Partai Demokrat Hadapi Fase Ujian Berat Pasca KLB Deli Serdang

oleh -80 Dilihat
oleh
Surokim Abdussalam

SURABAYA, PETISI.CO – Partai Demokrat tengah menghadapi fase ujian yang lumayan berat pasca Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, beberapa waktu lalu. Sepertinya akan terus gaduh hingga 2024, sepanjang belum ada keputusan hukum mengenai keabsahan.

Hal itu dikatakan pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam kepada petisi.co di Surabaya, Jumat (12/3/2021), dalam menanggapi KLB yang digelar sejumlah mantan pengurus DPP Partai Demokrat. Dalam KLB ini, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko didapuk sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat.

Menurutnya, disatu sisi memang konflik di tubuh Demokrat, akan membuat Demokrat terus diperbincangkan. Hanya saja tone nya, akan menjadi negatif dan konsentrasi akan banyak di konsolidasi partai.

“Ini, bisa juga akan menganggu fokus demokrat dalam Pileg dan Pilpres 2024. Fase ini jelas menentukan bagi demokrat. Jika bisa lolos dan konsolidatif, tentu akan membuat partai ini punya sejarah,” ujarnya.

Sebaliknya, jika tidak lulus maka akan kian anjlok diklasemen bawah. “Itu sangat membahayakan demokrat. Demokrat harus lulus menjadi partai yang kuat dengan ujian ini,” kata peneliti Lembaga Surabaya Survey Center (SSC) ini.

Dalam sejarah, lanjutnya, perkembangan partai hal-hal begini akan sangat tergantung kepada persepsi publik. Dukungan publik akan menentukan eksistensi perjuangan partai demokrat ke depan.

“Harus diakui kali ini kubu KLB dan pak Moeldoko tidak cukup diuntungkan oleh momentum dan persepsi publik. Apalagi citra Demokrat juga masih sangat kuat dengan diri pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),” paparnya.

Jika SBY dan ketua umum DPP Partai Demokrat yang sah, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bisa memunculkan wajah demokrat baru yang kuat dan tegas serta tidak terlalu menyerang pak Jokowi, maka peluang Demokrat menghadapi  badai ini akan bisa lulus dengan baik.

“Sejauh ini, publik sedang menunggu demokrat muncul menjadi partai tegas, dan mampu menyelesaikan urusan internalnya dengan baik sebagai testcase untuk kepemimpinan mas AHY dan pak SBY,” tuturnya.

Di mata dosen komunikasi politik UTM ini, Demokrat sejauh ini adalah partai tengah yang masih memainkan peran sebagai oposisi pemerintah. Posisinya juga cukup strategis dalam konstelasi parlemen dan  Pilpres 2024.

Selain itu, kepemimpinan AHY dalam DPP Demokrat juga masih dianggap terlalu muda dan cepat untuk ukuran partai politik nasional, sehingga membuat iri banyak tokoh senior.

Hal ini jelas menggoda siapa saja untuk bisa merebutnya dengan berbagai cara. Selain itu, juga banyak faksi di Demokrat non Cikeas yang sedang menjauh juga dari Cikeas dan ingin menghantam balik faksi Cikeas.

“Bagaimanapun Demokrat dianggap seksi untuk kepentingan Pilpres 2024 yang dalam pandangan banyak faksi dianggap lebih mudah digoyang dan direbut. Faksi-faksi itu baik yang laten maupun manifest sedang menunggu pak SBY lengah untuk diambil kembali,” ungkapnya.

Munculnya KLB ini, tambah Surokim, menjadi pelajaran berharga untuk pak SBY dan Demokrat. Bahwa,  kepemimpinan partai di Indonesia itu harus benar-benar kuat dan mengakar agar tidak mudah digoyang dan diambil alih.

“Terlalu banyak kader senior di demokrat yang ‘kebelet’ merebut kekuasaan demokrat dari cikeas. Terlalu banyak juga kader senior yang kebelet kekuasaan dan ingin segera merapat ke pemerintah,” tandasnya.

Dalam pandangannya, semua usaha itu termasuk barisan KLB tidak akan semudah yang dibayangkan, apalagi kuasa simbolik Demokrat juga masih kuat ada pada diri pak SBY. Ini momentum berharga untuk Demokrat dan Cikeas konsolidatif menguatkan internal demokrat.

“Akan gaduh dalam setahun ini dan itu akan jadi ujian bagi Cikeas dalam mengendalikan partai ini. Untungnya masih ada pak SBY sebagai simbol dan bisa dijadikan simbolic power demokrat dimasa sulit,” jelasnya.(bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.