DPKP Surabaya Kencangkan Respon Time 7 Menit, Berikut Pemetaannya

oleh -183 Dilihat
oleh
Ilustrasi pemadaman kebakaran di Surabaya

SURABAYA, PETISI.CO – Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Surabaya terus memperkuat upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Hal ini diimplementasikan oleh pemadam kebakaran Surabaya, dengan memastikan respon time 7 menit dalam setiap upaya pemadaman kebakaran.

Kepala DPKP Surabaya, Laksita Rini Sevriani, menyatakan bahwa respon time 7 menit merupakan hal utama dalam menanggapi adanya insiden kebakaran.

“Respon time 7 menit menjadi standar operasional kami untuk memastikan petugas dapat tiba tepat waktu di lokasi kejadian. Dalam 3 menit pertama, kecepatan tanggap sangat krusial,” ungkap Laksita.

Berdasarkan catatan tahun 2023, DPKP Surabaya berhasil menangani 793 kasus kebakaran, dengan rincian 121 kasus berasal dari bangunan, 18 kasus dari kendaraan, dan 654 kasus dari kejadian di luar bangunan, seperti kebakaran alang-alang dan sampah. Ia menjelaskan, Data tersebut menjadi dasar pemetaan strategi dari pemadam kebakaran Surabaya, dalam meningkatkan efisiensi penanganan kebakaran.

Laksita menjelaskan, penerapan respon time 7 menit tidak hanya sebatas kecepatan tanggap, tetapi juga melibatkan pemetaan wilayah padat penduduk. Selain itu, DPKP Surabaya berencana membuat hidran kering di tahun 2024 dan menambah sumur serta pos pemadam di beberapa kecamatan, seperti Margorejo dan Lontar Kota Surabaya, untuk meminimalisir jarak antara petugas dan lokasi kebakaran.

“Tidak hanya kecepatan, tetapi juga pemetaan wilayah yang cermat. Jarak yang efektif antara pos pemadam dan pemukiman sangat krusial. Ini untuk memastikan bahwa respon time 7 menit dapat tercapai,” ujarnya.

Kendati demikian, ia juga berharap akan partisipasi aktif masyarakat. Karena itu, pihak DPKP Surabaya bakal rutin untuk menggelar sosialisasi, pelatihan, dan peningkatan kesadaran di kalangan masyarakat terus dilakukan.

“Untuk kedepan, kita tingkatkan lagi supaya lebih profesional dalam pengembangannya kepada masyarakat sekitar. Dari RW bisa ke RT hingga dasawisma, karena sasaran utama kita adalah ibu-ibu yang biasa di rumah,” pungkas Laksita. (dvd)

No More Posts Available.

No more pages to load.