Diskusi dengan Pelaku UMKM Lamongan, Atikoh Terinspirasi Ciptakan Kredit Khusus Perempuan

oleh -152 Dilihat
oleh
Atikoh saat menghadiri Dialog dan Penyerahan Sertifikat Produk UMKM di Lamongan

LAMONGAN, PETISI.CO – Siti Atikoh Supriyanti, berdiskusi ratusan pelaku UMKM di Kabupaten Lamongan. Di kesempatan itu, Atikoh mengungkapkan, keberpihakannya kepada kaum perempuan dan marjinal yang kerap kali terasingkan.

“Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk men-suport mereka, salah satunya kredit usaha khusus perempuan, tapi saya tidak menjanjikan, sehingga keberpihakan kita kepada kaum marjinal benar-benar nyata,” ucap Atikoh, usai acara bertajuk Dialog dan Penyerahan Sertifikat Produk UMKM di Gedung Korpri Lamongan, Rabu (20/12/2023) kemarin.

Istri calon presiden Ganjar Pranowo itu mendorong agar para pelaku UMKM bertransformasi ke ruang digital. Selain itu, juga dengan menerapkan model pemasaran yang lebih efisien dan efektif.

“Ada anak-anak muda yang sudah memiliki kompetensi digital marketing, bisa menggerakkan pelaku UMKM, melakukan pembinaan bagaimana cara memotret, menarasikan dan memasarkan ke ruang digital,” katanya.

Selain berdiskusi dengan ratusan pelaku UMKM, Atikoh juga menyerahkan secara langsung sertifikat produk UMKM dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sertifikat tersebut adalah Nomor Induk Berusaha (NIB).

Atikoh berharap dengan NIB tersebut nantinya pelaku UMKM bisa mendapatkan apapun akses yang dibutuhkan.

“Dengan dokumen ini, usaha sudah diakui dan terlindungi akses program pemerintah. Tentu ini juga bisa diintegrasikan. UMKM biasanya dari sisi permodalan bisa difasilitasi pemerintah,” tandasnya.

Sebelum ke Lamongan, Atikoh menghadiri serangkaian acara di Surabaya. Salah satu acara yang dihadiri, yaitu Pertemuan Umat Lintas Agama. Di kegiatan ini, Atikoh bercerita tentang sikapnya terhadap perbedaan agama yang sempat diragukan.

Padahal, sejak kecil ia sudah mengenal toleransi beragama karena memiliki teman berbeda agama. Keraguan itu, dikarenakan penampilannya yang berhijab serta latarbelakang keluarganya yang religius.

“Tapi sejak kecil saya punya teman akrab yang berbeda agama. Justru dengan dia, saya sering ditanya diingatkan, sudah salat atau belum. Begitu pun sebaliknya, jadi keberagaman itu indah,” ungkapnya.

Mulanya, Atikoh membahas soal Sumpah Pemuda, yang menjadi bukti bahwa berdirinya republik ini bukan karena peran satu kelompok. Namun, dari berbagai kelompok yang saling bahu membahu.

“Kemarin saya ke Rengasdengklok (rumah pengasingan Bung Karno) sama Mas Ganjar, ternyata pemilik rumahnya itu WNI keturunan. Jadi kalau ada yang ingin homogenitas, itu adalah orang yang mencoba membelokkan sejarah,” ungkapnya.

Atikoh kemudian mengatakan, bahwa rekam jejak sang suami, Ganjar Pranowo soal kebhinekaan dan toleransi beragama juga bisa dilihat semasa memimpin Jawa Tengah. “Kami selalu membersamai dan melindungi seluruh kelompok masyarakat untuk bisa beribadah secara aman, nyaman dan merdeka,” ujarnya.

Dia juga membahas perjuangan Ganjar agar umat Buddha dan Hindu dapat beribadah di Candi Borobudur dan Prambanan tanpa diperlakukan bak wisatawan.

Untuk tempat ibadah lain, juga diupayakan dengan baik di Jateng. “Sehingga tidak ada namanya mayoritas minoritas, karena semua memiliki hak sama untuk ibadah dan mendekatkan diri pada sang khalik,” tegasnya.

Seperti diketahui, Siti Atikoh adalah cucu dari Kiai Hisyam Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Roudlotus Sholihin di Pedukuhan Sokawera, Desa Kalijaran, Karanganyar, Purbalingga. Kiai Hisyam dikenal sebagai Rais Syuriah PCNU Purbalingga pada 1973-1983 di wilayah Purbalingga, Jawa Tengah. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.