Sepak Terjang Kyai Amin Hingga Menjadi Nama Jalan Di Kota Lamongan

oleh -222 Dilihat
oleh
Kantor PCNU yang ada di Jalan Kyai Amin no. 09 Lamongan Kota.

LAMONGAN, PETISI.CO – Kyai Amin sapaan dari KH. Muhammad Amin Musthafa, mendengar nama ini publik Lamongan pasti tertuju pada nama sebuah jalan kantor PCNU dan PWI Kabupaten Lamongan.

Namun sebenarnya KH. Muhammad Amin Musthafa adalah alumni santri dari Pondok Pesantren (ponpes) Tebuireng Jombang. Dia juga merupakan seorang ulama sekaligus pendiri pondok pesantren (ponpes) Tunggul Lamongan.

Sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lamongan, Imam Ghazali menceritakan sepak terjang sosok Kyai Amin Hingga namanya menjadi nama sebuah jalan protokol di kota Lamongan.

Kyai Amin adalah seorang pejuang dalam menjaga kemerdekaan bangsa Indonesia. Jalan jihad memanggilnya bersama saudaranya KH. Ahmad Muhtadi Musthofa, saat mengusir penjajah Belanda.

“Dia memiliki semangat heroik untuk mengusir penjajah Belanda selepas menjalani pendidikan di Ponpes Tebuireng Jombang,” ujar Imam Ghazali, Kamis (22/10/2020).

Ghozali menuturkan, putra ketujuh dari KH. Musthofa Kranji Kecamatan Paciran ini kebal atas senjata apapun, sehingga untuk melumpuhkannya sangat sulit bahkan sering tidak terlihat oleh kasat mata.

“Keahlian dan keberanian Kyai Amin melawan penjajah Belanda menjadikannya diangkat sebagai pemimpin hisbullah. Dan tugasnya mempertahankan Lamongan dari serangan Belanda, tepatnya Surabaya wilayah utara,” katanya.

Meski dia tertangkap bersama 6 (enam) orang anak buahnya dan ditembak mati tapi tekatnya dalam mengusir agresi penjajah Belanda cukup membuktikan keberanian dan dedikasinya kepada bangsa dan negara.

“Cucu dari Kyai Abdul Karim Tebuwung Gresik ini meninggal dunia pada tanggal 10 Nopember 1949, ditembak oleh pasukan penjajah setelah mengumandangkan adzan,” akunya.

Sosok kyai muda yang dedikasinya bagi bangsa dan negara tidak dapat diragukan lagi yang berani mengusir penjajah Belanda itu, Ghazali bercerita, secara akademik juga juga memiliki kemampuan kematangan yang luar biasa.

“Ia mampu menghafal Al-Qur’an dalam waktu sebulan. Tak hanya itu santri yang pernah belajar di Mekkah Arab Saudi itu juga menguasai beragam kitab kuning warisan pendahulunya,” tuturnya.

Dari kematangan akademik yang melampaui banyak banyak orang dimasanya, Kyai Amin juga dipercaya oleh ayahnya KH. Musthofa menjadi pengasuh Ponpes Kranji yang saat ini dikenal dengan nama Tarbiyatut Tholabah.

“Semasa kehidupannya, Kyai Amin juga telah meninggalkan lembaga pesantren dan pendidikan didalamnya yang terus berkembang yakni Ponpes Tunggul,” ucap Ghozali.

Kemampuan akademik, keunggulan hingga semangat keberanian Kyai Amin dalam mengusir penjajah Belanda, Ghozali menuturkan, saudara KH Ahmad Muhtadi Musthofa ini namanya masih tetap menggaung dan bergema sampai saat ini.

“Beberapa santri, banyak yang berusaha mencari ilmu yang dikuasai Kyai Amin sejak di pesantren baik ilmu agama maupun ilmu olah kanuragan,” ucap Ghozali . (ak)

No More Posts Available.

No more pages to load.