Perjalanan Tim Relawan Penyaluran Bantuan PGRI Kota Batu Peduli Lombok

oleh -50 Dilihat
oleh
Tim relawan bantuan PGRI Kota Batu peduli Lombok, saat memberikan bantuan kepada pihak korban

BATU, PETISI.CO – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Batu, pada Jumat (7/9/2018), kirimkan bantuan ke Pulau Lombok Nusa Tengara Barat (NTB)

Sekitar pukul 22.00 WIB, tim penyalur bantuan peduli Lombok PGRI Kota Batu, berangkat menuju Lombok. Keberangkatan Tim tersebut bertujuan untuk menyalurkan sumbangan kepada masyarakat Lombok yang sedang mengalami bencana gempa bumi.

Tim penyaluran bantuan peduli Lombok digawangi Budi Prasetyo SPd, bersama anggota PGRI Kota Batu sebanyak enam orang.

Keberangkatan tim membawa sembako, dan barang kebutuhan lainnya. Penyaluran tersebut sebagai tindak lanjut dari aksi Pekan Peduli Lombok yang dilaksanakan pada (8 -13 Agustus 2018).

“Aksi solidaritas tersebut, berhasil mengumpulkan bantuan sebesar Rp 170 juta. Yang dikumpulkan dari siswa, guru, dan tenaga kependidikan jenjang play group, TK/RA,SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK,” tutur Budi Prasetyo SPd, Kordinator tim penyalur bantuan peduli Lombok PGRI Kota Batu, Minggu (16/9/2018).

Mengingat masyarakat Lombok, tegas dia, sangat membutuhkan bantuan dalam bentuk kebutuhan pokok. Maka pengurus memutuskan untuk dirupakan berupa beras, gula, mi instan, tenda, dan lainnya.

“Tim terdiri dari enam orang pengurus, dan 2 sopir dengan armada 1 truk berisi sembako (beras, gula, dan mi instan) dengan berat mencapai lima ton dan 1 minibus. Keenam pengurus PGRI Kota Batu, yang berangkat adalah Budi Prasetyo, Jafar Priyono, Suli Wahyudi, Lesmaun, Muji Teguh, dan Kolikul Huda,” ucapnya.

Lanjut Budi, selama perjalanan cukup lancar antara Batu sampai Paiton, Situbondo. Namun, setelah melewati PLTU Paiton tak disangka terjadi kemacetan panjang. Masih belum diketahui penyebab terjadinya kemacetan tersebut.

“Pada pukul 5.00 wib tim istirahat l, dan salat subuh di POM Lamongan, Arjasa, Situbondo. Setelah menikmati kemacetan hampir dua jam, di daerah Banyuglugur. Kemacetan tersebut ternyata disebabkan adanya trailer yang terguling. Di POM kami sempatkan menikmati kopi, teh panas untuk menghangatkan perut. Dan Alhamdulillah semuanya sehat,” imbuhnya.

Sebelum menyeberangi Selat Bali, pada pukul 7.00 Tim mengisi amunisi terlebih dahulu di warung Sari. Ada cukup banyak menu yang ditawarkan, diantaranya aneka lalapan dan rawon. Lumayan untuk tambahan energi sebelum lanjut perjalanan menyusuri Pulau Dewata. Ada menu minuman yang khas dan layak dicoba di Warung Sari tersebut, yakni kopi rempah cap Beruang.

“Di depan warung kami rasakan angin laut yang bertiup cukup kencang, semoga ombak Selat Bali tidak sebesar embusan anginnya. Pukul 8.00 tim relawan PGRI Kota Batu peduli Lombok tiba di penyeberangan Ketapang Banyuwangi. Suasana antrean tidak begitu ramai, cenderung sepi. Kami menumpang KMP Sumber Berkat I menuju Pulau Bali,” paparnya.

Seperti prediksi di awal, ketika menikmati embusan angin yang cukup kencang saat makan pagi, ombak laut Selat Bali cukup besar dan mengguncang kapal yang kami tumpangi. Beberapa sepeda yang diparkir di dek bawah sempat roboh. Tim menikmati alunan ombak dengan penuh canda dan ceria, walau belum sempat mandi pagi.

“Kami berusaha terus enjoy, dan semangat hingga penat di badan tak terasa. Semangat juang dalam mengemban tugas kemanusiaan amanat PGRI dan insan pendidikan Kota Batu. Kami menginjakkan kaki di Pulau Dewata pada Sabtu, 8 September 2018 pukul 10.30 WITA. Armada langsung melanjutkan perjalanan menyusuri Bali, dari ujung barat menuju ujung timur lewat jalur selatan. Seiring doa semoga perjalanan kami diberi kelancaran oleh Allah SWT,” harapnya.

Pada pukul 14.00 WITA kami sampai di wilayah Tabanan, Bali. Alhamdulillah perjalanan cukup  lancar, hanya ada kemacetan ringan di beberapa titik. Perjalanan lewat jalur selatan kami lalui dengan menikmati panorama pantai yang menawan dengan debur ombak dan buih memutih.

Mengagumkan dan menambah syukur kami atas kebesaran Allah dan menjadi suntikan semangat kami untuk melanjutkan tugas. Kami makan siang di Rumah Makan Muslim Mekar Sari Tabanan. Menunya sangat cocok untuk lidah dan selera kami. Tak lupa kami juga pesan bontotan untuk makan malam di kapal penyeberangan ke Lombok nanti malam. Jaga-jaga agar tidak kelaparan.

Perjalanan kami telah sampai di Pelabuhan Padang Bai, pada pukul 16.00 WITA, setelah melewati Denpasar yang cukup sibuk dan macet serta panas. Kami dapati antrean mobil yang sangat panjang.

Dari para pengantre kami dapatkan informasi bahwa kapal baru datang pukul 18.00, estimasi paling cepat. Diperkirakan tim sampai di Pelabuhan Lembar, Lombok paling cepat pada pukul 24.00. Semoga perjalanan kami.diberi kemudahan dan.kelancaran oleh Allah SWT.

“Dari beberapa pengantre, yang kebetulan juga warga Lombok yang menjadi korban gempa, sampai tadi malam (7/9) masih terjadi gempa susulan dengan skala 5 SR. Warga masih belum berani tidur di dalam rumah masing-masing. Sementara kondisi terparah memang dialami oleh masyarakat Lombok Utara yang hampir 100% rumah warga rata dengan tanah, jelas  Budi, senbari menirukan ucap Pak Kamil warga Lombok Barat, Lembar.

Sesuai informasi awal, tepat 18.00 WITA tim naik ke KMP Muryati dari Padang Bai Bali menuju Pelabuhan Lembar, Lombok. Berbekal Surat Tugas yang kami kantongi sebagai Relawan Penyalur Bantuan Peduli Lombok dari PGRI Kota Batu dan Dinas Pendidikan, kami mendapat prioritas untuk diberangkatkan terlebih dahulu, walau antrean begitu panjang.

Diperkirakan pelayaran ditempuh selama 6 jam. Semoga kondisi angin dan laut tenang, sehingga tidak ada ombak yang besar. Puji syukur kehadirat Allah SWT, tepat pukul 23.30 WITA Tim merapat di Pelabuhan Lembar, Lombok.

Perjalanan laut yang sangat mengesankan campur mendebarkan. Kapal yang kami tumpangi mengalami goncangan yang cukup besar yang menandakan memang ombaknya agar besar.

Bahkan Pak Muji Teguh sempat agak mabuk laut. Untuk menjaga kebugaran, sengaja kami menyewa kasur busa yang disediakan di ruang penumpang, sehingga kami bisa tidur dan merebahkan diri untuk istirahat.

“Pak Jafar, Pak Muji, dan saya menyempatkan diri menikmati pijat urut yang ditawarkan tukang pijat. Lumayan, membuat badan menjadi rileks, segar, dan bisa tidur pulas. Mengingat waktu masih tengah malam, kami memutuskan untuk menginap di pelabuhan, menunggu pagi untuk melanjutkan perjalanan ke daerah sasaran, Kabupaten Lombok Utara,” bebernya.

Meski demikian, Pak Jafar yang sejak awal sudah menyiapkan peralatan masak, buka warung dadakan, dengan membuat kopi dan mi instan. Dengan penuh canda tawa, kami menikmati kopi dan mi instan sambil istirahat menunggu pagi. Ada petugas kepolisian yang bertugas di pelabuhan, Bapak Santoso, dari Jember mendatangi lapak dadakan kami di pinggir mushola pelabuhan. Timbul komunikasi dan keakraban bersama.

Tambah saudara, tambah silaturahmi di tengah malam di Pelabuhan Lembar, Lombok. PGRI Kota Batu Jaya. Giat tim PGRI Kota Batu pada Minggu, 9 September 2018 pukul 4.30 WITA diawali dengan bersih diri di WC Umum Pelabuhan Lembar, ibadah subuh, dan menyempatkan menjerang air untuk ngopi. Dengan istirahat 3-4 jam di area mushola pelabuhan, Alhamdulillah badan terasa lebih bugar.

Pukul 5.45 kami bersiap dan mulai bergerak dari pelabuhan untuk melanjutkan perjalanan ke titik sasaran di Lombok Utara. Kami sudah ada komunikasi dengan teman yang bernama Maria Ulfa sebagai narahubung kami dengan Pengurus PGRI Kabupaten Lombok Utara. Kami akan diterima oleh pengurus di SMAN 1 Tanjung, Lombok Utara.

Perjalanan menyusuri wilayah Lembar belum seberapa menunjukkan dampak gempa mengingat wilayah tersebut bukan wilayah terdampak langsung, hanya beberapa rumah yang mengalami kerusakan ringan atau sedang. Namun semakin ke dalam atau ke utara, dampak gempa semakin terlihat jelas dan mengenaskan.

Kegiatan masyarakat di Lembar dan sekitarnya berlangsung relatif normal. Memasuki Kota Mataram, dampak gempa belum terlalu besar, yang kami dapati di beberapa lokasi ada rumah atau bangunan roboh. Yang banyak kami jumpai di sepanjang jalan adanya rumah retak-retak. Yang menarik, di banyak tempat terbuka seperti taman, tanah lapang, atau lapangan, banyak didirikan tenda pengungsian warga.

“Penduduk masih trauma dan takut untuk tidur di dalam rumah pada malam hari. Siang hari mereka bekerja dan beraktivitas normal, sementara malam harinya tidur di tenda untuk mengantisipasi terjadinya gempa gempa susulan. Semoga Allah berkenan segera menghentikan ujian ini,” sergahnya.

Di seputaran Pantai Senggigi kami dapati banyak rumah yang roboh dan rata dengan tanah. Tenda pengungsian juga semakin banyak didirikan di pinggir jalan sepanjang jalur Senggigi menuju Tanjung. Kami yakin yang di dalam semakin parah dampaknya. Keindahan dan eksotisme Pantai Senggigi tertutup balutan duka warga korban gempa.

Semoga Allah melipatgandakan kesabaran dan ketabahan para korban. Pukul 8.00 kami memasuki wilayah Lombok Utara, kerusakan parah kami temui. Mayoritas rumah penduduk, tempat ibadah, dan fasilitas umum roboh dan rata dengan tanah. Di sana sini kamp dan tenda pengungsian didirikan. Aktivitas warga umumnya membersihkan puing-puing bangunan rumahnya.

“Pemandangan yang sangat mengenaskan. Lokasi yang kami tuju, Kecamatan Tanjung adalah salah satu wilayah titik terparah korban gempa Lombok. Sempat kami dengarkan pengumuman dari masjid darurat bahwa akan dilaksanakan salat gaib dan juga salat jenazah bagi para korban meninggal. Di daerah ini pula gempa banyak menelan korban jiwa. Semoga para korban diterima di sisi-Nya, diampuni segala dosanya dan amal ibadahnya diterima,” tandasnya.

Pukul 10.00 WITA tim sudah sampai di SMAN 1 Tanjung, Lombok Barat, sebagai titik penyaluran Bantuan. Kami diterima oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga yang diwakili Kabid GTK dan pengurus PGRI Lombok Barat, Bapak Ahmad Raden Suleman beserta jajaran pengurus lainnya.

Dalam sambutannya, Kabid GTK menyampaikan penghargaan dan ucapanterima kasih atas kepedulian dan perhatian Keluarga Besar PGRI Kota Batu kepada masyarakat Lombok pada umumnya dan anggota PGRI Lombok Utara pada umumnya, sehingga tidak merasa sendiri menerima ujian dan penderitaan akibat gempa. Lebih lanjut, H. Karmin menjelaskan, jumlah guru terdampak di Lombok Utara sekitar 4.000 guru.

Terjadi tiga gempa utama, disekitar Bayan yang memakan korban 566 jiwa. Sekolah dilaksanakan secara darurat. Kendala utamanya di rehabilitasi mental, terutama di guru dan siswa. Ketua PGRI Lombok Utara ke Banyuwangi karena orangtuanya meninggal dunia.

Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Pengurus PGRI Lombok Utara Bpk Ahmad Raden Saleman. Guru SMAN 1 Tanjung, Hj. Maria Ulfa menjelaskan tentang kelas darurat di tenda, per jam 25 menit, ada sekolah titipan di luar daerah. Ada trauma healing dari TNI. Setelah bantuan diturunkan dan diserahkan kepada Pengurus PGRI Lombok Utara, tim menyerahkan proses distribusi kepada korban secara langsung kepada Pengurus PGRI Lombok Utara.

Bantuan berupa sembako, yang terdiri dari dua ton beras, dua ton gula pasir, 600 kardus mi instan, puluhan tenda terpal, serta pakaian bekas layak pakai dan alat alat permainan anak-anak. Pengurus langsung berkoordinasi dengan Pengurus Cabang dan UPTD se-Lombok Utara untuk mengambil bantuan ke SMAN 1 Tanjung. Diharapkan hari ini juga bantuan sudah terdistribusikan secara tuntas, baik kepada keluarga GTK terdampak dan masyarakat umum.

“Semoga sedikit yang bisa diberikan oleh masyarakat pendidikan Kota Batu, dapat sedikit meringankan beban dan penderitaan masyarakat korban gempa. Pukul 11.00 tim meninggalkan Lombok Utara untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Kota Batu. Misi dan amanah PGRI Kota Batu sudah kami laksanakan dengan semaksimal mungkin. Jika ada yang kurang dari pelaksanaan tugas ini atas nama tim, kami mohon maaf setulus-tulusnya,” harapnya.

Perjalanan pulang kami lakukan secara marathon tanpa berhenti. Pukul 6.00 petang kami sudah memasuki kapal dari Pelabuhan Lembar yang akan berlayar ke Padang Bay.

Awalnya kondisi laut tenang, namun semakin jauh di tengah perjalanan ombaknya semakin tinggi. Kami berhasil mendekat ke Pelabuhan Padang Bay sekitar pukul 22.00. Namun, tanpa diprediksi, ternyata kapal belum bisa bersandar ke dermaga dan harus menurunkan jangkar pada jarak 50 meter dari dermaga selama hampir 4 jam. Kami terombang ambing dalam kapal tanpa kepastian. Alhamdulillah, pukul 2.00 WITA kami akhirnya merapat dan menjejakkan kaki di Padang Bay.

“Tanpa menunggu lama, kami langsung melanjutkan perjalanan darat menuju ujung barat Pulau Bali, yaitu Pelabuhan Gilimanuk, melalui rute jalur selatan seperti saat berangkat. Perjalanan tanpa ada halangan dan rintangan yang berarti. Untuk menjaga keselamatan, kendaraan dikemudikan secara bergantian antara Pak Jafar, Pak Suli, Pak, Muji, dan Pak Lesmaun, seperti saat keberangkatan,” ucapnya.

Oh, ya, saat pulang, kami sudah berpisah dengan armada truk sejak keluar dari SMAN 1 Tanjung, karena pengemudi truk akan mengambil atau mencari balen muatan dari Mataram. Kami salat Subuh di sebuah masjid di wilayah Negara. Perjalanan ke dan dalam kapal dari Gilimanuk ke Ketapang sangat lancar tanpa antrean. Pukul 6.30 kami sudah keluar dari Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, langsung tancap gas menuju Batu dengan disopiri Pak Lesmaun.

Setiba di kawasan Pantai Pasir Putih Situbondo, pukul 10.00, kami memutuskan untuk istirahat di pantai tersebut. Pak Jafar langsung buka warung kopi dadakan dengan menjerang air untuk membuat satu mug kopi hitam yang nikmat. Sembari menunggu, Pak Muji, Pak Kolik, Pak Jafar, dan saya berendam dan berenang untuk menghilangkan penat dan pegal.

Sementara Pak Suli menunggu dan mengabadikan momen di pinggir pantai, sementara Pak Lesmaun memilih istirahat, tidur. Satu jam berikutnya kami melanjutkan perjalanan pulang.

“Sekitar pukul 16.00, kami memasuki Batu dan langsung menuju kediaman Bapak Samun, Ketua PGRI Kota Batu, untuk menyampaikan laporan kami dalam mengemban amanah dan misi organisasi. Dengan demikian, tuntas sudah tugas kami dalam penyaluran Bantuan PGRI Kota Batu Peduli Lombok. PGRI Kota Batu Jaya,” pungkasnya.(eka)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.