terjadi dari tahun 2019 hingga 2020 yang sudah kita komunikasikan dengan atasan masing-masing dan tindakan administratif diberikan kewenangan kepada atasan.

Kasus tersebut, menurutnya, belum masuk ke rahan hukum. Namun, kalau sudah mengarah ke rahan hukum, misalnya cyber crime, itu otomatis sudah investigasi oleh reserse dari kepolisian. “Ada potensi mereka terpapar radikalisme. Sejauh ini, belum ada laporan angka pasti berapa jumlahnya dari Jatim,” tandasnya. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.