Omah Boso, Lingkup Belajar yang Tercipta di Balik Kepedulian Sosial

oleh -92 Dilihat
oleh
Suasana belajar mengajar di Omah Boso

SURABAYA, PETISI.CO – Usia anak-anak, dimana masih perlu banyaknya pembelajaran yang menyenangkan serta penuh dengan perhatian, merupakan salah satu momen pembentukan karakter. Namun saat ini, para orang tua cenderung memberikan gadget kepada anaknya, dengan dalih supaya anak tidak mengganggu kesibukan.

Fenomena tersebut lambat laun mulai semakin menjalar di kalangan orang tua, khususnya di kota besar seperti Surabaya. Namun, untuk memangkas kegemaran anak-anak bermain gadget serta mengisi waktu luang dengan menambah pengetahuan, seorang ibu rumah tangga di kawasan Mulyorejo Tengah III Surabaya berinisiatif untuk membangun sebuah lingkup pembelajaran bagi para pelajar SD dan SMP.

Uchrowiyah Winarsih namanya, seorang yang diketahui sebagai pendiri dari lingkungan belajar Omah Boso, untuk anak-anak belajar bahasa Inggris tanpa dipungut biaya sepeser pun.

Dalam membangun lingkup belajar yang pas untuk anak-anak, ia menggunakan rumahnya sendiri dengan luas 4,5 kali 19 meter miliknya untuk tempat belajar bahasa inggris anak-anak yang tinggal di sekitarnya. Mimpi besarnya adalah, ingin membuat kampungnya dikenal seperti kampung Inggris.

Dirinya yang hanya sebagai ibu rumah tangga itu awalnya, prihatin melihat anak-anak di kampungnya selama pandemi Covid-19, hanya belajar via daring, kemudian bermain dan tidak memiliki kegiatan yang bermanfaat.

“Waktu pandemik saya lihat anak-anak zoom itu gak sampai dua jam sudah selesai, terus main gadget saya prihatin,” ujar Winarsih (49), saat ditemui di Kantor Kelurahan Mulyorejo, Sabtu (24/9/2022).

Winarsih mengatakan, ia membangun Omah Boso ini pada November 2021 lalu. Dari sana, ia mulai mengajak anak-anak di kampungnya untuk belajar bahasa Inggris. Meski Winarsih tak memiliki background pendidikan Bahasa Inggris, Winarsih hanya mengajar seadanya.

“Saya lulusan IKIP, saya dulu waktu SMA juga dapat nilai bahasa Inggris yang lumayan bagus,” ujarnya.

Winarsih pun mendapatkan kesempatan lebih besar, pada saat kampus dekat tempat tinggalnya mengirimkan mahasiswa untuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) di tempat Winarsih. Para mahasiswa itu membantu Winarsih mengajari anak-anak bahasa Inggris.

“Mahasiswi itu selain mengajar juga mengajak anak-anak bermain, kadang memberi hadiah susu,” kata Winarsih.

Karena itu, anak-anak yang awalnya datang hanya satu orang, kini sudah ada 22 orang yang rutin datang ke Omah Boso. Namun, mahasiswa yang sudah terlanjur dekat dengan anak-anak itu harus mengakhiri waktu KKN-nya. Kini hanya mengajar biasa sebagai volunteer, terkadang mereka tak datang, alhasil ia meminta bantuan ketua RW untuk membantu mengajar.

“Karena pak RW saya itu juga bisa bahasa Inggris,” paparnya..

Tak selamanya lingkup belajar kecil miliknya mendapat sanjungan. Terkadang, ia juga mendapat nyinyiran dari orang yang memiliki usaha bimbingan belajar. Pasalnya, Omah Boso tempat Winarsih itu tak memungut biaya sepeserpun.

“Saya dianggap mematikan rejeki mereka. Padahal saya kan cuma ingin anak-anak pintar,” papar Winarsih.

Ia mengaku tidak ada ambisi atau tuntutan apapun dalam melakukan sumbangsih pendidikan ini. Winarsih hanya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi semua orang disekitarnya. Terlebih, di kampungnya itu mayoritas adalah warga dengan kategori Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

“Saya merasa, saya gak punya apa-apa, buat bayar sekolah anak saja telat-telat. Tapi ini untuk bekal saya nanti (di akhirat), saya gak punya uang, saya ikhlas,” pungkas Winarsih.

Sekarang ini, Omah Boso telah dilirik oleh Kementrian Sosial Republik Indonesia. Universitas Muhammad Surabaya pun kini telah menandatangani kerjasama dengan Omah Boso, mereka akan membantu Omah Boso agar bisa berkembang, mulai dari mahasiswa yang akan membantu mengajar hingga menyiapkan silabus. (dvd)

No More Posts Available.

No more pages to load.