Selama Pandemi Covid-19 Ciptakan 120 Lagu Jawa

oleh -122 Dilihat
oleh
Poedianto, SH, Guru SMK Pariwisata Satya Widya Surabaya, pencipta lagu.

Guru SMK Pariwisata Satya Widya Surabaya

SURABAYA, PETISI.CO – Selama pandemi Covid-19 tak mengurangi kreatifitas Poedianto, SH, Guru SMK Pariwisata Satya Widya Surabaya, yaitu dengan menulis lirik dan lagu Jawa. Semangat menguri-uri seni budaya tradisi, setidaknya sudah menghasilkan sebanyak 120 lagu-lagu Jawa.

Di antaranya judul lagu yang dinamai Paringan Rejeki, Sumilir Angin Wengi, Mung Kaya Ngene, Udan Isuk, Ojo Sumelang, Pramuka, Guru, Wancine Surup, Kelingan Rina Wengi, Darmaning Urip, Tembang Rembulan, Sinden dan banyak lagi. Lagu-lagu tersebut dilantunkan sendiri dengan gitar usangnya.

“Lagu-lagu ini hanya sebagai karya dasar. Tetapi apabila ada penyanyi yang berkenan, boleh manyanyikan lagu-lagu ini. Silahkan saja. Semuanya sudah ada di youtube,” terangnya.

Berbagai tema diangkat dalam bentuk syair lagu. Misalnya tema pendidikan, persahabatan, asmara dan tema lainnya.

“Saya tidak ingin jadi penyanyi. Saya hanya pencipta lagu Jawa,” ujarnya tatkala ditanya oleh teman guru sejawatnya ketika usai memberi pelajaran murid-muridnya dengan daring di ruang guru, baru-baru ini.

Pecinta seni tradisi wayang kulit, ludruk, janger, ketoprak, keroncong, langgam, campur sari ini, juga sudah menulis berbagai buku legenda, ephos, kumpulan cerpen, yang diterbitkan oleh penerbit pagan press.

Misalnya buku yang berjudul Sang Guru, Perawan Sendang Madu, Cinta Suci di Kaki Gunung Wilis, Sengketa Kekuasaan serta Kumpulan Cerpen. Kesemuanya ditulis saat waktu luang di tengah-tengah kesibukan tugas-tugas guru dari sekolah tempatnya mengabdi.

“Saya memang suka menulis. Menulis apa saja yang berkaitan dengan seni dan budaya. Saya juga pernah menulis di majalah pendidikan milik Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, yaitu Majalah Info, Majalah Bende, Majalah Media dan media pendidikan lainnya. Sekarang saya masih menulis di Majalah Pendidikan Jendela,” paparnya.

Lebih lanjut, guru yang suka humor ini mengatakan bahwa seni budaya tradisi diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Dari tingkat pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan atas. Baik seni tari, menyanyi, kerawitan, pedalangan dan seni lainnya.

“Sebab garda terdepan melestarikan seni budaya tradisi ialah sekolah-sekolah,” pungkasnya. (cah)

Salah lirik satu karya lagu Poedianto, SH:

 

Ojo Pamrih

 

Sepi ing pamrih

Rame ing gawe

Yen nyambut gawe

Ojo golek pamrih

 

Delengen kae

Manuke wis podho mabur

Mabur mrono-mrene

Golek pangan ben ra luwe

 

Reff.

Langite padhang

Srengenge wis sumunar

Sing tak suwun tresnamu

Sang soyo mekar

 

Tresno sejati

Ora gawe loro ati

Tresno sejati

Mung gawe ayem ati

Ora kanggo pamrih.

No More Posts Available.

No more pages to load.