Warga Trisulo Kediri Keluhkan Debu Akibat Truk Pasir  

oleh -79 Dilihat
oleh
Salah satu truk pasir yang melintas di jalur Desa Wonorejo Trisulo Kabupaten Kediri

KEDIRI, PETISI.CO – Warga Desa Wonorejo Trisulo, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, mengeluhkan jalan rusak dan debu akibat truk pengangkut pasir. Desa tersebut sejauh ini menjadi jalur lalu lintas truk pasir galian C yang ada di lereng Gunung Kelud.

Sejauh ini warga terdampak mengalami sesak nafas hingga batuk-batuk. Terutama anak kecil akibat menghirup udara bercampur debu.

Agus Susilo, warga Desa Wonorejo Trisulo mengaku, kerusakan jalan ini sudah terjadi sejak dua bulan terakhir. Jalan beraspal hancur akibat dilintasi kurang lebih 400 unit truk pengangkut manterial pasir yang berasal dari area pertambangan di aliran lahar Gunung Kelud yang ada di Sungai Ngobo.

“Truk-truk bermuatan material pasir setiap hari melintasi jalan ini. Lama kelamaan jalan rusak berat,” katanya, Rabu (12/9/2018).

Bahkan, semakin hari, gangguan debu di kawasan jalan tersebut semakin menyesakkan dada. Lantaran kerusakan jalan yang belum diperbaiki, sehingga debu beterbangan saat dilintasi kendaraan.

Lanjut Agus, kondisi tersebut kian parah usai adanya kabar jalur di wilayahnya hendak diaspal. Pasalnya, jalur tersebut diberi tanah urug sebelum pengaspalan dimulai. Akibatnya saat ada truk melintas justru tanah tersebut mengakibatkan debu. Ditambah saat angin kencang debu tersebut hingga memasuki rumah warga yang berlokasi di pinggir jalan.

“Panjang jalan yang rusak ini mencapai 5 kilometer. Kondisinya sangat memprihatinkan. Kabarnya awal bulan Agustus lalu mau diaspal dan oleh mandornya sebelum diaspal diberi tanah urug dulu, tapi hingga saat ini belum ada jluntrungnya jadi diaspal apa tidak,” imbuh Agus Susilo.

Sementara, Tontowi Jauhari, perangkat Desa Wonorejo Trisulo mengatakan, warga pernah mengadakan pertemuan dengan pemilik armada truk. Dalam pertemuan tersebut disepakati jika jalur truk dialihkan melalui jalan alternatif. Namun, para sopir truk lebih memilih tetap melalui jalan yang rusak tersebut karena jarak tempuhnya lebih pendek.

“Meski sudah ada perjanjian kesepakatan, tapi tetap saja para sopir truk ini melintas di sini. Kita juga dilema karena para sopir ini juga warga sini,” tandasnya. (bay)