Tingkatkan Kualitas Batik, UKM Kerajinan Jatim Kunjungi Solo dan DIY

oleh -72 Dilihat
oleh
Ketua Dekranasda Prov Jatim Ibu Nina Soekarwo Msi bersama Kepala Balai Besar Kemenperin DIY Meninjau Kerajinan di Balai Besar Kemenperin di Provinsi DIY

YOGYAKARTA, PETISI.CO – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) terus berupaya meningkatkan kualitas produk agar lebih berdaya saing. Salah satunya adalah mengajak para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) sektor kerajinan untuk  bertukar pikiran dengan para perajin batik di Solo dan Daerah Istimewa Yogjakarta (DIY).

Selama dua hari yaitu pada tanggal 25-26 April 2018, Ketua Dekranasda Prov. Jatim , Dra. hj. Nina Soekarwo, M.Si mengunjungi beberapa titik perajin batik diantaranya Batik Karlina Solo, Batik Gunawan Solo dan Afif Collection.

Dengan  mengajak para pelaku UKM Jatim ke perajin batik di Solo dan DIY, diyakini Bude Karwo akan meningkatkan daya saing UKM Jatim, khususnya menghadapi era perdagangan bebas.

Kunjungan ini juga sebagai upaya membumikan batik agar tetap lestari dan terus dicintai masyarakat Indonesia dan dunia.

” Silaturahmi ini menambah wawasan baru bagi para pelaku UKM untuk terus meningkatkan kualitas batik. Selain itu juga bisa belajar manajemen berorganisasi sehingga bisa bersaing dan membuat inovasi baru,” ujarnya saat mengunjungi Paguyuban Sekar Jagad dan Afif Collection, Daerah Istimewa Yogjakarta, Kamis(26/4/2018).

Ketua Dekranasda Jatim itu menjelaskan, Solo dan DIY  menjadi kiblat dalam perkembangan batik di nusantara, khususnya  Paguyuban Pecinta Batik Sekar Jagad  yang memiliki visi dan misinya yaitu Batik lestari di dunia.

Diharapkan, melalui kunjungan ini akan  terjalin kerjasama antara Sekar Jagad dengan Dekranasda Prov. Jatim maupun dengan para perajin dan menjadikan batik tetap eksis di bumi nusantara.”Perajin batik dari Jatim harus banyak belajar dari Solo dan DIY salah satunya harus ada sisi  di modernisasi,” ungkapnya.

Menurutnya, setiap batik harus mengandung sebuah filosofi. Di Jatim sudah banyak batik yang dihasilkan, akan tetapi harus diperkuat filosofi didalamnya. Sehingga, akan memiliki nilai tambah.

“Di setiap batik alangkah lebih bagus apabila ada deskripsinya seperti nama dan filosofi yang ditanamkan,” ucapnya.

Bude Karwo menambahkan, Jatim menjadi satu satunya Pemerintah Provinsi yang mengenakan batik seminggu 3x, dimana provinsi lain hanya 2x. Hal tersebut menjadi salah satu upaya dalam rangka menggerakkan masyarakat yang dimulai dari ASN untuk mencintai batik.

Kunjungan ke Solo dan DIY, Bude Karwo juga didampingi oleh Wakil Ketua I Dekranasda Prov. Jatim, Lili Halim, Kabiro Perekonomian selaku Sekretaris Dekranasda Prov Jatim. Aries Mukiono, dan Kadis Koperasi dan UMKM prov. Jatim selaku  Kepala Bidang Pengembangan Usaha Dekranasda Jatim, Mas Purnomo Hadi.

Selain mengunjungi perajin batik, Bude Karwo juga berkesempatan mengunjungi Balai Besar Kerajinan dan Batik DIY. Bude Karwo disuguhkan dengan berbagai serba serbi tentang batik. Salah satunya adalah melihat batik motif Cuwiri, dimana  membuat berkesan rombongan karena semua hal yang ada di Balai Kerajinan dan Batik DIY sudah disertai dengan deskripsi dan filosofi.

Pamekasan Jadi Pasar Batik Dunia

Bude Karwo bangga dengan dicetuskannya  Pamekasan sebagai Pasar batik dunia. Ada sekitar 103 perajin batik di Pamekasan. Hal tersebut tidak lepas dari peran serta para perajin batik Pamekasan yang terus giat membuat batik dengan ciri khas sendiri. Dan juga, adanya Paguyuban  Sekar Jagad yang ikut mempromosikan batik Pamekasan di setiap kegiatan yang diselenggarakannya.

“Keistimewaan batik Pamekasan adalah harga yang murah dan model yang banyak. Agar bisa bersaing di pasar global  harus ada standarisasi,” tutur Bude Karwo.

Sementara itu Gusti Kanjeng Bendoro, Raden Ayu Adipati Pakualam menuturkan pembatik Pamekasan sungguh luar biasa dengan karya yang hebat. Hal itu diwujudkan ketika diadakan salah satu pameran batik di DIY. Banyak masyarakat yang antusias akan batik Pamekasan.

“Hal tersebut merupakan wujud bahwa  Batik Pamekasan bisa menjadi warna baru dalam batik dunia,” ungkapnya .

Wanita yang juga sebagai Penasehat Paguyuban Sekar Jagad itu mengajak untuk meningkatkan sinergitas untuk kemajuan batik Indonesia. Jangan sampai batik diakui milik negara lain. Sebagai contoh Malaysia dan Brunei  mulai mencontoh batik Indonesia.

“Hal tersebut menjadi tantangan kita untuk terus membatik dengan kreasi yang lain,” tambahnya.(cah/hms)

No More Posts Available.

No more pages to load.