Malam Puncak Dies Natalis ke 59, Luncuran Buku Sejarah Perkembangan Unej

oleh -292 Dilihat
oleh
Rektor UNEJ memberikan buku kepada Ibu Amaril Iswardhany, putri dr. R. Achmad Joedoleksono, rektor pertama Unej

JEMBER, PETISI.CORangkaian kegiatan dalam rangka peringatan Dies Natalis ke 59 Universitas Jember dipungkasi dengan acara Malam Puncak, Kamis (30/11) lalu. Dalam kegiatan yang digelar di gedung Auditorium itu, ada mata acara peluncuran buku sejarah perkembangan Universitas Jember, berjudul “Menyemai Kampus Kebangsaan, Menelisik Universitas Jember Periode 1957-2023”.

Tim penulis buku yang diketuai oleh Prof. Nawiyanto dari Fakultas Ilmu Budaya, memaparkan sejarah bagaimana PTN di ujung Pulau Jawa ini lahir, berkembang hingga mencetak beragam prestasi seperti saat ini.

Oleh karena itu banyak pelajaran yang bisa diambil oleh generasi penerus, mulai dari semangat pantang menyerah dan bekerja keras seperti yang dicontohkan tiga serangkai perintis Universitas Jember, dr. R. Achmad Joedoleksono, R. Th. Soengedi dan R. Mas Soerachman.

Sementara dari R. Soedjarwo kita bisa belajar bagaimana seharusnya seorang pemimpin memajukan pendidikan di daerahnya dengan semangat gotong royong. Ada juga bab mengenai bagaimana kiprah para rektor Universitas Jember yang berasal dari kalangan TNI-AD dalam memegang tongkat komando perguruan tinggi.

Kemudian diteruskan usaha para rektor dari kalangan sivitas akademika Universitas Jember membangun, membesarkan dan membawa Kampus Tegalboto menuju pentas dunia.

Maka banyak cerita menarik di balik pendirian Universitas Jember. Mungkin generasi muda saat ini tidak tahu jika sebelum menyandang nama Universitas Jember, ada beberapa nama alternatif untuk calon perguruan tinggi negeri di ujung timur pulau Jawa ini.

Ada yang mengusulkan nama Universitas Djoko Thole, Universitas Damar Wulan atau tetap memakai nama Universitas Tawang Alun saja. Namun usulan nama-nama tadi ditolak oleh Bung Karno, presiden saat itu. Akhirnya Letkol. Soedi Harjohoedojo yang saat itu menjadi direktur PT Perkebunan mengusulkan nama Jember sebagai nama perguruan tingginya.

Menurut Letkol. Soedi Harjohoedojo yang kelak menjadi rektor ketiga itu, nama Jember patut ditahbiskan sebagai nama perguruan tinggi mengingat nama Jember sudah mendunia berkat komoditas perkebunannya seperti tembakau, karet, coklat dan lainnya. Akhirnya nama Universitas Negeri Djember (UNED) pun disepakati. Bahkan produk perkebunan dan pertanian turut menghiasi lambang Universitas Jember.

Namun sejarah tak hanya tentang orang besar, sebab banyak tokoh kecil yang justru jasanya tak kalah besar. Sebagai contoh, mungkin tak banyak yang tahu siapa pencipta lambang Universitas Jember ? Pada saat menggali data dan informasi, tim penyusun mendapat informasi dari mantan Kepala Humas Universitas Jember, Imam Soebagio, jika pencipta lambang Universitas Jember adalah Ketut Sugama. Informasi ini diketahuinya sebab di tahun 1964 ada seminar nasional di Universitas Djember dan membutuhkan spanduk yang kala itu harus dilukis di kain bagor.

“Di tahun 1964 kebetulan saya sudah bekerja di UNED. Dan Pak Ketut Sugama yang  dikenal pintar melukis diminta membuat spanduk kegiatan sekaligus lambang UNED. Terbukti dikemudian hari Pak Ketut lantas terkenal sebagai pelukis Jember yang kelak juga mendirikan sanggar pelukis cilik bagi anak-anak Jember,” ujar Imam Soebagio saat itu ditemui tim penyusun buku.

Informasi ini lantas ditelusuri oleh tim penyusun kepada keluarga almarhum Ketut Sugama. Ternyata informasi ini dibenarkan oleh putri keduanya, Made Dianawati Ayakrawati.

“Memang Ayahanda kami pernah bercerita jika lambang Universitas Jember tersebut diciptakannya semasa menjadi mahasiswa. Namun sayangnya beliau tak pernah bercerita mengenai serba serbi di balik penciptaan lambang tadi,” ujar Made Dianawati yang kini membesarkan galeri peninggalan Ketut Sugama.

Kisah serupa juga disampaikan oleh Winardyasto Harikirono, putra almarhum Prof. Gunawan Hupoyo yang menciptakan hymne Universitas Jember bersama mendiang Soejono Soewondo. Menurut pria yang juga wartawan di sebuah koran di Jember ini, sang bapak memang dikenal sebagai pecinta musik, khususnya keroncong. Bahkan Pak Gun, begitu biasa dipanggil ikut aktif di grup keroncong di Jember yang rutin tampil di RRI Jember.

Maka tak heran jika Prof. Gunawan Hupoyo turut aktif terlibat dalam penciptaan hymne Universitas Jember. Sayangnya dirinya juga tak banyak tahu mengenai kisah di belakang penciptaan lagu yang selalu dinyanyikan di setiap kegiatan resmi di Kampus Tegalboto itu. Pasalnya sang bapak tak pernah bercerita mengenai hal ini.

“Cuman almarhum Bapak berpesan, jika punya hobi harus ditekuni sebab hobi bisa menjadi cuan,” ungkap Win yang juga suka berkesenian seperti main film, fotografi termasuk tampil di stand-up comedy juga. Darah seni yang menurutnya mengalir deras dari sang bapak.

Oleh karena itu, guna memberikan apresiasi kepada perintis, pengembang, pencipta lambang, lagu hymne, dan mars Universitas Jember, panitia turut mengundang perwakilan keluarga untuk menerima secara simbolis buku “Menyemai Kampus Kebangsaan, Menelisik Universitas Jember Periode 1957-2023”. Menurut Rektor Universitas Jember, tujuannya agar tali silaturahmi antara keluarga perintis dan pengembang Universitas Jember selalu terjalin dengan Universitas Jember.

“Agar generasi muda Universitas Jember bisa belajar dari keteladanan para pendahulu,” pungkas Iwan Taruna. (cah/iim)