Mengarahkan Alam Pikiran Kita

oleh -60 Dilihat
oleh

Oleh : Roudlon Fauzani*

Sifat kerja pikiran adalah menarik hal sejenis. Bila pikiran kita negatif, maka yang akan terus muncul di pikiran kita adalah hal-hal negatif, begitu juga sebaliknya.

Demikian statement Prof Dr Ibrahim Elfiky, seorang motivator muslim dunia asal Mesir. Kata-kata itu ditulis dalam bukunya yang best seller berjudul : How To Success dan Rich.

Terus terang, saya tiba-tiba ingin menulisnya, bukan bermaksud untuk menasihati orang lain atau siapapun, tetapi untuk menasihat diri saya sendiri. Kalau toh kemudian ada yang kebutulan membaca tulisan ini, dan merasa setuju atau tidak, saya minta maaf.

Tulisan Elfiky tersebut bukanlah kebetulan. Kalimat itu didapat setelah dirinya dilanda masalah besar hingga nyaris meninggal dunia. Juga diperkuat dengan hasil research bertahun-tahun di berbagai negara dalam kegiatan motovasi.

Saat mahasiswa baca buku tersebut, saya anggap angin lalu saja dan hanya dijadikan sebagai referensi belaka.

Tetapi, seiring dengan perjalan waktu dan usia, saya harus mengakui kalimat Elfiky tersebut benar-benar dahsyat. Itu bukan hanya kata-kata biasa. Paling tidak, itu menjadi jawaban atas misteri hadits Nabi yang melarang ummatnya agar tidak bersedih berlama-lama.

Maka, tak heran bila ada orang memperpanjang kesedihannya, yang datang bukan rasa puas menemukan kebahagiaan, tapi justru kesedihannya semakin dalam dan dalam. Bila tidak dihentikan, endingnya bisa-bisa stres dan sejenisnya.

Itu juga yang terjadi pada orang yang sehari-harinya ‘dibuat’ senang, makin hari makin senang dan makin senang. Hal-hal yang muncul di benak pikirannya adalah hal-hal yang menyenangkan.

Itulah yang disebut dengan kekuatan pikiran (the power of mind). Pikiran akan menarik hal-hal sejenis. Bila pikiran diarahkan ke hal negatif seperti mencari kejelekan orang lain, curiga, atau lainya, maka yang muncul di pikiran adalah hal sejenis. Pikiran kita akan terus diisi dan disuguhi informasi kejelekan orang itu.

Bila semakin larut, pikiran kita akan terus menerima hal-hal jelek tentang orang itu karena manusia memang tidak lepas dari salah dan dosa, seperti sabda Nabi. Orang tersebut seperti tidak ada baiknya. Semua jadi jelek, padahal sisi positifnya juga banyak.
Bila terus begitu, yang capek bukan orang yang dicurigai, tapi justru dirinya sendiri.

Sebab, kita semakin larut mencari tahu jeleknya dan semakin sensitif terhadap orang tersebut. Apalagi bila orang yang dijahati tiba-tiba memiliki sesuatu yang lebih dari kita. Maka tak jarang, kita sendiri menjadi mati ngenes, bukan karena kita kekurangan makan, tapi tidak rela melihat orang tersebut hidup enak, hidup bahagia, dan lainnya.

Maka, tak heran bila Nabi jauh-jauh hari sudah mengingatkan ummatnya agar tidak bersikap iri hati, dengki, dan hal negatif lainnya. Karena yang akhirnya rugi, bukan orang yang kita jahati, tapi justru kita sendiri. Bersikap positif dan lapan dada adalah anjuran Nabi.

Memaafkan orang yang berbuat salah ternyata bisa mengurarngi beban bathin, dari pada harus terus memendamnya di dalam hati yang justru membebani diri kita sendiri.

Begitu juga dengan orang yang mengarahkan pikirannya pada hal-hal positif. Pikirannya akan terus diisi dan disuguhi dengan informasi yang menyenangkan karena pikiran menarik hal sejenis, hal-hal positif.

Sama seperti orang tua baru punya anak pertama, yang datang adalah hal-hal menyenangkan, meski sehari harus seratus kali ganti pakaian karena diompoli (dikencingi).Tetap senang dan berfikir positif soal anaknya tersebut, maka pikirannya pun terisi dengan informasi-informasi menyenangkan soal anaknya. Beda dengan yang sudah mengarahkan pikirannya curiga, maka yang datang adalah informasi-informasi yang jelek soal orang itu.

Ini juga yang saya fahami dalam Al-Qur’an di Surat Ar-Ra’d, ayat (11):Allah tidak merubah nasib suatu kaum sampai kaum itu merubah nasibnya sendiri. Jadi, pikiran mau diarahkan pada hal-hal positif atau negatif, itu adalah sebuah pilihan. Kita sendiri yang berhak memilih karena pemilik pikiran adalah kita sendiri, bukan orang lain.

Yang berhak menentukan hidup kita, apakah mau enak, bahagia adalah kita sendiri, bukan orang lain. Semua diawali dari pikiran.

Untuk bahagia, kita tidak tidak harus menjelaskan pada dunia kalau kita ini bahagia. Alangkah capeknya bila menjelaskan pada semua orang menjadi syarat hidup enak atau bahagia. Apalagi harus menjelaskan pada orang yang tidak suka pada kita. Apapun yang kita katakan atau lakukan, akan selalu salah.

Yang bisa kita lakukan adalah menjelaskan kepada diri kita sendiri. Menata mindset kita sendiri. Kalau menjelaskan pada diri kita sendiri saja tidak bisa, bagaimana kita bisa menjelaskan pada orang lain????

Menjelaskan pada orang lain bukan berarti tidak penting, tetapi seringkali energi kita terkuras habis hanya untuk itu. Lebih baik energinya difokuskan untuk menata diri jadi lebih baik. Karena tidak sedikit dari orang-orang sukses, bukan berarti tanpa celah dalam prosesnya.

Begitu sudah sukses, para pencelah dan orang-orang yang dulunya tidak suka pun berdatangan dan mengaku sebagai teman. Itu fakta dan dialami banyak orang, sehingga kita tidak harus buang-buang energi hanya untuk menjelaskan pada dunia. Biarlah dunia sendiri yang menjelaskannya.

Maka, prihatin bila menyaksikan siapa pun yang sudah jauh-jauh datang dan bertemu dengan teman atau saudara, lalu membicarakan hal-hal jelek teman, saudara, atau atasanya. Apa tidak ada bahasan lain. Enak memang, apalagi yang dibicarakan jelek itu adalah orang yang tidak disukai.

Tapi tanpa disadari, pikiran kita menjadi negatif, dan kemudian menarik hal-hal sejenis. Hal-hal jelek terus mengisi pikiran yang ujung-ujungnya menjadi kepikiran. Tidur tak nyenyak, ketemu orangnya juga tak enek. Hidup pun jadi tidak lepas.

Yang sudah terlanjur, bukan berarti tidak ada alasan memulai hal baik, karena seburuk apapun masa lalu kita, masa depan tetaplah masih suci.

Saya juga tengah belajar. Menulis ini juga sebagai sarana belajar dan mengingatkan pada diri sendiri. Bagi yang kebetulan baca, mohon maaf bila tidak berkenan. Wassalam ..

*penulis adalah wartawan senior