Mengenal Nafsu Muthmainnah, Salahsatu Sifat Manusia

oleh -547 Dilihat
oleh

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Dijelaskan oleh Ibnu ‘Abbas, nafsu muthmainnah adalah nafsu yang membenarkan ketuhanan Allah. Sedangkan menurut Qatadah, nafsu muthmainnah adalah nafsu seorang mukmin yang yakin terhadap janji-janji Allah, tenang berada di pintu makrifat kepada asma dan sifat-sifatNya, yakin terhadap segala yang dikabarkan RasulNya, percaya atas apa yang terjadi di alam barzakh dan hari akhir. Karena yakinnya, ia melihat semua perkara yang dijanjikan Allah seakan-akan nyata dan berada di depan matanya.

Tak hanya itu, nafsu muthmainnah juga tenang dengan takdir Allah. Ia pasrah dan ridha terhadap segala ketentuanNya. Tak pernah mengeluh dan tergoyahkan keimanannya. Tak pernah putus asa atas rahmatNya. Tak pernah terlena dan terbuai atas segala pemberianNya.

Sebab, ia yakin apa pun yang menimpa terjadi atas izin dan hikmahNya:

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya,” (QS.At-Taghabun : 11)

Ketika nafsu tenang dengan Allah, tenteram dengan mengingatNya, berpulang kepadaNya, rindu berjumpa denganNya, bersandar pada kedekatanNya, maka itulah nafsu muthmainnah.

Keistimewaan lain dari nafsu muthmainnah adalah taat terhadap segala perintahNya, ikhlas dalam beribadah kepadaNya, murni mengharap ridhaNya. Tidak pernah menunaikan perintah Allah hanya karena hawa nafsunya. Tidak pernah taklid jika bukan di jalan yang hak. Tidak pernah tenang dengan sesuatu yang menentang perintahNya.Tak pernah menginginkan sesuatu yang bukan haknya. Demikian sebagaimana yang diungkap oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:

“Seorang hamba tidak akan mampu mewujudkan keimanan seterang-terangnya hingga ia mencintai sesuatu karena Allah dan membenci sesuatu karena Allah. Ketika seorang hamba sudah mencinta dan membenci karena Allah, maka dia berhak mendapat pertolongan dari-Nya. Disebutkan oleh Allah, ‘Sesungguhnya para waliKu di antara hambaKu dan para kekasihKu di antara makhluk-Ku adalah mereka yang berdzikir mengingatKu, sehingga Aku pun berdzikir mengingatnya,’” (HR. Ahmad).

Secara tidak langsung, hadits di atas membuktikan ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa dzikir dapat menenangkan hati dan jiwa:

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah, hati menjadi tenteram” (QS.Ar-Ra‘d : 28)

Atas dasar itu, hamba yang bernafsu muthmainnah akan beralih dari maksiat kepada taubat, dari ragu kepada yakin, dari kebodohan kepada pengetahuan, dari kelalaian kepada dzikir, dari khianat kepada amanah, dari riya kepada ikhlas, dari dusta kepada benar, dari lemah kepada kuat, dari ujub kepada rendah hati, dari sombong kepada tawadlu. Di sana nafsu muthmainnah berada.

3 Macam Nafsu Manusia yang Diabadikan dalam Al Qur’an

Perkara jiwa dan hati, pastilah hanya diri kita yang mengetahuinya. Jiwa merupakan sesuatu yang melekat dalam diri dan memerintah untuk melakukan sesuatu.

Namun, tahukah Anda ada tiga sifat jiwa dalam diri yang disebutkan dalam Alquran ?

Berikut tiga sifat dalam Alquran sebagaimana dirangkum dari buku ‘Belajar Mudah Memahami Hikmah’ karya Abinya Nasha.

  1. Al Ammarah bi suu’, yaitu suka menyuruh kepada keburukan. Kata tersebut bermakna bahwa jiwa pada dasarnya memiliki sifat yang cenderung melakukan keburukan. Maka dari itu, setiap orang pada dasarnya memiliki sifat untuk melakukan hal yang buruk.

“Dan aku (Yusuf) tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya jiwa itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali jiwa yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS Yusuf : 53)

  1. Lawwamah, yaitu menyesali diri. Dalam sifat ini, manusia sangat diwajarkan ketika merasa menyesal atas diri sendiri dan cenderung mencela dirinya. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah dalam surah Alqiyamah:

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).”

Nafsu Lawwamah, yaitu suatu keadaan di mana jiwa menyesali keadaan diri karena merasa kurang melakukan kebaikan dan menyesal atas keburukan yang dilakukan. Dalam hal ini, jiwa memiliki kesadaran akan hal itu.

  1. Muthmainnah, yaitu sifat jiwa yang memperoleh ketenangan. Menurut Ibnu Qayyim dalam kitab Ighatsat al-Lahfan min Masyayidisy Syaithan, apabila jiwa merasa tenteram kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala tenang dengan mengingatNya, dan bertobat kepadaNya, rindu bertemu denganNya, dan menghibur diri dengan dekat kepadaNya, maka ialah jiwa yang dalam keadaan muthmainnah. Seperti firman Allah dalam QS al-Fajr ayat 27-30.

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.”

Nafsu Muthmainnah adalah jiwa yang telah mendapat ketenangan; telah sanggup untuk menerima cahaya kebenaran sang Ilahi. Juga jiwa yang telah mampu menolak menikmati kemewahan dunia dan tidak bisa dipengaruhi oleh hal tersebut. Nafsu ini memuat pemiliknya merasa berpuas diri dalam pengabdiannya kepada Tuhan. Dia juga akan selalu berbuat amal saleh (kebajikan kepada sesama makhluk).

Nafsu Muthmainnah dapat diartikan sebagai nafsu yang disinari cahaya, sehingga dapat mengosongkan hati dari sikap tercela dan terhiasi dengan sifat terpuji. Nafsu ini dapat menciptakan ketenangan jiwa bagi seseorang.

Orang yang berada di tingkatan ini adalah orang yang sedang menuju ke taman Ilahi. Dapat ditemukan sifat-sifat yang terpuji dalam nafsu mutmainnah seperti dermawan, tawakal, ibadah, syukur, ridho, dan takut kepada Allah.

fimdalimunthe55@gmail.com

No More Posts Available.

No more pages to load.