Gandeng ITS, Bogasari Uji Komersial Mesin Pengering Mie Buat UKM

oleh -96 Dilihat
oleh
Asisten Manajer Kemitraan UKM Bogasari, Umi Wulandari menyerahkan mesin Oven dan Steamer kepada Sugianto, UKM Mie Kering Iso Murni asal Surabaya.

SURABAYA, PETISI.CO – Dalam upaya menjaga stabilitas produksi UKM mie kering dan kerupuk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari bekerja sama dengan ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) membuat mesin oven dan steamer.

“Targetnya mesin oven dan steamer ini dapat menggantikan energi panas matahari yang dipakai UKM mie kering dan kerupuk dalam proses pengeringan,” kata Wakil Kepala Divisi Bogasari, Erwin Sudharma dalam siaran pers Webinar Uji Komersial Mesing Pengering Mie dan Kerupuk Buat UKM melalui aplikasi zooms meeting, Jumat (27/11/2020).

Dijelaskan, selain mesin ini bisa menjamin kelancaran produksi di musim penghujan, cara kerjanya juga dirancang dengan konsep hemat energi. Karena saat produk dikukus atau direbus, udara panas yang dihasilkan dari burner mesin steamer dialirkan juga ke oven untuk proses pengeringan. Apalagi di musim penghujan tentu sulit mendapatkan sinar matahari.

Karena itu, pihaknya menargetkan mesin ini akan sangat membantu kesulitan UKM dalam hal pengeringan yang merupakan tahapan utama dalam produksi mie kering dan kerupuk. “Dan sudah menjadi komitmen Bogasari untuk terus membantu mencarikan solusi guna peningkatan usaha UKM,” tandasnya.

Pembuatan oven dan stemer ini merupakan ide Bogasari yang mayoritas pelanggannya adalah UKM. Namun dalam pembuatannya, Bogasari sebagai pabrik tepung terigu pertama di Indonesia yang tahun depan akan berusia 50 tahun, sengaja berkerja sama dengan lembaga pendidikan yang memiliki program vokasi, yakni Departemen Teknik Mesin Industri Fakultas Vokasi ITS, Surabaya.

“Jadi ini merupakan wujud kolaborasi dunia usaha dunia industri (DuDi) yakni Bogasari, UKM, dengan institusi pendidikan,” tegasnya.

Webinar uji komersial mesin pengering ini juga dihadiri Senior Vice President (SVP) Marketing Bogasari Ivo Ariawan. Dari ITS hadir Nur Husodo selaku Koordinator Tim Penggerak Teknologi tepat guna Departemen Teknik Mesin Industri-Fakultas Vokasi (DTMI-FV) dan Kepala Sub Direktorat Pengabdian kepada Masyrakat Lalu Muhammad Jaelani ST MSc PhD. Dari pihak UKM yang hadir langsung di ITS, Suhadi UKM Kerupuk Suhadi asal Tuban.

Uji komersial ini ditandai dengan penyerahan secara simbolis oven dan steamer kepada Suhadi, UKM Kerupuk Suhadi dari Tuban. Sedangkan 4 UKM lainnya akan mendapatkan mesin oven dan steamer bulan Desember ini juga dalam rangka melakukan uji komersial.

Empat UKM lainnya tersebut adalah Sugianto, UKM Mie Kering Iso Murni asal Surabaya, Suranto (UKM Rambak-Klaten) Yusral Jinis (Mie Kuning Tani Mulya-Padang) dan Wahyu Indra Mie Gerobakan asal Depok.

“Uji komersial untuk mengetahui bagaimana dampak secara bisnis kepada UKM. Makanya selama 3 bulan ke depan setelah semua mesin diterima UKM, Bogasari akan memonitor secara khusus mulai dari dampak terhadap proses dan biaya produksi, penggunaan tenaga kerja, volume produksi, dan aspek lainnya. Kita ingin memastikan bagaimana nilai bisnisnya untuk usaha UKM,” jelas Erwin.

Menurutnya, latar belakang ide pembuatan mesin oven dan steamer ini, karena masih banyak UKM yang memproduksi mie kering dan kerupuk mengandalkan panas matahari. Akibatnya di musim penghujan produksi pastinya terganggu dan penjualan juga menurun.

Contohnya Kota Padang, yang dikenal dengan makanan khas mie kering sanggul. Sehari-hari Mie kering ini dipakai sebagai bahan tambahan untuk makanan lainnya seperti, lontong, ketupat, lotek, gado gado dan lain-lain. Selain itu, juga menjadi buah tangan atau oleh-oleh khas dari Minang.

Mie Kering Sangul ini dipasarkan ke seluruh area Sumatera Barat yang terdiri dari 19 Kabupaten/kota dan sejumlah provinsi yang merupakan daerah perantauan orang Minang. Contohnya Pekanbaru, Riau Kepulauan, Batam, Jambi, Palembang, dan Lampung.

Karena itulah, konsumsi tepung terigu untuk usaha mie kering di Padang bisa mencapai sekitar 900 ton per bulannya. Semua UKM mie kering di sana, seperti juga di kota-kota lainnya hampir semua masih mengandalkan panas matahari dalam pengeringan. “Yang sudah pakai mesin baru hanya level industri saja,” tambah SVP Marketing Bogasari, Ivo Ariawan,

Dijelaskan, penggunaan mesin oven dan steamer ini akan sangat bermanfaat buat UKM. Selain tidak tergantung matahari, hemat energi, juga bisa meningkatkan kapasitas jam produksi. Sebagai contoh, untuk pengeringan mie kerupuk dengan matahari butuh waktu 2 hari dari pagi sampai sore.

Sedangkan dengan mesin oven hanya butuh 3-5 jam. Pun halnya untuk pengeringan mie dengan matahari paling cepat 5-7 jam, sedangkan dengan mesin hanya 1,5 jam.

Yang pasti, lanjutnya, untuk pengeringan dengan mesin oven ini hanya membutuhkan lahan kecil. Tidak harus seluas lahan pengeringan yang masih memakai panas matahari. Jumlah sumber daya manusia juga bisa sedikit dihemat.

Setelah uji komersial selama 3 bulan, Bogasari akan melakukan evaluasi bersama UKM dan Departemen Teknik Mesin Industri-Fakultas Vokasi ITS Surabaya. Termasuk rencana produksi ke depannya.

“Yang pasti, Bogasari berharap, produksi massal mesin ini ke depannya tidak hanya dilakukan oleh Departemen Teknik Mesin Industri-Fakultas Vokasi ITS tapi juga kesempatan untuk para UKM yang bergerak di produksi peralatan. Jadi kembali kepada konsep dasar yakni kolaborasi dunia usaha dunia industri dengan dunia pendidikan dan UKM,” tuturnya. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.