Feeder Beroperasi, MPU Semakin Sepi, DPRD Surabaya: Pemkot Harus Tetap Memikirkan Nasib Mereka

oleh -151 Dilihat
oleh
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi saat peluncuran feeder di depan gedung Siola

SURABAYA, PETISI.CO – Kendaraan angkutan umum atau MPU (Mobil Penumpang Umum, red) pernah melegenda di kota Surabaya. Selain angkutan kereta api, bus kota, dan mini bus, MPU atau Lyn juga pernah merajai jalanan di semua ruas jalan besar di kota Surabaya. Mau ke pasar, ke sekolah, ke tempat kerja, dulu MPU atau Lyn selalu menjadi pilihan utama warga Surabaya.

Pemerintahan Presiden Jokowi sejak awal memerintah mendapatkan amanat dari rakyat telah memikirkan jauh hari persoalan-persoalan mendasar yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan pribadi.

Para sopir MPU atau Lyn G di terminal Joyoboyo

Bukan hanya kemacetan yang menguras energi, waktu dan biaya BBM yang hilang percuma di tengah jalan, juga menurunnya efisiensi dan produksitivitas masyarakat akibat dari kemacetan yang ditimbulkan oleh begitu banyaknya kendaraan yang mengaspal di jalan.

Kini era penggunaan transportasi umum mulai bergeser ketika kepemilikan kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua semakin bertambah luar biasa setiap tahunnya. Belum lagi dengan keberadaan Feeder yang mulai beroperasi di seluruh kota Surabaya.

Dengan adanya Feeder, juga mengancam keberadaan MPU atau Lyn yang semakin terjepit. Sehingga diperkirakan semakin banyak pengangguran dan kemacetan semakin terjadi, dikarenakan MPU atau Lyn sepi penumpang di setiap harinya.

Seperti halnya banyak MPU atau Lyn di berbagai jurusan atau trayek di terminal-terminal kota Surabaya, yang sering kosong melompong atau hanya ada satu dua penumpang saja di setiap harinya.

Kondisi MPU atau Lyn saat ini benar-benar sangat memprihatinkan. Jumlah motor pribadi terus bertambah, ojek dan taksi online semakin membanjiri, belum lagi Pemkot Surabaya menyediakan puluhan unit angkutan Feeder dengan fasilitas AC yang sangat nyaman. Sehingga semakin tamat riwayat MPU atau Lyn di kota Surabaya.

Dengan hadirnya Feeder di kota Surabaya, semakin membuat dilematis bagi para pemilik MPU dan sopirnya. Berkali-kali mereka menyuarakan nasibnya ke pemerintah, berkali-kali juga minim solusi dan bahkan hanya kegagalan yang dicapai.

Endy Suhadi, selaku Anggota Komisi C DPRD Surabaya mengatakan, bahwa hal ini menurutnya memang benar-benar sangat memprihatinkan. Sebuah kota besar yang tumbuh pesat sesuai perkembangannya, juga harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

Endy berujar, hal ini tentunya tidak mengabaikan kondisi MPU yang sudah ada jauh lebih dahulu, dibandingkan angkutan modern. Tapi kondisinya sekarang pelan-pelan semakin sepi, kalah bersaing dengan moda transportasi yang saat ini jauh lebih modern.

“Ada Gojek dan Grab yang menggunakan aplikasi juga ditunjang dengan kondisi kendaraan yang bagus, juga ber-AC, juga terjangkau dan tepat waktu, baik roda 2 maupun roda 4. Namun pemerintah juga harus memikirkan terhadap MPU yang saat ini pelan-pelan semakin mati, tinggal beberapa unit dan juga banyak armadanya yang tidak lagi beroperasi dikarenakan semakin sepinya penumpang di setiap harinya,” ucap Endy Suhadi yang juga sebagai Ketua Fraksi Gerindra DPRD Surabaya ini, Kamis (02/03/2023) malam.

Terkait transportasi massal cepat, menurut Endy, Pemkot Surabaya sebenarnya terlambat kalau dibandingkan dengan kota besar lain di Indonesia semisal DKI Jakarta, Bekasi, Tanggerang dan lainnya. Karena sudah berbenah terlebih dahulu mengikuti perkembangan zaman, dan tetap memikirkan nasib para pelaku MPU atau Lyn agar tetap diberdayakan ke transportasi modern.

“Untuk sopir MPU yang sudah purna harus tetap diajak berkomunikasi untuk turut serta menjalankan Feeder. Terutama bagi yang masih usia produktif, atau bisa digantikan oleh anak dari keluarga sopir MPU atau Lyn tersebut yang mau menjadi driver. Sehingga keadilan nasib mereka untuk tetap hidup tidak terkesan dirampas,” tegas Endy.

Politisi Gerindra ini juga meminta Pemkot melalui Dishub kota Surabaya untuk tetap membuka lowongan driver Feeder, supaya para sopir MPU atau Lyn tersebut berpindah ke transportasi modern.

“Harus juga dilakukan kombinasi oleh teman Dishub dengan membuka lowongan bagi para sopir MPU atau Lyn, untuk menjadi driver Feeder yang sudah mulai beroperasi dan memberikan layanan angkutan umum kepada seluruh masyarakat Surabaya,” tandas Endy Suhadi, selaku Anggota Komisi C DPRD Surabaya ini.

Sementara itu, para sopir MPU atau Lyn G Hijau di terminal Joyoboyo menyatakan semakin terpinggirkan angkutan mereka dan juga menolak keras. Tidak hanya dikarenakan keberadaan Suroboyo Bus dan angkutan online, melainkan juga dengan adanya Feeder.

Hal itu dikatakan oleh Ngateman selaku sopir MPU atau Lyn G warna hijau yang menyatakan atas keberatan dengan hadirnya Feeder di kota Surabaya.

“Kami menolak keras dengan adanya Feeder yang melalui rute Joyoboyo, Kedurus, dan Sepanjang,” tegasnya, Jum’at (03/03/2023) siang.

Menurut Ngateman, sebelum adanya Feeder, kondisi MPU atau Lyn G warna hijau sudah sangat sepi. Andaikata Dishub Surabaya tetap memaksa akan mencabut trayeknya, maka harapan Ngateman harus ada kejelasan juga terhadap nasib para sopir MPU ini.

“Terus kalau memang tetap memaksa, dengan trayek yang akan dicabut oleh Dishub juga harus ada kejelasan nasib para sopirnya ini,” kata Ngateman.

Ngateman mengatakan, bahwa selama ini belum ada intervensi Pemerintah Kota Surabaya untuk memikirkan nasib para sopir MPU atau Lyn ini. Dirinya sebagai warga Surabaya juga merasa terlantar dikarenakan kondisi MPU atau Lyn semakin sepi penumpang di setiap harinya.

“Lebih baik MPU, khususnya juga Lyn G dibeli semurah mungkin oleh Pemerintah Kota Surabaya sesuai harga yang dipatok. Biar Lyn G habis, lalu Feeder muncul,” ucapnya.

Menurutnya, para sopir MPU atau Lyn G di setiap harinya pada saat ini sudah sangat resah dan juga sangat memprihatinkan. Pasalnya, setiap hari dapat penumpang hanya dua atau tiga tidak cukup untuk membeli BBM.

“Bagaimana adanya Feeder diantara kami? Kami ini sudah sangat cukup resah mas. Dapat penumpang setiap hari hanya dua atau tiga penumpang saja tidak cukup untuk beli bensin, dan belum lagi buat operasional,” tandasnya.

Senada disampaikan juga oleh Sugik, selaku salah satu dari sopir MPU atau Lyn G jurusan Joyoboyo, Kedurus, dan Sepanjang. Menurutnya tidak ada kepedulian dan intervensi Pemerintah Kota Surabaya terhadap nasib para sopir MPU atau Lyn yang semakin terpinggirkan.

“Tidak ada kepedulian Pemerintah Kota Surabaya terhadap nasib kami, karena angkutan MPU atau Lyn ini sengaja ditindas oleh Pemerintah dan mau dihabiskan,” ucapnya kepada awakmedia.

Sugik juga berharap, semoga masih ada Wakil Rakyat yang duduk di kursi pemerintahan untuk turut memikirkan nasib para sopir MPU atau Lyn yang semakin memprihatinkan.

“Termasuk MPU atau Lyn lain yang memiliki trayek rute di seluruh kota Surabaya. Semoga masih ada Para Wakil Rakyat yang turut memikirkan nasib kami,” pungkasnya.

Beberapa dari sopir MPU atau Lyn di terminal Joyoboyo juga masih menagih janji Pemkot yang merekrut para sopir angkot, untuk dijadikan sopir dan juga kru dari transportasi modern yang diadakan oleh Pemerintah Kota Surabaya. (riz)

No More Posts Available.

No more pages to load.