Mengharap Rahmat Allah dan Tidak Putus Asa

oleh -436 Dilihat
oleh

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Di bulan suci Ramadan ini, sebagai seorang muslim, kita semua mengharap rahmat, ampunan dan pertolongan serta kemurahan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan, seharusnya pula kita selalu bersyukur atas apa yang sudah Allah berikan, keselamatan yang berupa pertolongan. Ketika kita diberikan kemudahan, karena itu semua merupakan kenikmatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharap nikmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 218)

“Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang-orang berbuat baik.”  (QS. Al-Araf: 56)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mewajibkan berbaik sangka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana wajib pula takut kepadaNya.

Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah bersabda: “Allah berfirman, “Aku tergantung prasangka hambaKu kepadaKu dan Aku akan bersamanya ketika ia mengingatKu.” (Mutafaq ‘alaih)

Tidak Putus Asa dari Rahmat Allah

Haram hukumnya bagi seorang mukmin untuk berputus asa dari Rahmat Allah dan karunia-Nya.

Dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, sesungguhnya Rasulullah bersabda:

“Andai kata seorang mukmin mengetahui siksaan yang ada di sisi Allah, tentu tak ada seorang pun yang tidak mengharapkan surga dariNya. Dan andai kata orang kafir mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah, maka tak akan ada seorang pun yang putus harapan dari surga Allah.” (Mutafaq’alaih)

“Ada tiga golongan manusia yang tidak ditanya di hari kiamat, yaitu; manusia yang mencabut selendang Allah. Sesungguhnya selendang Allah adalah kesombongan dan kainnya merupakan al-izzah (keperkasaan), manusia yang meragukan perintah Allah, dan manusia yang putus harapan dari nikmat Allah.” (HR. Ahmad Ath-Thabani dan al-Bazaar, al-Haitsami)

Para rasul tidak pernah putus harapan dari pertolongan dan jalan keluar dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mereka hanya putus  harapan dari keimanan kaumnya.

Allah berfirman: “Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdusta.”(QS. Yusuf: 110)

Maka, janganlah berputus harapan dari pertolongan Allah, tetap berprasangka baik kepada Allah. Tetap berpegang pada syar’iat Nya. (Disarikan dari kitab Muqawimat Nafsiyah Islamiyah, Bab 7, Halaman 107 )

Semoga kita istiqomah dalam mengharap rahmat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin…..

fimdalimunthe55@gmail.com

No More Posts Available.

No more pages to load.