SAPA! Malowopati FM Bersama RSUD Sosodoro Ajak Warga Bojonegoro Waspadai Katarak Komplikasi DM

oleh -109 Dilihat
oleh
Ilustrasi

BOJONEGORO, PETISI.CO – Pemkab Bojonegoro melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama RSUD Sosodoro Djatikoesoemo melalui SAPA! (Selamat Pagi) Malowopati FM terus mengedukasi warga Bojonegoro khususnya di bidang kesehatan. Kali ini, edisi Rabu (28/09/2022), mengambil tema ‘Penatalaksanaan Katarak Komplikasi akibat DM (Diabetes Melitus).

Kegiatan ini dipandu penyiar Lia Yunita, menghadirkan dr Agung Pambudi Setyowibowo, Sp.M sebagai narasumber. Siaran ini dapat diikuti secara live YouTube kanal Malowopati Radio, interaksi langsung melalui nomor WhatsApp 08113322958, dan live Instagram @rsudsosodoro.

Mengupas tentang katarak, dr Agung Pambudi S., Sp.M menjelaskan katarak adalah kekeruhan pada lensa mata. Mata ini seperti kamera, di dalam kamera juga ada lensa, dan di mata ada struktur lensa.

Apabila proses normal ada gangguan metabolisme karena faktor usia, biasanya katarak ini timbul di atas usia 60 tahun. Itu sebagai kriteria yang normal. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa bayi, anak-anak, atau usia muda juga bisa terkena katarak dengan faktor penyebab yang bermacam-macam.

“Persentasi paling besar adalah kasus katarak senilis, yaitu katarak pada usia lanjut karena penyebab yang bermacam-macam. Pada intinya adalah terjadi kekeruhan di lensa mata kita dan mengganggu fungsi penglihatan. Katarak senilis penyebabnya karena faktor usia, sudah ada penurunan fungsi berbagai macam organ, berbagai macam sel kita juga sudah mulai menua. Akhirnya terjadi gangguan metabolisme terjadi kekeruhan pada lensa,” terangnya.

dr Agung juga mengungkapkan faktor risiko terbesar adalah sinar ultraviolet. Jadi, karena kita hidup di Indonesia, di daerah tropis, di garis katulistiwa dengan sinar matahari yang berlimpah risikonya lebih besar daripada saudara-saudara kita yang tinggalnya misalnya di utara selatan. Sisi lain bagi yang bekerja di ruang tertutup resikonya lebih rendah dibandingkan yang bekerja diluar ruangan/sering terpapar sinar ultraviolet.

Selain itu terjadinya kasus katarak pada anak-anak/bayi baru lahir, biasanya disebabkan karena infeksi pada ibunya. Terjadi infeksi ultra uterin, dimana pada masa kehamilan ibunya terinfeksi virus. Untuk mencegahnya ibu hamil biasanya disarankan untuk skrining virus torch (toxoplasma, rubella, cytomegalovirus dan herpes).

“Jadi misal terinfeksi virus torch kadang-kadang munculnya adalah katarak pada anak-anak. Tidak menutup kemungkinan terjadi kelainan pertumbuhan atau kelainan struktur bola mata yang lain. Tetapi yang paling banyak adalah katarak kongenital,” lanjutnya.

Menurut dr Agung, kasus katarak pada usia muda banyak terjadi akibat faktor trauma misal jatuh, terbentur, trauma mekanik, atau kimiawi. Prinsipnya lebih baik mencegah daripada mengobati. Keluhan utama dari pasien adalah gangguan penglihatan.

Jadi jika mengalami gangguan penglihatan, segera memeriksakan ke dokter, karena tidak semua akibat katarak. Keluhan umum kedua, biasanya silau. Pemeriksaan mandiri hanya bisa dilakukan jika katarak tebal. Namun untuk kriteria katarak yang masih immature, hanya bisa dilakukan oleh dokter.

Kriteria katarak itu antara lain, katarak insipien (tipis), katarak immature (setengah matang), katarak mature (matang), dan katarak hypermature (sangat mantang sekali). Katarak insipien dan immature hanya bisa diperiksa melalui alat khusus di poli mata.

Sedangkan katarak mature dan hypermature bisa kita periksa mandiri dengan senter, Tetapi biasanya penglihatan sudah sangat terganggu, mungkin hanya bisa melihat kurang dari 1 meter.

“Katarak ini tidak bisa sembuh, kalau menghilangkan katarak ini solusi terakhir adalah operasi diambil lensa yang keruh dan diganti lensa implan. Sisi lain katarak dapat menjadi penyebab komplikasi penyakit berikutnya. Kategori mature dan hypermature dapat menyebabkan komplikasi glaukoma. Glaukoma ini bisa menyebabkan kebutaan,” tandasnya.

Lebih lanjut, dr Agung menekankan bagi penderita DM (diabetes melitus) yang melebihi 5 tahun, biasanya sudah ada gangguan di syaraf mata, di retina mata. Jika diibaratkan kamera, retina ibarat filmnya yang menerima gambar yang kita lihat.

Jika sudah terjadi gangguan di retina (Retinopati Diabetik), meskipun telah dilakukan operasi, pasien tetap mengeluhkan gangguan mata, karena fungsi retina terganggu.

“Jadi kami sarankan agar mengikuti saran dokter penyakit dalam Anda di Puskesmas atau di faskes-faskes lainnya. Kami sangat mendukung program prolanis. Misal pengecekan tensi dan gula darah pada lansia untuk mencegah komplikasi katarak akibat DM. Banyak terjadi kasus meskipun gula darah terkontrol bagus, namun proses kerusakan pembuluh darah berjalan terus, sehingga sulit disembuhkan,” imbuhnya.

dr Agung juga menegaskan, menjaga kesehatan mata merupakan hal yang penting untuk diketahui, di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Hindari paparan langsung sinar matahari atau kemasukan benda asing dengan menggunakan pelindung atau kacamata saat berada di luar ruangan maupun saat berkendara.
  2. Setelah 20 menit menatap layar gawai atau gadget secara langsung, palingkan mata selama 20 detik dengan melihat objek sejauh 20 meter.
  3. Menjaga kebersihan mata serta tidak menggosok mata.
  4. Atur pola hidup sehat, agar terhindar dari Diabetes Melitus (DM). (cah)

No More Posts Available.

No more pages to load.