Potensi Laut di Tempursari Masih Berlimpah, Meski Kondisi Alam Rusak

oleh -106 Dilihat
oleh
Perahu dibawa ke bibir pantai dengan diiringi tarian kuda lumping untuk dilarung ke lautan dengan terselipkan do’a dari sesepuh

LUMAJANG, PETISI.CO – Kondisi sepanjang kawasan pesisir pantai selatan sepanjang bibir pantai di Kecamatan Tempursari memang mengalami kerusakan secara alami. Salah satunya disebabkan abrasi, sehingga berdampak pada keindahan pantai.

Namun hal ini tidak menurunkan potensi yang ada. Potensi laut masih berlimpah. Warga disana yang banyak berprofesi sebagai nelayan, selama ini sudah banyak mengadu keuntungan dari laut.

Warga Tempursari tentunya selalu bersyukur dengan berkah yang mereka dapat dari laut. Rasa syukur ini juga mereka tuangkan dalam tradisi adat setempat.

Para nelayan di Desa Bulurojo menamakan tradisi ini ‘Petik Laut’, yang dilaksanakan Kamis (26/04/2018).

Tradisi ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas melimpahnya ikan disana. Serta untuk memanjatkan do’a agar terhindar dari bencana.

Tradisi ini bukan hanya diikuti oleh warga setempat. Namun juga dari Pemerintah Kabupaten Lumajang melalui Dinas Perikanan juga ikut hadir disana.

“Dengan adanya upacara tradisi ‘Petik Laut’ maka nelayan berharap dapat terhindar dari bencana,” kata Kasi Kenelayanan Bidang Perikanan Tangkap dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Dinas Perikanan Lumajang, Dwiko Yuli Irawanto, S.Pi.

Karena ketika para nelayan menangkap ikan di tengah lautan, mereka juga akan menemui banyak resiko. Jadi perlu kehati-hatian saat demi mendapatkan ikan. Para nelayan, juga berharap potensi laut disana masih terus berlimpah.

“Diharapkan hasil ikan untuk berikutnya lebih berlimpah,” kata Dwiko.

Ia menambahkan, tradisi ini diharapkan dapat dijaga keberlangsungannya agar tidak punah karena merupakan kearifan lokal setempat.

Tradisi Petik Laut ini digelar cukup meriah, semua masyarakat pesisir berbondong-bondong dan ikut meramaikan tradisi tersebut. Para nelayan membuat perahu yang dihias sebagus mungkin selanjutnya dalam perahu tersebut disusun sesaji berupa makanan, minuman dan sandang.

Perahu dibawa ke bibir pantai dengan diiringi tarian kuda lumping untuk dilarung ke lautan dengan terselipkan do’a dari sesepuh. (ulum)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.