Kurikulum Berbasis Critical Thinking, Buka International Networking

oleh -289 Dilihat
oleh
Kampus The University of Arizona, Tucson, Arizona, Amerika Serikat/foto:tucson.com

Membentuk Generasi Indonesia Berdaya Saing Global

Oleh: Mochamad Makrup*

PADA 17 Agustus 2023, Indonesia akan memperingati HUT Kemerdekaan RI Ke-78 tahun.  Namun, pembangunan di bidang pendidikan atau SDM (Sumber Daya Manusia) di Indonesia masih belum “merdeka” atau jauh dari kata memuaskan.

Padahal di era industri 5.0– di mana  teknologi IoT (Internet of Thing)  untuk menggabungkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligent) dengan pikiran manusia–menuntut  SDM Indonesia berkualitas tinggi dan mampu berdaya saing global.

Didasarkan data World Bank 2020, Human Capital Index (Indeks Sumber Daya Manusia) Indonesia masih pada peringkat 87 dari 175 negara dengan nilai HCI (Human Capital Index) 0,54.

Rangking Indonesia masih di bawah negara Asia Tenggara, misalkan  Malaysia dengan skor, 0,62 rangking ke-55, Thailand, skor 0,6, rangking ke-65, dan Philipina,  skor 0,55, rangking ke- 84.

HCI merupakan indeks mengukur negara yang memiliki mobilisasi ekonomi dan potensi profesional  warga negaranya baik. Indeks juga menunjukan berapa besar modal suatu negara merugi karena  kekurangan pendidikan dan kesehatan pada warga negaranya. HCI  kali pertama dipublikasikan pada Oktober 2018 dan merangking 157 negara.

Kampus Sampoerna University di Jl. Raya Pasar Minggu, Kav. 16, Pancoran, Jakarta 12780/foto: sampoerna university.ac.id

Sedangkan, data UNDP, Human Develoment Index (HDI) 2021, Indonesia menduduki rangking ke-114 dari 191 negara., dengan skor, 0.705. Rangking ini naik dua angka dibanding tahun 2020, rangking 116.

Namun HDI Indonesia masih di bawah negara Asia Tenggara, seperti Singapura rangking ke-12, dengan skor, 0.803, Malaysia, rangking ke-62, skor, 0,803, dan Thailand, 0,800, rangking 66.

HDI  rangking 1 adalah negara Swiss, dengan skor, 0,962, kedua, Norwegia, skor 0,961, dan rangking ketiga,  Iceland (Islandia), skor, 0,959

Apa HDI? Adalah ringkasan  mengukur pembangunan manusia ( human development) di suatu negara.  Tiga aspek human development  yang diukur  kesehatan (health),  pendidikan (knowledge) dan standard hidup  (standard of living).

Data UNDP 2021, HDI (Human Development Index) Indonesia ranking ke-114 dari 191 negara/sumber: UNDP

Pada HDI 2021, negara-negara yang rangkingnya mulai 1 sampai  66 dikategorikan  “very high” HDI,  dan rangking  67 ke 115 masuk   “high” HDI, dan rangking  116 ke 159 masuk  “medium” HDI,  dan rangking 160 ke 191 masuk  “low” HDI. Indonesia sendiri masuk medium HDI.

Semakin tinggi HDI suatu negara maka kenyamanan negara semakin baik.  HDI tinggi suatu negara mengindikasikan negara ini memiliki standar hidup tinggi, jaminan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja yang baik.

75 TAHUN, 11 KURIKULUM

Baik HCI dan HDI mengapa Indonesia masih  kalah dengan Malaysia, Thailand? Menurut analisa penulis, Indonesia tidak fokus pada kurikulum pendidikan yang dibuatnya.  Indonesia  masih mencari-cari model kurikulum yang tepat untuk pendidikan dasar, menengah, dan universitas.

Indikasinya  setiap lima tahun pasca Pemilu,  ganti Menteri Pendidikan maka  dipastikan ganti  kurikulum.  Indonesia  sepertinya belum ada blue print besar kurikulum pendidikan berkelanjutan, yang  tidak bisa diubah meski ganti Menteri Pendidikan.

Data Kemendikbud,  Indonesia terhitung 11 kali ganti kurikulum. Itu dimulai sejak  pasca kemerdekaan hingga terbaru pada 2021-2022. Yakni

Kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran 1947),  Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran Terurai 1952),  Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964) Kurikulum 1968,  Kurikulum 1975,  Kurikulum 1984.

Selanjutnya, Kurikulum 1994 & Suplemen kurikulum 1999, Kurikulum berbasis kompetensi 2004 (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (KTSP), Kurikulum 2013 (K-13), dan Kurikulum 2021 (Kurikulum Merdeka).

Kurikulum 2013 yang pelajaran berbasis tematik diluncurkan ketika era Menteri Pendidikan, Mohammad Nuh, di era Presiden SBY pada Kabinet Indonesia Bersatu II ( 2009-2014).  K-13 itu sendiri dilaunching pada 2013 dan baru menyebar se-Indonesia  pada 2014 ketika masa presidensial SBY berakhir. Ketika era SBY, dua kali pergantian Menteri Pendidikan. Pertama, Bambang Sudibyo dan digantikan Mohammad Nuh.

Selanjutnya,  pada 2014,  era Presiden Joko Widodo, Anies Baswedan diangkat sebagai Menteri Pendidikan. Ketika kali pertama menjabat, Anies berniat mengganti K-13.  Namun belum sempat menggantinya, dia di-reshuffle digantikan Muhadjir Effendi  pada 2016. Saat  itu, masih berlaku K-13.

Bagaimana materi K-13? K-13, menitikberatkan pada pendidikan tematik.  Banyak buku teks,  SD saja setiap kelas terdiri 8 sampai 9 tema atau buku teks per satu tahun. Diriku, Keluargaku, dan Lingkunganku.  Pada kurikulum ini sepertinya pendidikan hafalan dihapus. Namun implementasi K-13 di sekolah agak membingungkan para guru. Fokus pada tema—tujuan siswa mau dibawa ke mana juga membingungkan. Sampai  berakhir 2021, para guru sepertinya ada yang bingung mengajarkannya.

Target kurikulum tidak jelas. Ranking siswa setiap peneriman hasil belajar siswa (raport) dihapus dan penilaian secara angka tidak ada diganti dengan kalimat.

K-13 GAGAL, HASIL PISA 2018 INDONESIA JEBLOK

Apakah K-13 sukses bersaing secara global dibanding negara-negara internasonal? Gagal.  Mengapa? Data PISA  (Programme for International Student Assessment ) 2018, Indonesia ranking ke-73 dari 78 negara.

Dalam kemampuan membaca literasi, siswa Indonesia menunjukan skor  371 poin dan di bawah angka rerata nilai PISA negara anggota OECD yakni  487 poin.  PISA sendiri digelar oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang didirikan pada 1961. Organisasi melakukan  studi untuk sistem pendidikan lebih dari 70 negara (anggota OECD).

Ranking PISA (Programme for International Student Assessment) 2018 yang diinisiasi oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) dan Indonesia ranking ke-73 dari 78 negara/sumber: OECD.

PISA 2018  memasuki edisi ke-8 sejak PISA kali pertama digelar pada 1997.  Setiap tes PISA  fokus pada kemampuan siswa berusia 15 tahun yakni membaca (reading), mengerjakan matematika (mathematic), dan ilmu pengetahuan (science).

Skor  Indonesia pada PISA 2018 itu  turun 26 poin dibanding PISA skor 2015, 397. Menariknya, kemampuan siswa perempuan di PISA 2018 ini lebih bagus dibanding lelaki, angka statistik unggul 25 point dibanding lelaki. (Rerata anggota OECD, perempuan unggul 30 poin).

Kemampuan mengerjakan matematika siswa Indonesia meraih skor  379 poin dan ini di bawah angka rerata skor anggota OECD,  489 poin. Skor Indonesia ini turun 7 poin dibanding skor 2015, 386. Siswa perempuan pada 2018 ini unggul  10 poin dibanding siswa laki( Rerata skor anggota OECD unggul lelaki 5 poin dibanding perempuan).

Kemampuan siswa Indonesia mengerjakan soal-soal science dengan skor 396 poin. Ini di bawah skor rerata anggota OECD yakni  489 poin. Skor Indonesia ini turun 7 poin dibanding skor 2015, 403. Kemampuan siswa perempuan pada 2018  unggul 7 poin dibanding lelaki (Rerata skor anggota OECD, unggul  2 poin untuk perempuan).

Hasil PISA 2018 ini baru diumumkan secara resmi pada 3 Desember  2019. Data ini meliputi riset pada sekitar  600,000 siswa pada  79 negara anggota OECD, termasuk  China, yakni  Beijing, Shanghai, Jiangsu and Zhejiang. China menduduki rangking pertama dengan skor 555 (reading), 591 (methematic), dan 590 (science).

Rangking dua, Singapura,  menyusul kemudian, Makao, Hongkong, Estonia, Kanada, Finlandia, Irlandia, Korea Selatan, dan Polandia. Australia sendiri rangking ke-16 di bawah Jepang, Inggris. Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Swedia.

Khusus Indonesia, survei ini diikuti 12,098 siswa berusia 15 tahun dari 397 sekolah di seluruh Indonesia. Angka itu mewakili  3.7 juta siswa Indonesia yang berusia  15 tahun.

Skor Indonesia rangking ke-9 terendah di bawah empat negara Asia Tenggara yakni  Singapura,  Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Apa usaha Indonesia dalam meningkatkan PISA 2018 ketika PISA 2015 juga kategori di bawah skor 400?

Seperti ditulis theaseanpost.com, “Why Did Indonesia Fare Badly in PISA 2018? Pada  23 Juli 2018, Mendiknas saat itu  Muhadjir Effendy melakukan pertemuan  bilateral dengan Menteri Pendidikan dan Pelatihan  Vietnam, Professor Phung Xuan Nha di  Hanoi.

Pertemuan itu memperkuat komitmen dua negara untuk melanjutkan implementasi  memorandum of understanding (MoU) kerjasama pendidikan yang ditandatangani pada  23 Agustus, 2017. Harapan hasil pertemuan ,  bisa  memperkuat kerjasama di bidang pendidikan bagi kedua negara, khususnya pelatihan sekolah kejuruan dan meningkatkan kapasitas kemampuan guru.

Pada Agustus 2018, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berlangganan data base e journal scientific  yang bisa diakses oleh para peneliti, dosen-dosen,  mahasiswa dan  lembaga non pemerintah secara gratis. Biaya berlangganan tersebut  sekitar Rp 14,8 miliar untuk satu tahunnya–yang berharap bisa membantu para tenaga akademisi Indonesia untuk menghasilkan karya asli riset dan jurnal ilmu pengetahuan.

Namun, segala daya upaya itu ternyata hasilnya bisa dilihat di PISA 2018, skor Indonesia jeblok dibanding PISA 2015.

Laporan PISA menyebutkan sekitar 60 persen siswa Indonesia merasa guru-gurunya tidak pernah menolong mereka secara langsung bila ada kesulitan dalam belajar atau mengubah materi sesuai kebutuhan siswa.

Tambahan lagi, 65 persen mereka mengakui bahwa guru-gurunya jarang sekali memberikan feedback atau respon terhadap persoalan siswa.  Kuncinya harus reformasi sistem pendidikan antara lain rekrutmen dan pemilihan guru-guru berkualitas.

BUKTI KURIKULUM MERDEKA TUNGGU PISA 2025

Ketika jabatan kedua, Presiden Joko Widodo mengganti Mendiknas,  Muhadjir Effendi dengan Nadhiem Anwar Makarim, BA, MBA pada 2019. Nadhiem menurut presiden pilihan cocok. Dia mewakili anak muda dan tuntutan  era industri 5.0. Nadhiem sendiri adalah satu founder aplikasi Gojek Indonesia yang sudah jadi perusahaan unicorn Indonesia.

Bagaimana respon Nadiem terkait hasil PISA 2018? Nadiem menyiapkan lima strategi untuk menjalankan pembelajaran holistik demi mengembangkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul. Dalam rilis di laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ada 5 (lima) strategi yang dilakukan Nadiem.

Pertama, kepala sekolah dipilih dari guru-guru terbaik Strategi Transformasi kepemimpinan sekolah dilakukan dengan memilih generasi baru kepala sekolah dari guru-guru terbaik. Kemendikbud akan mengembangkan marketplace bantuan operasional sekolah (BOS) online. “Marketplace BOS online bertujuan memberikan kepala sekolah fleksibilitas, transparansi, dan waktu meningkatkan kualitas pembelajaran,” imbuh Mendikbud.

Kedua, mencetak generasi guru “baru” untuk meningkatkan kompetensi guru, Kemendikbud akan melaksanakan transformasi Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk menghasilkan generasi guru baru.

Ketiga, menyederhanakan kurikulum guru didorong untuk mengajar sesuai tingkat kemampuan siswa. Strategi ini akan dilakukan dengan cara menyederhanakan kurikulum sehingga lebih fleksibel dan berorientasi pada kompetensi. Selain itu, akan dilakukan personalisasi dan segmentasi pembelajaran berdasarkan asesmen berkala.

Keempat, AKM sebagai pengganti Ujian Nasional Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) akan digunakan untuk mengukur kinerja sekolah berdasarkan literasi dan numerasi siswa, dua kompetensi inti yang menjadi fokus tes

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim ketika menjelaskan Kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, Jumat (24/1/2020)/foto: Humas Kemendikbud.

Kemendikbudristek juga akan mendorong munculnya kurang lebih 10.000 sekolah penggerak yang akan menjadi pusat pelatihan guru dan katalis bagi transformasi sekolah-sekolah lain.

Pada  2022,  Kemendikbudristek di bawah Nadiem meluncurkan Kurikulum Merdeka. Esensi kurikulum ada kebebasan sekolah mendesign mata pelajaran yang cocok untuk para siswa didasarkan pada Kurikulum Merdeka.

Namun, Kemedikbudristekj juga menyiapkan buku-buku teks utama untuk siswa. Buku teks itu untuk SD balik ke mata pelajaran. Tidak banyak buku teks. Misalkan kelas 1 SD, hanya 4 buku teks utama untuk satu tahun. Yakni, Pelajaran agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika. Bila kelas 4, ada tambahan IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial).

Sedangkan, untuk universitas ada program Merdeka Belajar, Kampus Merdeka. Yakni program persiapan karier komprehensif untuk generasi terbaik Indonesia.  Kampus Merdeka adalah bagian dari kebijakan Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Yakni  memberikan seluruh mahasiswa kesempatan untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai langkah persiapan karier. Di sini, antara lain ada magang kerja bagi mahasiswa semester 5 yang dikonversi SKS (Sistem Kredit Semester) dan ada pertukaran mahasiswa dari PTS ke PTN dan sebaliknya.

Apa Kurikulum Merdeka bisa bersaing secara global? Kita tunggu hasil PISA 2022 atau 2025 nantinya. PISA sendiri digelar setiap tiga tahun sekali—yang seharusnya PISA ke-19 diumumkan pada 2021 namun diundur pada 2022.

Indonesia sepertinya  masih mencari solusi  kurikulum untuk pendidikan dasar, menengah dan universitas yang tepat.  Tujuannya nanti menjadikan SDM Indonesia berkiprah di global. Ini bukan pekerjaan muda. Mungkin membutuhan 5 sampai 20 tahun. Perubahan yang lebih baik harus diusahan terus.

KURIKULUM BERKIBLAT KE AMERIKA

Salah satu solusi membuat Indonesia maju, kurikulum pendidikan bisa berkiblat ke  ke Amerika Serikat. Mengapa?

Pertama, didasarkan U.S. Bureau of Labor Statistics, Amerika menempati urutan pertama sebagai negara yang memiliki sistem pendidikan serta kurikulum terbaik di dunia. Selain itu, The World University  Rankings 2023 juga menyebutkan 7 dari 10 universitas terbaik di dunia ada di Amerika.

Kedua, sejarah pendidikan tinggi di Amerika sudah lebih dari 387 tahun. Suatu pengalaman pendidikan yang sangat lama—yang bisa menyaingi hanya pendidikan di Inggris, Cambridge dan Oxford.

Kampus Harvard University di Cambridge, Massachusetts, Amerikat Serikat/foto:wikipedia

Sejarah pendidikan Amerika itu dimulai sejak didirikan Harvard College atau Harvard University. Harvard adalah universitas tertua di Amerika. Universitas ini pada 8 September  1636. Harvard  secara resmi didirikan secara voting oleh legislatif pemerintah koloni Masschusetts Bay (Great and General Court of the Massachusetts Bay Colony).

Universitas tertua kedua adalah   College of William & Mary yang didirikan oleh Pemerintahan Virginia pada 1693. Univesity of Pennsylvania School of Medicine di Philadelpia adalah universitas kedokteran pertama di Amerika pada 1765.

Pada 1861, Yale University  menjadi universitas pertama di Amerika yang membuka program S3, Phd. Bersamaan itu, MIT (Massachusetts Institute of Technology) merupakan perguruan tinggi negeri yang bidang studinya konsentrasi pada science dan technology.

LULUSAN PhD AMERIKA 1,2 PERSEN,  INDONESIA, 0,02 PERSEN

Berapa lulusan doktor atau Phd di Amerika? Jumlah lulusan Phd di Amerika kurang dari   2 persen  dari populasi Amerika (50 negara bagian, total populasi 3.275 juta pada 2020). Tepatnya sesuai  US Census Bureau, hanya 1,2 persen dari total populasi. Ini menjadi lulusan PhD langka.

Berapa lulusan PhD di Amerika per tahun? Pada tahun akademik 2019/20, sekitar   85,230 laki-laki dan 104,950 perempuan menyelesaikan PhD. Diproyeksikan pada tahun akademik  2030/31, jumlah lulusan meningkat 88,000 untuk laki-laki  and 133,000 untuk perempuan.

Bagaimana lulusan doktor di Indonesia? Tidak banyak warga negara Indonesia yang berhasil meraih gelar pendidikan hingga jenjang S3. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, hanya ada 59.197 jiwa penduduk Indonesia tercatat berpendidikan S3. Jumlah tersebut hanya 0,02 persen dari total penduduk Indonesia 272,23 juta.

Jawa Barat, warganya bergelar doktor tertinggi di Indonesia yakni 13.133 jiwa. Angka mencapai 22,19 persen dari total penduduk Indonesia . Ranking kedua, Jawa Timur  yakni mencapai 7.493 jiwa.

15 negara dengan lulusan doktor atau PhD terbanyak, Indonesia ranking ke-13/sumnber: OECD.

Diikuti DKI Jakarta sebanyak 7.102 jiwa, kemudian Jawa Tengah terdapat 3,816 jiwa, dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 3.660 jiwa.

Meski demikian, Indonesia harus berbangga terkait lulusan doktor. Menurut data OECD 2014, data jumlah lulusan doktor di Indonesia menempati rangking ke-13 terbanyak dari 15 negara di dunia. Indonesia tercatat ada 3.591 doktor. Rangking pertama Amerika, 67.449, kedua, Jerman, 28.147, dan ketiga, Inggris, 25.020 doktor.

INDONESIA TERTINGGAL 213 TAHUN

Dibandingkan Amerika, sejarah pendidikan tinggi Indonesia tertinggal 213 tahun.  Itu bila  sejarah pendidikan di Indonesia berusia 174 tahun.  Itu dihitung sejak didirikan universitas pertama di Indonesia yakni  Universitas Indonesia (UI) pada  1849.

Di masa pendudukan Belanda, perguruan tinggi UI itu sebelumnya bernama Dokter Djawa School Batavia. Karena tonggak sejarah yang panjang ini, tak jarang UI dinobatkan sebagai universitas pertama di Indonesia. Akan tetapi, baru pada 2 Februari 1950 universitas negeri tertua di Indonesia ini menyandang nama Universitas Indonesia.

Universitas tertua kedua di Indonesia yakni Universitas Airlangga (Unair). Pada  2 Januari 1849, berdiri  Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS), sebuah sekolah pendidikan dokter pribumi di Surabaya. Sekolah pendidikan dokter inilah yang menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran Unair.

Kampus Unair sendiri resmi berdiri pada 10 November 1954. Seiring waktu, salah satu kampus tertua di Indonesia ini telah berkembang pesat dan sekarang menempati tiga lokasi yang berbeda, yaitu kampus Unair A, B, dan C.

Namun bila, Belanda memberikan kesempatan pribumi  bersekolah tinggi maka usia pendidikan di Indonesia, 122 tahun. Indonesia tertinggal 265 tahun dibanding sejarah pendidikan tinggi di Amerika.  Itu dihitung sejak Ratu Belanda Wilhelmina meluncurkan kebijakan Politik Etis dalam pidato tahunannya pada 1901. Politik Etis ini (yang merupakan pengakuan bahwa Belanda memiliki utang budi kepada orang pribumi Nusantara) bertujuan untuk meningkatkan standar kehidupan melalui pemberian pendidikan.

Namun secara kritis, politik Etis ini juga  bertujuan melanggengkan kolonialisme Belanda di Indonesia. Pendekatan kekuasaan  rezim kolonial pada penguasa pribumi di daerah-daerah yang dulu dikuasai VOC  maka sistem feodal lama tetap dipertahankan dan bahkan sengaja dipelihara.

Salah satu alasannya ialah untuk menjamin kesetiaan penguasa pribumi sebagai bagian dari sistem yang lebih besar. Selain itu juga untuk menutup kekurangan tenaga personil di daerah jajahannya.  Ini kemudian dapat diatasi dengan memberikan pendidikan kepada kalangan terbatas elit pribumi (Zed, 1991) yang diluncurkan  Politik Etis.

CRITICAL AND ANALYTICAL THINKING  KURIKULUM

Ketiga, kurikulum di Amerika didasarkan pada penalaran atau  critical and analytical thinking. Pendekatan kritis sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari- hari. Tanpa kritis, kita tidak bisa merdeka dan menikmati hidup. Tanpa kritis juga, kita tidak bisa menikmati kemajuan teknologi dan multimedia seperti saat ini.

Pernyataan kritis sebenarnya diawali dengan kata tanya mengapa?  Mengapa burung bisa terbang—akhirnya ditemukan pesawat. Mengapa ikan bisa berenang di dalam air, akhirnya ditemukan kapal dan kapal selam.

Hanya kata tanya “mengapa?” bisa jadi itu membedakan kurikulum pelajaran di Amerika Serikat dan di Indonesia.  Pertanyaan itu merupakan dasar pemikiran kritis.

Dari kiri ke kanan Ahmed Kurnia, Direktur Sekolah Jurnalisme Indonesia & Redaktur Infopublik, Atal S. Depari, Ketua Umum PWI Pusat, Dr. Wahdi Yudhi, Rektor Sampoerna University, Farrah Mahdaly, Student & Alumni Affairs Manager Sampoerna University, dan Andhika Sudarman, Founder & CEO Deall Jobs saat Media Briefing Kick Off Bright Future Competition – Journalist Content Competition dengan tema “Generasi Indonesia yang Mampu Berdaya Saing Global”, (16/1/23)/foto:istimewa.

Mengutip wawancara Andhika Sudarman, Founder & CEO Deall Jobs dan Sejuta Cita yang juga alumni  Sampoerna University double degree  dengan Universitas di Amerika Serikat,  mengatakan dasar kurikulum Amerika adalah analytical and critical  thinking—dimulai dengan pernyataan mengapa.

‘’Kurikulum Amerika tidak mengutamakan pelajaran hafalan tanggal dan tahun. Tapi mengutamakan analytical and critical thinking terhadap suatu kasus permasalahan. Mengapa sampai terjadi ini dan itu,” kata Andi saat press conference saat Sompoerna University bekerjasama dengan PWI menggelar Journalist and Blogger Competition bertemakan Bright Future, Generasi Indonesia yang Mampu Berdaya Saing Global” pada 16 Januari 2023.

Lebih lanjut dia mengatakan, ketika menjelaskan Perang Diponegoro yang penting diajarkan ke siswa atau mahasiswa adalah mengapa terjadi perang Diponegoro, mengapa Diponegoro lari ke hutan, dan mengapa Diponegoro dikucilkan dari pihak kerajaan Mataram saat itu.

“Sedangkan, tahun terjadi perang yakni 1825-1830—bukan hal yang penting. Tapi  kurikulum di Indonesia, tanggal dan tahun justru penting,” jelas Andi yang diberi kesempatan oleh salah satu ivy league university di Amerika untuk memberikan pidato kelulusan pada 2020. Dia satu-satunya orang Indonesia yang memperoleh kesempatan tersebut.

Sampoerna University berkolaborasi  dengan Univesity of Arizona sangat tepat sekali.  Sampoerna University memberi kesempatan bagi mahasiwa untuk penyelesaian kredensial di Indonesia atau melakukan transfer kredit  ke Amerika tanpa harus meninggalkan Indonesia.

University of Arizona sendiri  didirikan pada  1885 oleh legislatif ke-13 Arizona Territorial. Ini universitas pertama  di Arizona Territory.  Universiras ini masuk dalam  Association of American Universities dan  the Universities Research Association

Mahasiswa bisa belajar dari Arizona  dan   SU (Sampoena University). Bisa mengakses sumber daya  Arizona and SU. Dan, menjadi bagian jaringan atau network 295.000 alumni Arizona di seluruh dunia.  Mata kuliah yang inovatif menjadikan mahasiswa siswa bertarung di kancah global.

University of Arizona rangking ke- 69 dari lebih 20,000 universitas di dunia. Ini didasarkan Center for World University rankings. Arizona’s Eller College of Management  sendiri masuk  top 20  Universitas S1 di Amerika –untuk program public business.

Pada 2012, penulis sendiri berkeinginan belajar di universitas di Amerika yakni master degree of journalism.  Kesempatan itu pernah ada. Penulis terpilih sebagai alternate candidate Fulbright Scholarship for Master Degree of Journalism atas sponsor Aminef-Fulbright. Namun karena IBT Toefl penulis hanya 78  kurang dari yang dipersyaratkan 90, kesempatan itu gagal.

CRITICAL THINKING JUGA DI AUSTRALIA

Pengalaman Andi seperti yang dialami penulis. Ketika itu penulis  mengikuti program Pertukaran Pemuda Indonesia-Australia (Australia-Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) )pada 1993-94 , penulis memilih magang kerja sebagai guru Bahasa  Indonesia di Millmerran State School P-10, 19 Simmons St,  Millmerran, Queensland (Qld) 4357, Australia. Program ini disponsori Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia dan AII (Australia Indonesia Institute).

Sampai saat ini program  AIYEP  berlangsung dan digelar setahun sekali. Peserta mahasiswa yang duduk di semester 2 dua ke atas. AIYEP bisa jadi latihan para pemuda Indonesia berkiprah di dunia internasional dan menjalin link internasional.

Saat itu,  penulis mengajar di kelas tiga. Apa yang diajarkan oleh guru kepada para siswa? Ini yang menarik.   Karena sistem pengajaran seperti ini ketika itu di Indonesia belum ada.

Guru meminta anak-anak mengumpulkan sesuatu dari alam, di lingkungan sekitar rumahnya. Mereka diminta membawanya ke sekolah dan menerangkan barang apa yang dibawanya di depan kelas.

Esoknya, seorang anak membawa sebongkah batu kali kecil. Dia dengan lancar menjelaskan kronologi bagaimana memperoleh batuan tersebut dan termasuk jenisnya di depan kelas.  Setelah penjelasan usai, guru meminta siswa lainnya menanyakan terkait penemuan batu itu. Ada diskusi interaktif soal penemuan batu.

Sejak di kelas awal SD, anak-anak Australia sepertinya sudah terbiasa diajarkan riset, berpikir kritis (critical and analytical thinking), dan curious (rasa keingintahuan tinggi). Ini yang menjadikan Australia meski tanah luasnya dan gersang namun bisa menjadikan negara ini maju.

Ya, gersang. Di Millmerran adalah kawasan desa. Letaknya sekitar 213 kilometer atau 2,5 jam perjalanan dari Brisbane, ibu kota Qld. Bila Anda memasuki kawasan desa, kiri kanan hanya ada tanaman gum tree seperti pohon Akasia, dan gandum. Bila gandum sudah panen, maka akan dibakar. Lahan gandung berubah hitam merangas.

Kondisi cuacanya juga ekstrem. Di kala siang sangat  terik sekali. Bila malam hari, dingin sekali. Jarang orang cangkruk atau kongkow di depan rumah atau pojok kampung. Suasana itu hanya ada di Indonesia. Di Australia sepi sekali.

Sebagian besar warga desa ngopi hanya di akhir minggu. Di desa penulis itu,  ada semacam bar, di situ ada  satu meja billiard dan ada  tiga mesin rollet seperti di Las Vegas. Kita masukan uang koin 1 dollar dan kita tekan tuas, mesin berproses dan bila beruntung uang keluar puluhan dollar.

Di Millmerran juga kawasan desa lainnya, untuk menanam seperti sayuran atau bunga-bunga yang hijau–harus memakai rumah kaca atau green house. Beda dengan di Indonesia. Seluruh alam sudah green house. Tinggal tanam, tunggu dan tumbuh. Kita harus bersyukur hidup di negeri ini. Negeri tanah surga.

Pertanyaannya mengapa Australia lebih maju dibanding Indonesia? Padahal penduduknya 25, 7 juta  (2021) dibanding Indonesia, 275,672 juta di tahun yang sama. Dimungkina karena kurikulum pendidikan yang ada belum siap menempa SDM bersaing di dunia global.

GLOBAL VALUE CHAINS  (GVC)

Bersaing di dunia global tak hanya pendidikan, tapi juga bisnis. Masih banyak bisnis global belum tersentuh Indonesia, salah satu bentuknya  GVS (Global Value of Chains).

Laporan World  Bank, World Development Report 2020, Trading for Development In The Age of Global Value Chains—dijelaskan seluruh dunia, proses pengiriman barang dan jasa ke konsumen menjadi terspesialiasi pada tingkat derajat yang tidak bisa dibayangkan sebelumnya.

Fokus ke bisnis, negara produsen mengerjakan terbaik dalam pemasaran dalam negeri dan sisanya memakai oursourcing luar negeri.  Samsung memproduksi  handphone  ternyata spare part-nya berasal dari 2500 supplier di seluruh dunia. Salah satu negara suppliernya,  Vietnam.

Peta jaringan GVS 2015, Indonesia kategori pasif yakni masuk limited manufacturer/sumber: world bank.

Vietnam ternyata   memproduksi sepertiga  HP samsung. Produksi itu dikerjakan di Kota Thai Nguyen dan Bac Ninh. Dua dua daerah terkaya di Vietnam–dan tingkat kemisikinan turun secara dramatis. Proses produksi tersebut disebut  GVC (global value chains).

Pada 2020,  GVC ada di persimpangan. Pertumbuhan drop sejak 2008 karena ada krisis ekonomi.  Tapi ketika  pertumbuhan GVC naik,  bisa menguasai 52 persen dari perdagangan dunia.

Sebab lain, pertumbuhan GVS slow karena negara-negara maju menggunakan  otomatisasi dan teknologi saving labor yakni printing 3D. Ini mengurangi mereka produksi spare part di luar negeri. Namun, GVS di negara berkembang masih terbuka lebar.

GVC  adalah suatu rangkaian tahapan (stage) dalam produksi produk atau jasa untuk dijual ke konsumen. Setiap tahapan memiliki nilai tambah—dan sedikitnya dua tahapan ada di negara berbeda. Contoh sepeda dirangkai di Finlandia, suku cadangnya (spare part) dari Itali, Jepang, dan  Malaysia dan bentuk jadi barang di-ekspor ke Mesir. Bentuk perdagangan dunia klasiks melibatkan dua negara, exportir dan importir.

Dalam map GVC 2015, data Indonesia masuk limitation manufacturing. Ini kesempatan enterpreneur,  generasi muda mencari pasar GVS di luar negeri. Hanya generasi muda memperoleh pendidikan dengan kurikulum bagus yang siap berkiprah di dunia global.

ICT INDONESIA MENJANJIKAN

Bisnis di dalam negeri di era industri 5.0 juga seksi. Potensi dalam negeri ini juga bisa ditawarkan di dunia global. Hasil Riset Empowering Indonesia 2023 menujukkan bisnis ICT ( information and communication technologies) sangat menjanjikan.

Apa yang menarik hasil riset?  Ternyata, diprediksi ekonomi  digital akan berkontribusi 14 persen pada GDP (Gross Domestic Product) atau PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia pada 2027.

Ekonomi digital diproyeksi menyumbang 14 persen GDP Indonesia pada 2027/sumber: riset empowering Indonesia.

Pada 2022, Indonesia berpenduduk 275 juta jiwa. Jumlah itu  menempati rangking ke-4 populasi terbesar di dunia. Dan, GDP Indonesia saat ini Rp 17.836 triliun dan menduduki ranking 17 ekonomi terbesar dunia. GDP 2022 tersebut didasarkan data World  Bank dengan proyeksi rata-rata pertumbuhan 5,1 persen.

Dari total penduduk Indonesia tersebut, ternyata 55 persen tinggal di Jawa. Kontribusinya ke GDP, 58 persen dari total GDP nasional, Rp. 17.836 triliun. Dan, 45 persen penduduk Indonesia tinggal di luar Jawa dan memberikan kontribusi GDP, 42 persen.

Menariknya hampir separuh penduduk Indonesia tinggal di perkotaan (urbanisation), yakni 57 persen. Mereka ini menyumbangkan 72 persen GDP nasional Indonesia. Sedangkan,  warga yang hidup di desa tinggal 43 persen dan menyumbangkan 39 persen GDP.

Dengan naiknya warga perkotaan, maka ada kenaikan jumlah warga kelas menengah di Indonesia. Pada 2016, penduduk kelas menengah hanya 52 juta. Namun, dan pada 2022, warga kelas menengah naik menjadi 74 juta. Ada kenaikan kelas menengah 22 juta. Kategori kelas menengah dilihat dari pengeluaran Rp. 6-12 juta per bulan.

Lebih lanjut menurut riset, populasi usai produktif (usia kerja) Indonesia 2022 yakni 189 jiwa. Namun yang diterima bekerja (employed workplace)  136 juta jiwa. Dari total employed workplace, 13 persen di antaranya berpendidikan tinggi (sarjana), 48 persen pendidikan SMA/SMK, dan 39 persen pendidikan dasar. Angka penganggurannya, 53 juta jiwa.

EKONOMI DIGITAL INDONESIA

Pada 2010, internet booming di Indonesia. Itu setahun sebelumnya ada pendirian Gojek dan Tokopedia. Pada 2011,  Indonesia merupakan pasar terbesar kedua di dunia bagi Facebook.

Pada 2015, pemerintah menerapkan Visi Indonesia 2045 yakni menempatkan digital dan teknologi sebagai tulang punggung percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada 2022, ekonomi digital Indonesia sudah menyumbangkan 8 persen atau Rp. 1.408 triliun dari GDP nasional 2022 (Rp. 17.836 triliun).

Diprediksi pada 2027, ekonomi digital Indonesia bisa kontribusi 14 persen atau Rp. 3.216 triliun terhadap total GDP nasional yang diproyeksikan Rp. 23.533 triliun.  Dengan catatan, ada pertumbuhan 5,7 persen per tahun sesuai Visi Indonesia 2045.

Penetrasi pemakai internet pada 2022 yakni 77 persen. Diprediksi pada 2027, jumlah ini naik menjadi 86 persen. Dan, pemakai internet (usia 15 tahun ke atas)  pada 2022, yakni 161 juta dan pada 2027 akan naik menjadi 190 juta.

Pada 2022, penetrasi UMKM  pemakai internet 30 persen dan pada 2027, diproyeksi akan naik menjadi 64 persen. Saat ini, warga Indonesia membelanjakan uangnya untuk IT, Rp. 300 triliun dan pada 2027, diprediksi naik menjadi Rp. 459 triliun.

Ternyata digitalisasi dan industrialisasi menciptakan banyak lapangan kerja informal dibanding formal job. Definisi informal job, antara lain pekerja lepas (freelance), majikan memiliki sedikit pekerja, dan majikan yang dibantu pekerja lepas.  Pada  2011, angka formal jobs 35 persen, informal job, 65 persen. Pada 2019, formal job, 43 persen, informal job 57 persen. Dan, pada 2022, informal, 60 persen dan formal, 40 persen.

Pada 2011, bidang pertanian, angka pekerjanya 37,8 persen dan pada 2022, turun menjadi 29,1 persen. Pekerja sales pada 2011, 18,1 persen dan pada 2022, naik menjadi 19,8 persen.

Digitalisasi ternyata juga mempercepat  pendapatan. CAGR (compound annual growth rate) atau rate of return (RoR) atau keuntungan bisnis ICT (information and communication technologies) tertinggi kedua  setelah bisnis gas dan oil. CAGR rate pendapatan netto bulanan bisnis 2016-2022, gas dan oil, 8,3 persen; ICT, 7 persen; keuangan dan asuransi, 6,5 persen, wholesale,retail trade, 6 persen, dan manufacturin, 5,8 persen.

SOLUSI

Para mahasiswa Indonesia jangan berputus asa untuk bisa berkiprah di ajang internasional. Jadi meski pendidikan di Indonesia belum maju seperti di Amerika, kita harus berdayakan diri sendiri.

Yang ada  biaya, bisa masuk di universitas double degree seperti di Sampoerna University. Yang tidak ada biaya bagaimana? Sekarang era new media. World in your hand. Dunia sudah ada di tangan Anda melalui handphone. Tinggal Anda banyak mencari beasiswa undergraduate atau graduate international di website-website. Internet seperti di hutan tinggal Anda pilih mana yang terbaik—tentu tidak hoax.

Pengalaman penulis, meski dari keluarga kurang mampu, penulis bisa memperoleh beasiswa AIYEP (Australia Indonesia Youth Exchange Program) dan tinggal 3 bulan di keluarga  angkat di Australia   dan 3 bulan sisanya dengan rekan-rekan pemuda Australia jalankan program di Indonesia.  Tentu itu harus dibekali kemampuan  bahasa Inggris yang mumpuni. Jadi ketika SMP atau SMA, perbanyak kursus Bahasa Inggris dan conversation in English.

Di era new media, bisa belajar  Bahasa Inggris bisa mandiri yakni melalui aps  atau website. Kita pun bisa pakai aps pertemanan terkoneksi by video face to face dan  berbicara Bahasa Inggris  dengan teman di negara lain. Malah bisa jadi konten youtube.

Perbanyak mencari sumber-sumber beasiswa luar negeri.  Di antaranya bila ingin ke Amerika Serikat bisa klik  www.aminef.or.id  dan bila ke Australia klik  www.australiaawardsindonesia.org . Namun sebelum klik website beasiswa  tersebut, Anda harus perbaiki kemampuan Bahasa Inggris dan biasakan  tes English internasional seperti TOEFL ITP atau IBT or paper base test dan  IELTS.  Capai dan perbaiki skor—bila sudah memenuhi skor silakan kirim aplikasi beasiswa ke luar negeri. Beasiswa dalam negeri LPDP dan Dikti juga bisa dicoba.

Anda juga bisa aktif di NGO overseas seperti NGO membidangi  climate change. Banyak sekali workshop-workshop yang mengudang wartawan atau penulis terkait climate change. Semoga tulisan ini bermanfaat.(#)

(*) Penulis adalah anggota PWI sertifikasi Wartawan Utama, Dewan Pers yang juga alumi Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) 1993-94.

No More Posts Available.

No more pages to load.