Dibutuhkan Peran Aktif Masyarakat Untuk Selesaikan Permasalahan Sampah

oleh -142 Dilihat
oleh
Diskusi media bertema "Manusia Berdaya, Berdayakan Sampah" bertempat di Kantor Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen kota Semarang, Kamis (10/11/2022)

SEMARANG, PETISI.CO – Permasalahan sampah masih menjadi persoalan klasik yang perlu mendapat perhatian serius oleh semua pihak. Tanggung jawab ini tidak hanya menjadi tugas pemerintah, namun masyarakat diharapkan turut memiliki andil untuk penyelesaiannya.

Sampah yang menumpuk dan tidak ditangani dengan baik akan mengurangi keindahan lingkungan serta dapat mengeluarkan aroma yang mengganggu dan mengakibatkan banyak berkembangnya bibit penyakit.

Bahkan sampah masih menjadi salah satu penyumbang kerusakan lingkungan terbesar. Hal tersebut dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat, terutama di tingkat desa. Untuk mengatasi dan mengurangi volume sampah tersebut, salah satu solusinya adalah dengan mendirikan bank sampah.

Guru Besar Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro Prof. Dr. Ir. Syafrudin CES, M.T saat menjadi pemateri dalam diskusi media bertema “Manusia Berdaya, Berdayakan Sampah” yang diselenggarakan Serat.id bertempat di Kantor Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen kota Semarang, Kamis (10/11/2022) memaparkan, pengelolaan bank sampah itu harus dijalankan dengan baik dan profesional karena biasanya kelemahannya itu akuntabilitas. Bank sampah itu, kata dia, harus benar-benar dipahami supaya masyarakat konsumennya benar-benar paham terkait dengan itu.

“Jangan coba-coba mengelola bank sampah itu dimana antara demand dan supplynya itu tidak memenuhi. Pasti nanti dia tidak akan berhasil,” ujarnya.

Prof Syafrudin menuturkan, jika ada bank sampah di satu desa itu supplay sampahnya jumlahnya belum sesuai dengan kebutuhan, maka ia menganjurkan supaya bisa bekerja sama dengan desa yang lain.

“Dengan demikian bank sampah akan berhasil, yang utamanya kan bank sampah itu di dalam rangka untuk mengurangi biaya pengelolaan sampah di tingkat masyarakat. Jadi kalau sampahnya sudah bisa dikelola, nanti untuk biaya dari lokasi TPS ke lokasi TPA masyarakat tidak perlu ditagih karena dibayar oleh bank sampah seakan-akan karena sampah kita sudah dikelola oleh bank sampah,” paparnya.

Dengan demikian, lanjut Prof Syafrudin, cara tersebut menurutnya akan mengurangi pembiayaan, daripada pemerintah daerah selama ini selalu mensubsidi. Ia menambahkan, jika pengelolaan sampah itu tangible cost yang butuh biaya, lain sama jalan tidak secara langsung ada biaya.

“Kemudian drinase tidak secara langsung itu kan sama dengan air bersih, la ini yang harus hati-hati, kalau gak selamanya lingkungan kita rusak dari sampah,” tegasnya.

Prof Syafrudin menambahkan, pengelolaan jenis sampah baik organik maupun anorganik yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga seperti bahan plastik dapat memberikan nilai tambah apabila diolah menjadi aneka kreasi tangan yang dapat menambah penghasilan ekonomi masyarakat.

Pemberian edukasi kepada masyarakat mengenai permasalahan lingkungan yakni penumpukan sampah diperlukan kesadaran untuk mengatasinya. Kesadaran untuk mengatasi permasalahan tersebut berakar dari beberapa faktor penyebab seperti cara berfikir dan perilaku manusia terhadap lingkungan. Adanya partisipasi masyarakat merupakan faktor utama untuk mengelola sampah.

Senada dengan Prof Syafrudin, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang, Heru Purwantoro juga menyampaikan hal yang sama. Menurutnya, bank sampah merupakan solusi alternatif pengelolaan sampah.

Keberadaan bank sampah diharapkan memiliki dampak positif bagi alam sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satunya dengan cara memproduksi ulang sampah. Kegiatan produksi dapat menciptakan dan dapat menambah nilai kegunaan suatu benda yang diproduksi.

“Bank sampah di Kabupaten Semarang itu ada 167 dari jumlah desa 208. Dan jumlah kelurahan 27. Dari 167 bank sampah, 59 bank sampah itu sudah rutin membuat laporan lewat aplikasi Dinas Lingkungan Hidup. Jadi Dinas Lingkungan Hidup itu punya aplikasi namanya Silopah (Sistem informasi untuk pengolahan sampah dengan bank sampah) nanti di situ akan nampak laporan di bank sampah. Berapa jumlah pelanggannya, berapa jumlah penabungnya, berapa kondisi keuangannya nanti di laporan itu ada,” ujar Heru.

Heru merinci, jumlah TPS yang ada di Kabupaten Semarang saat ini ada 163 dengan jumlah TPA hanya ada 1. Hal tersebut bisa memunculkan gejolak di tengah masyarakat jika penumpukan sampah sampai terlambat diambil oleh petugas yang ada di lapangan.

Sehingga keberadaan bank sampah merupakan solusi alternatif pengelolaan sampah. Adanya bank sampah juga diharapkan memiliki dampak positif bagi alam sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satunya dengan cara memproduksi ulang sampah. (lim)

No More Posts Available.

No more pages to load.