Sikut Satak 200, Adat Kremas Gianyar Bali

oleh -255 Dilihat
oleh
Kades Kramas (kiri) dan Putu Sudarsa, warga Banjar Lebah, Desa Kramas

GIANYAR, PETISI.CO – Sikut Satak 200 tradisi dan adat  pengukuran terakhir tanah yang akan dibangun rumah dengan menggunakan telapak kaki di Desa Kramas  Kec. Belah Batuh Kab Gianyar , sampai kini tetap bertahan.

Putu Sudarsa, warga Banjar Lebah Desa Kramas menjelaskan,  yang harus melakukan Sikut Satak 200 adalah pemiliknya sendiri,  namun tetap berpedoman kepada sanggah atau tempat tempat suci, juga pagar.
Tempat tinggal yang dimaksud diantaranya, Bale Dangin, Bale Daje, Bale Lot, dan Bale Dauh, dimana masing-masing Bale tersebut mempunyai fungsi dan arti tersendiri.

Kepala Desa Kramas I Gusti Agung Bagus Arthawijaya menyampaikan Selasa (29/8/2017),  memang adat ini tetap dipertahankan warga Desa Kramas secara pribadi yang merupakan miniatur seperti yang bisa kita lihat di Krajan.

“Adat istiadat warga secara miniatur  bisa pula dilihat secara global pada Pure Dalem, Pure Puseh dan Pure Dalem,” terang Kades Kramas di Balai Desa.

Lanjut I Gusti Agung Bagus Arthawijaya,  warga di Desa Kramas ini masing masing ada yang memeluk agama Islam dan agama Hindu.

“Namun mereka tetap mematuhi adat disini, bahkan sebagai Kepala Desa saya utamakan  menjaga kerukunan antar umat beragama yang satu dengan lainnya,” imbuhnya.

Sementara warisan lelulur berupa Sikut Satak 200 ini tetap bertahan sebagai adat di Desa Kramas meskipun warga memeluk dua agama berbeda, namun tetap hidup rukun bersampingan.(harika)