Rembug Rakyat Inginkan Penanganan Banjir Lamongan Lebih Konperhensif

oleh -57 Dilihat
oleh
Rembug Rakyat Lamongan.

LAMONGAN, PETISI.CO – Kompleksnya permasalahan banjir yang menimpa warga penghuni sepanjang aliran bengawan jero yang melintasi 6 Kecamatan di Kabupaten Lamongan mendapat perhatian serius dari berbagai elemen masyarakat Lamongan.

Dalam acara bertajuk “Rembug Rakyat”, Sabtu (16/1/21) di Kedai Kopi Njagong Groyok Kel. Sukorejo Lamongan beberapa perwakilan Mahasiswa PMII, Fornasmala, GMNI, HMI dan tokoh masyarakat pemerhati sejarah dan lingkungan menginginkan sebuah penanganan banjir tahunan yang melanda area Bengawan Jero lebih konperhensif.

Seperti disampaikan oleh Bi’in Abdussalam tentang pemetaan 45 waduk yang ada di Kab. Lamongan serta siapa saja yang lebih berwenang untuk memelihara maupun penanganannya, ini yang harus dijelaskan pada masyrakat terlebih kepada pemangku kebijakan.

Bukan hanya itu, kita juga menyayangkan tidak maksimalnya 10 alat milik BMKG Malang pengukur curah hujan yang dikerjasamakan dengan Dinas SDA Lamongan.

Kalau alat ini maksimal, hemat kami Pemkab bisa mengantisipasi curah hujan yang tinggi di akhir tahun kemarin dan bisa mengambil langkah tepat dalam pencegahan banjir.

Selain itu, dalam pandangan pemerhati sejarah Lamongan Supriyo menerangkan bahwa, sejak jaman Hindia Belanda bahwa daerah Bengawan Jero adalah titik terdalam Cekungan antara daerah utara dan selatan Kab. Lamongan.

Untuk diketahui, Bengawan Jero hilirnya ada di Kab. Gresik yang selama ini sendimentasinya berada di sana dan mengakibatkan aliran air Bengawan Jero tidak bisa keluar karena lebih tinggi datarannya di Wil Gresik.

Jadi kita masyarakat Lamongan ini adalah, kalau boleh dikatakan menjadi korban sendimentasi dan pendirian industrialisasi di Gresik yang rata rata berdiri di hilir Bengawan Jero, selain karena faktor pendangkalan dan suburnya eceng gondok di sepanjang Bengawan Jero, ungkapnya.

“Beda lagi dengan Muthiul Mubin, penyelesaian banjir di Kab. Lamongan harusnya dimulai dari hulu dengan mengembalikan fungsi waduk dan rawa yang selama ini disalah gunakan oleh oknum masyarakat dengan mengganti area lahan pertanian,” jelasnya.

Jangan sampai negara atau pemerintah kalah dengan oknum oknum masyarakat yang menyalahgunakan fungsi waduk dan rawa.

Pesan saya kepada adik adik mahasiswa ketika saat ini yang sedang getol memperjuangkan penanggulangan banjir, nanti kalian wajib memberikan pemahaman kepada oknum oknum tersebut untuk tidak menyalahkagunakan waduk dan rawa ketika negara maupun pemerintah menormalisasi waduk rawa dan sungai.

“Jangan sampai hanya kepentingan segelintir orang, namun mengorbankan kepentingan rakyat yang lebih luas khususnya warga bantaran Bengawan Jero,” bebernya lagi.

Dalam kesempatan yang sama, H. Rubai salah satu warga terdampak korban banjir menelurkan sebuah ide gagasan brilian jangkah pendek terkait penanganan banjir Bengawan Jero, dengan membuat “Perahu Penghancur Eceng Gondok” yang mampu mencacah Eceng Gondok Bengawan Jero sepanjang 1 Km dalam kurun waktu 1 jam.

Ini yang besok Minggu (17/1/21) akan saya ujicoba dan mudah mudahan berhasil untuk memperlancar aliran air Bengawan Jero, yang memang selama ini terhambat oleh tumbuh liarnya eceng gondok.

  1. Rubai juga menerangkan, mudah mudahan proyek yang saya biayai dari kantong pribadi ini berhasil dan membawa manfaat yang lebih luas untuk warga Kab. Lamongan.

Beda lagi dengan Hamim yang juga warga korban banjir, menurutnya penyebab banjir ini karena ada Dam Air yang dia sebut dengan “Dam Neraka” yang cukup sempit untuk dilalui aliran air Bengawan Jero.

Dalam pandangannya Dam Neraka yang ada di pertigaan antara Desa Glagah Kec. Glagah dan Desa Priyoso Kec. Karangbinangun itu harus dibongkar demi kelancaran aliran air Bengawan Jero.

Pasalnya pintu Dam Air itu tidak standar yang hanya memiliki 4 pintu air dan terkesan tidak standart seperti di Dam Air di Desa Wangen yang memiliki 6 pintu air.

“Selain itu ada juga sebuah Jembatan di kali Waong itu juga harus di bongkar dan diganti dengan jembatan yang lebih lebar, karena penyempitan aliran air juga terjadi dititik itu. Ini yang juga harus segera di carikan solusi jalan keluar,” tandasnya lebih jelas. (ak)

No More Posts Available.

No more pages to load.