Kyai Busyairi Ingatkan Agar Waspada Upaya Wahabi Dalam Merusak Akidah Bangsa

oleh -148 Dilihat
oleh
Dosen Unnes, Dr. Drs. KH. A. Busyairi Harits saat memaparkan materi dalam kegiatan Pelatihan Penguatan Aswaja yang digelar PC Muslimat NU Kota Semarang

SEMARANG, PETISI.CO – Dosen Universitas Negeri Semarang (Unnes), Dr. Drs. KH. A. Busyairi Harits, MAg mengingatkan agar waspada terhadap upaya Wahabi dalam merusak akidah bangsa, khususnya dalam merusak akidah Nahdlatul Ulama (NU).

Kyai Busyairi yang pernah mengikuti al-maghfurlah KH. Abdurrahman Wahid memberikan contoh terbaru yakni kasus Pesulap Merah dengan Gus Samsudin dalam Pelatihan Penguatan Aswaja Muslimat NU Kota Semarang, di gedung majlis taklim NU Kota Semarang, Jl. Puspogiwang I/47 Semarang Barat, Kota Semarang, Rabu (12/10/2022).

Dalam kasus viral tersebut nampaknya satu sama lain saling bersitegang dan berlawanan akidah, namun pada ujungnya dimanfaatkan dengan upaya mengikis paham aswaja.

“Ini upaya Wahabi agar kita tidak percaya kepada ulama, tidak percaya dengan kitab-kitab salaf. Ini jelas arahnya agar tidak percaya pada para Kiai Nahdlatul Ulama,” jelasnya.

Kyai Busyairi lantas merunutkan sanad keilmuan Nahdlatul Ulama sampai dengan Nabi Muhammad dan jelas sesuai dengan hadits golongan yang selamat yaitu ahlussunnah wal jamaah. Nilai-nilai ahlussunnah wal jamaah harus ditegakkan dalam berbagai forum keagamaan para kader Nahdlatul Ulama.

“Terus ngikuti Nahdlatul Ulama sampai kepribadiannya juga sesuai dengan ajaran Nahdlatul Ulama dari sebelum tidur sampai sebelum tidur lagi,” ajaknya.

Kyai Busyairi lantas menerangkan sebagian dari perjuangan Nabi Muhammad yang diangkat sebagai utusan Allah Ta’ala untuk mengajarkan Islam bagi seluruh dunia.

“Hanya 23 tahun menyebarkan Al-Qur’an, menyebarkan Islam dan aswaja sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah,” tegasnya.

Kyai Busyairi juga menerangkan bagaimana bisa banyak amaliah yang diklaim tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadist. Menurut dia, banyak sekali praktik beragama yang telah menjadi kemasan praktis sebagaimana program sedekah jum’ah, kebiasaan bersalaman sesudah shalat dan lain yang praktiknya tidak sama persis dengan masa Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Kyai Busyairi pun menegaskan bahwa NU merupakan sebuah organisasi yang didirikan oleh ulama kharismatik dan jelas sanad keilmuannya. “NU bukan organisasi sembarangan, malati (memberikan laknat bagi yang merusak,-red),” pesannya.

Ketua PC Muslimat NU Kota Semarang, Hj. Muslimatin Djatmiko dalam sambutan pembukaan mengatakan, Islam dalam koridor madzhab ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja) terus disudutkan dengan dengan kajian-kajian golongan tertentu, terutama Wahabi yang mengklaim dirinya benar dan mengajak golongan lain untuk kembali pada ajaran Islam.

“Kita ini sudah menjalankan ajaran Islam sesuai yang digariskan yaitu ahlissunnah wal jama’ah,” kata Muslimatin.

Muslimatin menilai klaim tidak jelas tersebut harus direspons dengan penguatan kader agar tidak termakan isu yang tidal jelas tersehut.

“Ayo kita kembali ke Al-Qur’an dan Hadist. Lha kita ini jelas melandaskan sumber hukum utamanya Al-Qur’an dan Hadist kok disuruh kembali kepada Al-Qur’am dan Hadist. Ayo kita teguhkan kembali ajaran ahlussunnah wa jama’ah an-nahdliyah,” tegasnya.

Untuk itu, Muslimatin menghadirkan KH. Busyairi Harits sebagai narasumber yang bisa mencerahkan pemahaman aswaja. Sebab, kata dia golongan Islam yang selamat adalah golongan yang menganut ajaran ahlussunnah wal jama’ah. (lim)