Yayasan IMS Salurkan Bansos ke Panti Jompo Griya Wreda Dalam Semangat Kemerdekaan

oleh -112 Dilihat
oleh
Ketua Umum Yayasan IMS Ibrahim Djamal ABD Nasir Baeshen (kiri) menyerahkan bansos kepada Kasubag TU Griya Wreda, Shokib

SURABAYA, PETISI.CO – Yayasan Indonesia Menegakkan Sunnah (IMS) memberikan bantuan sosial (bansos) kepada warga binaan panti jompo Griya Wreda, Jambangan, Surabaya, Senin (8/8/2022) pagi.

Bansos tersebut, diserahkan langsung Ketua Umum IMS Ibrahim Djamal ABD Nasir Baeshen kepada Kepala UPTD Griya Wreda Didik Dwi Winarno SKep Ns MKKK yang diwakili oleh Kasubag TU Shokib.

“Alhamdulillah ini merupakan bentuk kepedulian kami terhadap sesama. Hari ini, kami menyediakan program Untukmu Wahai Saudaraku Peduli Lansia,” ungkap Ibrahim sebelum acara serah-terima bansos.

Bagi Ibrahim, melihat para penghuni panti jompo, mengingatkan kepada orang tua sendiri.

“Sebagaimana orang tua kita, mereka yang ada di panti ini, dulunya mereka juga bekerja keras banting tulang untuk anak-anak mereka,” ujarnya.

Adapun bansos berupa perangkat elektronik, seperti televisi, blender dan pompa air serta alat kesehatan pengukur tensi. Di samping itu, ada perlengkapan ibadah, yakni sarung. Kemudian, juga ada biskuit, obat-obatan, obat gosok, minyak angin dan keperluan sehari-hari lainnya.

“Kami mengajak para donatur maupun masyarakat umum untuk ikut dan peduli kepada para lansia di panti jompo ini,” kata Ibrahim.

Sementara itu, Kasubag TU Griya Wreda Shokib menyambut baik bantuan sosial yang diberikan oleh Yayasan Indonesia Menegakkan Sunnah.

“Kami sangat bangga dan senang sekali adanya bantuan dari masyarakat, karena sangat dibutuhkan dan bermanfaat, sebab tidak semua keperluan panti ter-cover anggaran pemerintah,” paparnya.

Menurutnya, persoalan panti jompo sebetulnya juga jadi tanggung jawab bersama.

“Kami sangat senang dan berterima kasih atas bantuan ini. Karena ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah kota saja, tetapi harapannya masyarakat juga punya kepedulian,” tutur Shokib.

Diketahui, jumlah warga binaan panti ada 181 jiwa, rinciannya 73 laki-laki dan wanita 108 jiwa. Terbagi tiga kategori, yakni mandiri (bisa aktivitas sendiri), parsial (sebagian aktivitas dilakukan perawat) dan bed-rest/total care. Untuk menjadi warga binaan panti dikatakan, mulai usia 60 tahun.

“Di sini paling tua 98 tahun, mereka warga Kota Surabaya, yang mana dari keluarga miskin terlantar, keluarganya tidak mampu merawat, namun sebetulnya mbah-mbah di sini lebih senang hidup sama keluarganya,” urainya.

Sebagai upaya menghibur warga binaan panti, setiap pagi diajak senam, juga ada pembinaan mental dari sisi keagamaan.

“Sebelum Covid-19, mereka diajak wisata kota-kota ke taman-taman, istilahnya agar mbah-mbah ini tidak jenuh. Dan dalam rangka Hari Kemerdekaan ini, juga diadakan lomba Agustusan,” pungkasnya. (dvd)