Pemprov Jatim Manfaatkan Lahan Kosong Untuk Tanaman Pengganti Beras

oleh -89 Dilihat
oleh
Gubernur Khofifah dialog secara virtual dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Grahadi.

SURABAYA, PETISI.CO Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim kembali membuat terobosan. Kali ini, pemprov Jatim akan memanfaatkan seluruh lahan kosong yang dimiliki untuk ditanami dengan tanaman-tanaman pengganti beras.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengaku sudah meminta seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Jatim untuk mengidentifikasi lahan kosong yang dimiliki. Lahan kosong tersebut, akan dimanfaatkan untuk menanam tanaman-tanaman pangan pengganti beras.

“Saya juga sudah berkoordinasi dengan Pangdam dan Kasdam V Brawijaya, karena mereka juga akan melakukan penanaman secara intensif berkaitan dengan ketahanan pangan,” katanya di sela acara Gerakan Diversifikasi Pangan Lokal 2020 bersama Menteri Pertanian yang dilakukan secara virtual di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (19/8/2020).

Menurutnya, masalah diversifikasi pangan ini sebenarnya sudah ada sejak era Presiden Soeharto dulu. Kita diingatkan lagi untuk melakukan hal serupa. Dan, pihaknya sudah memiliki format dalam artian banyak masyarakat yang mengurangi konsumsi beras dan menkonversi dari nasi ke misalnya vegetarian.

“Jadi kesadaran akan pola hidup sehat itu sudah mulai cukup kuat dan masyarakat juga memulai mengurangi karbohidrat yang berbasis beras. Ini akan menjadi pintu masuk kemungkinan diversifikasi pangan yang lebih luas,” ucapnya.

Usai acara, gubernur Khofifah menyempatkan diri memberikan keterangan pers.

Gubernur menjelaskan juga bahwa industri yang memiliki kontribusi sangat besar terhadap PDRB Jatim adalah produk makanan dan minuman (mamin) sebesar 33 persen. Jika kita berkeliling ke expo olahan pangan non beras banyak yang harus memanggil memori kita, misalnya tales, ganyong yang sudah jarang kita dengar.

“Artinya ada panggilan memori untuk mengenal lagi bahan-bahan pangan non beras yang sekarang didisplay ini. Jika diteruskan secara signifikan, tentu akan mengurangi impor gandum, karena kita belum menanam gandum dan bagaimana Pemprov Jatim bisa memasyarakatkan seluruh produsen.

“Terutama, ultra mikro dan mikro dari sektor UMKM supaya bisa menggunakan bahan baku lokal masyarakat petani kita untuk menanam tanaman seperti Ganyong, Tales, Jelarot, Garut dan lain sebagainya mejadi penting untuk kembali digali. Di Kementrian Pertanian sendiri, ada slogan tanam, petik, olah dan pengemasan kemudian akses pemasaran,” jelasnya.

Pihaknya bersyukur di Jatim setiap minggu sudah ada yang bisa ekspor Tiwul dan Gatot ke Singapure, Malaysia, Taiwan dan Hongkong. Hal ini tentu akan mempengaruhi bahwa diplomasi Jawa Timurannya terasa banget. “Nasionalisme yang dibangun lewat makanan ternyat juga penting,” tandasnya. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.