Uang Saku Minim, Dua Atlet Angkat Besi Jatim Mundur

oleh -109 Dilihat
oleh
Jeffry (tengah) bersama Sofyan (kiri) dan satu lifter puslatda Jatim lainnya

SURABAYA, PETISI.CO – Dua Atlet Angkat Besi (lifter) andalan Jawa Timur (Jatim), Muh Reynaldi Saenal dan Sofyan Listianto mundur dari Puslatda Jatim. Keduanya terpaksa mengambil jalan pintas mundur, lantaran honor atau uang saku yang diterima dari KONI sangat minim.

Kabar mundurnya dua atlet puslatda Jatim itu dibenarkan Ketua Pengprov Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) Jatim, Jeffry Tagore kepada wartawan di Surabaya, Senin (8/5/2023). “Memang betul dia mundur,” tegasnya.

Informasi dari KONI Jatim menyebutkan, Reynaldi mundur dari puslatda Jatim sejak April 2023. Sedangkan, Sofyan mundur Mei 2023. Keduanya mundur dengan alasan yang sama.

Reynaldi tercatat sebagai lifter peraih medali emas di PON 2012 Riau dan PON 2016 Jawa Barat (Jabar) serta perunggu di PON 2021 Papua. Prestasi Sofyan antara lain, perak PON Papua dan perunggu PON Jabar.

Sebelumnya, selama menghuni puslatda, kedua lifter itu mendapat honor sekitar Rp 7 juta per bulan. Kini, seiring dengan minimnya anggaran KONI Jatim hanya menerima Rp 950 ribu per bulan.

“Dia mundur karena uang saku turun drastis. Yang awalnya Rp 7 juta jadi Rp 1 juta. Itupun masih dipotong pajak, tinggal Rp 950 ribu,” ujar Jeffry.

Menurutnya, minimnya uang saku tersebut, dikeluhkan kedua lifter karena sangat minim. Bahkan, Sofyan menganggap uang saku yang kini diterima tidak bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Karena itu, ia berjualan tempe di terminal.

“Dia alasan ingin dekat keluarga. Tapi jelas uang saku gak cukup. Dia harus banting setir bekerja, sementara dia bantu kakaknya jualan tempe di Terminal Malang,” kata pria berkacamata itu.

Sebelum mengundurkan diri, ia mengaku, telah menawarkan kepada dua atlet untuk bisa menetap dan berjuang sampai Pra PON dengan memberikan tambahan uang saku, namun dirasa kurang oleh para atlet. Sehingga, memilih untuk mundur.

Ia tak menampik, jika angkat besi ini merupakan cabor yang membutuhkan protein tinggi. Sehingga, atlet membutuhkan protein dan suplemen yang cukup.

Jeffry mengaku cukup kecewa dengan kondisi tersebut. Sebab, dua atlet tersebut potensial yang bisa meraih emas di PON 2024 mendatang. Dengan mundurnya dua lifter ini, membuat PABSI Jatim menurunkan target dari awalnya lima emas kini hanya tiga atau bahkan dua.

“Sayang karena atlet ini sudah dua kali saya bawa latihan di Korea. Ilmunya sudah tinggi, pengalaman tinggi, sayang kalau tiba-tiba berhenti. Kami sangat kecewa target 5-6 emas kami turunkan karena kami realistis dengan skuad yang ada,” ujarnya.

Dengan anggaran yang minim, Jeffy mengaku saat ini tengah melakukan pelonggaran latihan Puslatda. Di mana, atlet diperbolehkan untuk berlatih di rumah masing-masing dengan harapan bisa mengurangi beban pengeluaran atlet.

Bahkan, saat ini tidak ada peralatan baru. Tidak ada extra suplemen dan tidak ada try out untuk mengasah mental atlet. “Kami harap 2024 anggarannya bisa lebih, sehingga apa yang kami butuhkan ini terwujud dan bisa mendapat hasil maksimal di PON,” tuturnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kabid Binpres KONI Jatim, Dudi Harjantoro mengaku terpaksa melakukan penyesuaian anggaran. Sebab, anggaran yang ada sebesar Rp 55 Miliar tidak cukup memenuhi kebutuhan seluruh cabang olahraga.

Pihaknya tidak bisa memaksa keputusan para atlet yang memilih mengundurkan diri. “Kalau kondisi seperti ini, kami tidak bisa memaksa. Ini kan urusan keberlangsungan hidup atlet, mereka juga harus menghidupi anak dan istrinya,” ungkapnya.

Kondisi tersebut, diharapkan tidak mempengaruhi atlet lain dan tetap semangat untuk menunjukkan prestasi terbaik. “Tetap fokus berlatih hingga pelaksanaan PON 2024 nanti,” tandasnya. (bm)