Penari Tobong Thailand, Musik Tadisional Galing dan Wayang Jemblung Tampil di Festival Kelud 2017

oleh -46 Dilihat
oleh
Festival Kelud 2017

KEDIRI, PETISI.CO –  Pemerintah Kabupaten Kediri kembali menggelar ‘Tobong Art Performance’ untuk tahun kedua dalam rangkaian Festival Kelud 2017, Kamis (28/9/2017) malam.

Pada pagelaran hari pertama dimeriahkan dengan penampilan penari tobong asal Thailand yang berlangsung di Lapangan Sanding, Desa Babadan, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

Penari dari Bangkok itu bernama Dhanaketpisarn (53). Dia sempat membuat kagum para pengunjung yang datang di Lereng Gunung Kelud tersebut.

“Saya bersemangat saat perform di panggung tobong unik ini,” kata Dhanakeetpisarn usai tampil.

Tim Panitia Tobong Art Performance memang sengaja mendesain panggung secara khusus. Dengan memanfaatkan potongan kayu yang disusun menjadi panggung pentas seni. Keunikan panggung ini juga didukung dengan pencahayaan dari lampu lighting yang memukau.

Selain tarian tobong, malam ini juga ada penampilan Musik Galing. Kesenian musik menggunakan alat tradisional. Alat musik dari bambu ini dimainkan oleh masyarakat lokal dengan jumlah personil antara 10-12 orang.

“Penampilan terakhir adalah Wayang Jemblung dengan tema Gugah Kelud. Tujuannya tak lain untuk menggugah semangat masyarakat paska meletusnya Gunung Kelud. Dalam pertunjukkan ini terjadi kolaborasi antara masyarakat, seniman dan Tim Tobong Art Performance untuk nyengkuyung bersama alam dan budaya lokal,” ungkap Panitia Tobong Art Performance Yanuar Rifki Taufiqurrohman.

Pemilihan Wayang Jemblung sendiri, imbuh Yanuar, karena kesenian tradisional ini memiliki kultur yang dianggap pas ketika bersentuhan dengan masyarakat. Cerita yang disampaikan menyentuh secara lisan dan diceritakan secara maksimal. Berbeda dengan kesenian tari yang biasanya menggunakan simbol, sehingga kurang memberikan kesan cerita yang lebih lengkap kepada penonton.

Sementara, Yustiano Fatoni, salah seorang penonton mengaku, pesan yang disampaikan dalang dalam perform di Wayang Jemblung mudah diterima, karena tidak menggunakan bahasa pewayangan lama. Bahkan, setelah selesai pertunjukkan, penonton sudah dapat langsung menceritakan kembali dengan mudah.

“Pesan yang disampaikan tadi ketika munculnya Lembusoiro, itu sudah menggambarkan peristiwa Gunung Kelud. peristiwa dan gejolak digambarkan dan disatukan di dalam cerita. Dimana mengarah ke Panji Kembar itu yang mana satunya adalah Lembusiro yang menyamar menjadi Inu Kertapati. Dari situ diperjelas lagi, bahwa menurut tokoh Semarnya Kediri Inu Kertapati yang palsu pasti mkhluk jin. Makanya dimasukkan ke dalam botol, dan akhirnya ketahuan. Pesan yang kami tangkap adalah bagaimana mengembalikan manusia pada kodratnya, pengkarakteran, kebangsaan Indonesia,” jelasnya.

Ditempat yang sama, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Adi Suwignyo menyatakan, seluruh rangkaian Festival Kelud bertujuan untuk mempromosikan pariwisata sekaligus mengangkat produk lokal melalui UMKM. “Acara festival Kelud ini tak lain untuk meningkatkan pariwisata di Kabupaten Kediri,” tandasnya.

Untuk diketahui, Tobong Art Performance sendiri rencanakan akan dihelat selama tiga hari. Penampilan awal, pada 28 September 2017 berupa Performance Art Gamelan dan Wayang Jemblung yang berlangsung di Lapangan Sanding, Desa Babadan, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Pada 30 September 2017 pagi digelar Ritual Larung Sesaji di Sumber Banteng di Desa Sempu dan puncaknya Tobong Art Performance, malam harinya yaitu, kolaborasi artis lokal, nasional dan seniman dari Manca Negara. (hend)