Sarmuji: Ekonomi Jatim di Masa Pandemi Tumbuh Positif

oleh -141 Dilihat
oleh
Ketua Golkar, M Sarmuji dalam talk show yang dipandu Cici Esti Nalurani.

SURABAYA, PETISI.CO – Ekonomi di Jawa Timur (Jatim) di masa Pandemi Covid-19 dinilai cukup baik. Meski, pandemi Covid-19 ikut memberikan kontribusi melemahnya diberbagai sektor kehidupan masyarakat seperti pariwisata, industri maupun keuangan.

Penilaian itu disampaikan Ketua DPD Golkar Jawa Timur (Jatim), Muhammad Sarmuji di acara talkshow yang ditayangkan Golkar JatimTV, Rabu (30/12/2020) malam.

Talkshow dengan tajuk catatan akhir tahun 2020, sebuah pandangan Sarmuji, dipandu Cici Esti Nalurani, pengurus Golkar Jatim yang membidangi masalah ekonomi.

Menurut Sarmuji, masih ada beberapa yang dianggap bertahan di masa pandemi. Bahkan, tumbuh positif meski tingkat pertumbuhannya tidak deras, yakni pertanian, ekpor furniture dan perdagangan antar provinsi.

“Ini juga didukung oleh situasi keamanan Jatim yang sangat kondusif,” ucap anggota Komisi Xl DPR RI.

Cak Sar, juga memberikan catatan bahwa angka kemiskinan di Jatim masih diatas rata rata nasional yakni 11,9 persen. Sedangkan angka nasionalnya 11,7 persen.

“Dari berganti ganti Gubernur, angka kemiskinan Jatim selalu tinggi. Dan ini menjadi PR Pemprov Jatim. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) cukup baik diatas 70 persen, ini luar biasa,” jelasnya.

Sarmuji menyebut, diawal pandemi sekitar bulan Maret lalu, pertanian belum panen. Namun, pada kwartal kedua sudah mulai panen.

Saat itu, BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat ekonomi Jatim tumbuh 3,0. Angka ini sebenarnya sudah turun, tapi masuk kwartal kedua sudah mulai panen.

Lalu pada kwartal ketiga, masih musim kemarau, tapi petani masih bisa bertanam sehingga petani bisa panen dua kali dalam setahun. Juga tebu mulai tanam, panen sampai harga gula cukup baik. Sektor pertanian menjadi penyangga ekomomi Jatim.

Angka 3,0 ini sesungguhnya sudah turun sebab sebelumnya diatas 5,9. Tapi sekarang ini sudah naik lagi.

“Penyebab pelambatan pertumbuhan di picu sektor pariwisata, keuangan mulai sulit, masyarakat kelas menengah tidak mau membelanjakan uangnya, sedangkan masyarakat bawah kebutuhan dasarnya tidak tercukupi,“ ujarnya.

Pertumbuhan ekonomi Jatim juga dipicu di sektor ekapor dan perdagangan antar Provinsi, terutama furnitur. Juga permintaan dalam negeri. “Ini aneh. Mungkin juga karena banyak orang bekerja dirumah (WFH), masyarakat lalu memperhatikan kursinya harus ganti,” tandasnya.

Pemprov Jatim harus memetakan negara-negara mana saja yang membutuhkan produk dari Jatim, apakah Eropa, Cina atau Amerika. Perdagangan antar provinsi juga menentukan terutama provinsi yang Covidnya rendah.

“Perlu dicatat bahwa untuk Indonesia timur, kebutuhan telor itu dipasok dari Jatim. Produksi telor kita cukup besar. Ini perlu penetrasi,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Sarmuji juga mengapresiasi Pemprov Jatim beserta aparat keamanan Polda Jatim, Kodam V Brawijaya serta penyelenggara Pilkada KPU dan Bawaslu dimana pilkada 19 kabupaten/kota di Jatim berjalan aman dan lancar.

Padahal, sebelumnya hasil komunikasinya dengan intelejen dan aparat keamanan di Jatim ada daerah daerah yang dipetakan memiliki potensi terjadinya rawan konflik. KPU Jatim juga memmetakan hal yang sama.

Sinergitas Gubernur Ibu Khofifah Indar Parawansa dengan Kapolda dan Pangdam V Brawijaya sangat bagus. Terbukti dari 19 kabupaten/kota yang menyelenggarakan Pilkada tidak ada konflik secara politik.

“Soal setelah pemungutan suara, lalu ada yang melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi, itu adalah dinamika. Dan itu bagus sekali. Tapi pilkada Jatim berjalan aman dan lancar,” paparnya.

Meski dalam pilkada ini bagi pasangan calon (paslon) dirasa sangat berat, karena tidak bisa leluasa bertemu masyarakat, semuanya dilakukan dengan baik. Penerapan prokes (protokol kesehatan) terpenuhi, juga tanpa klaster pilkada.

“Dan paling penting adalah masyarakat punya kesadaran yang tinggi bahwa pilkada adalah hajatan kita bersama. Itu poin pentingnya,” tegasnya lagi.

Menurutnya, pilkada ditengah pandemi, adalah adu strategi. Penggunaan medsos menjadi penentu kemenangan.

“Siapa yang mampu menerapkan strategi baik lewat udara maupun darat, dialah yang menang. Sementara kampanye melalui jaringan itu ternyata juga menentukan,” tuturnya.

Pilkada 9 Desember lalu, lanjutnya, adalah sejarah bagi perkembangan politik kita. Tidak ada kampanye dengan pengumpulan massa. Paslon cukup bertemu jaringan saja dalam kelompok kecil, lalu jaringan itulah yang membesar calon pemilihnya.

“Melalui kelompok kecil itu biasanya lebih efektif karena mereka kategori partisipasi, sebaliknya massa besar, itu massa bayaran,” tandasnya. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.