Proyek Relokasi Waduk Bendo Rp 13,9 Miliar Banyak Dikeluhkan Warga

oleh -160 Dilihat
oleh
Jalan masuk ke rumah warga belum dibuat.

Warga Dilarang Cerita ke Wartawan

PONOROGO, PETISI.CO – Persoalan bangunan perumahan relokasi warga terdampak Waduk Bendo di Ponorogo, yang menelan anggaran Rp 13,9 Miliar, ternyata banyak ditemukan kerusakan pada bangunannya.

Banyak pihak menanyakan keseriusan pelaksana proyek PT. Jaya Kedhaton dari Samarinda, yang dinilainya hanya mengeruk keuntungan. Sementara kualitas pekerjaan tak diindahkan.

Warga semakin jengkel, saat banyak keluhan dari penghuni,ternyata tidak mendapatkan tanggapan serius untuk dilakukan perbaikan.

Seperti penuturan Heri, yang mengeluh dengan kondisi rumah barunya itu. Pasalnya, sampai sekarang air pun belum mengalir.

“Kalau listrik sudah nyala normal, namun air sampai sekarang juga belum ngalir dan banyak kerusakan, namun pihak rekanan juga belum ada pergerakan perbaikan lagi,” ujarnya.

Matal menunjukkan kerja sembrono rekanan yang hasilnya buruk.

Hal senada juga dilontarkan Marno, warga yang menghuni Blok H, dengan gambalang menjelaskan kepada wartawan terkait keurasakan dan kekurangan fasilitas di rumah yang baru dan itu.

“Kalau listrik sudah nyala mas, namun air sampai sekarang belum juga ngalir, jadi mau masak, cuci, mandi dan berak masih kurang. Bahkan kemarin ada yang menanyakan kekurangan lampu juga masih banyak dan kerusakan lain, seperti bak air bocor, kran gak ada, pipa bocor, namun sampai sekarang belum ditangani,” beber Marno.

Bahkan Marno ketika menanyakan kepada salah satu mandor proyek perumahan terkait kerusakan, Ia dipesan tidak boleh kasih tahu kepada wartawan, takut dimarah pejabat Ponorogo, karena anggarannya miliaran.

“Karena rumah saya lampu dapur tidak ada dan pintu sulit ditutup, maka saya pas ketemu anak buah salah satu kontraktor dia pesan saya gak boleh kasih tahu ke wartawan, karena nanti dimarahi oleh pejabat teras Ponorogo, karena dananya miliaran dan banyak laporan yang masuk,” kata Marno menirukan pesan dari anak buah kontraktor.

Malah, penghuni ketika laporan ke pegawai proyek disuruh perbaiki sendiri kerusakan yang ada.

“Sempat ada yang nanya kekurangan dan kerusakan rumah, malah disuruh perbaiki sendiri,” ujarnya.

Menurutnya,  kalau kerusakan ringan,  bisa dia perbaiki sendiri, tapi kalau kerusakan pipa bocor dalam tembok, dia tidak bisa.

“Kalau sudah seperti ini, kepada siapa kita lapor,” imbuh Marno.

Marno juga sempat protes terkait jalan didepan rumahnya,  belum ada,  sehingga motor tidak bisa lewat.

“Jalan di depan rumah saya juga belum ada, sehingga motor tidak bisa lewat,” pungkasnya.

(Baca Juga : Rumah Relokasi Waduk Bendo Senilai Rp 13,9 M Dikerjakan Asal-asalan?)

Sementara, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, Endang Retno Wulandari mengaku kalau terkait drainase di depan rumah yang sampai saat ini belum dibangun, itu karena belum dianggarkan.

Pihaknya juga menjelaskan, kalau semua sudah melalui tahap saat disosialisasikan oleh tim.

“Kalau selokan atau drainase di depan rumah relokasi yang sampai kini belum dibangun, karena belum dianggarkan, coba tanyakan ke Bappeda sekalian terkait air, dan kenapa saat saya ke sana dan ketemu warga tidak mau bilang ke saya, padahal juga sudah dapat sosialisasi dari desa dan camat, ya saya maklumi mungkin pemahaman warga yang beda dan masih tanya-tanya,” tegas Kepala Dinas.

Sebaliknya, Kepaka Bappeda Sumarno, ketika dikonfirmasi terkait kerusakan, drainase yang belum ada, pihaknya malah balik menyuruh wartawan menanyakan ke Satker terkait.

“Tolong diberitahukan ke Bu Retno, intinya kalau rumah yang baru dibangun nanyanya ke SKPD yang membidanginya,” lempar Kepala Bappeda kepada wartawan.

Sungguh terkesan wartawan dilempar sana, lempar sini, bak pertandingan ping pong.(mal)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.