SURABAYA, PETISI.CO – Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Lestianto Dardak, menginginkan kualitas demokrasi di Pilkada serentak 2020 meningkat seperti Pemilu di negara maju seperti Amerika.
Partisipasi masyarakat sangat cerdas dalam menggunakan hak pilihnya, serta diwarnai dengan adu program visi dan misi. Tidak ada lagi masalah sentimen SARA terjadi.
Demikian disampaikan Emil Dardak, Wagub Jatim menyampaikan pesan tertulis Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang berhalangan hadir sebagai keynote speaker di seminar yang dihelat PWI Jatim, di Hotel Kampi, Kamis (5/3/2020).
Selain menekankan peran media dalam menjaga kondusifitas Jawa Timur, dia juga banyak berbicara tentang pengalaman menyaksikan Pilkada di Amerika antara kontestasi para calon walikota di Washington DC USA, saat menjabat Bupati Trenggalek sebelum maju di Pilgub lalu.
“Media harus lebih berimbang dalam memberitakan isu isu para calon. Masyarakat harus diajak berpikir cerdas dan rasional tidak lagi menggunakan cara cara yang mengandung kerawanan sosial,” ujar Emil.
Pilkada serentak 2020 sendiri di Jawa Timur terdapat 19 Kabupaten / Kota yang akan melangsungkan pesta demokrasi ini.
Emil, berharap pers dan media dalam demokrasi sebagai pilar utama yang menentukan untuk senantiasa menjadi lentera kepada masyarakat, memberikan kritikan objektif sehingga kualitas demokrasi lebih baik.
“Saya yakin kepada PWI dan anggotanya bisa menjalankan fungsi itu,” jelasnya.
Emil, menjelaskan bagaimana di negara maju potensi komunikasi visi misi dan adu program bisa menjadi faktor menentukan dalam hasil Pemilu.
Saat ini kata dia ada yang masih memakai cara pop culture Politic. Saat media memberitakan di satu sisi, maka sisi calon lain defensif . Yang terjadi ketidak berimbangan menuju Power game di luaran.
Yang terpenting belajar demokrasi dari negara maju adalah, politik meraih kekuasaan bukan end (tujuan akhir) tetapi hanya sebagai tools (alat).
“Bagaimana edukasi terhadap vooters (pemilih) dari Mike Gloomberg, dan bersaing dengan Joe Baiden, dan Benny Sanders. Dinamika menarik secara intelektual. Sehingga setiap pernyataan para kandidat itu bisa mempengaruhi saham,” ujar Emil.
Publik harus diajari mengapresiasi sebuah kepatuhan terhadap rule atau regulasi, masyarakat harus dibuat aware sehingga tugas penyelenggara Pemilu semisal Banwaslu dan KPU menjadi saling tertopang.
Sistem demokrasi bagaimana mengeducate basic massa. Dan muncul trust media massa. Seperti di Washington DC, katanya kode etik jurnalistik sangat memperhatikan kualitas nara sumber. “Jadi tidak sembarangan orang dicitrakan sebagai pengamat atau intelektual tetapi benar benar punya keilmuan tinggi,” ujarnya.
Terakhir dia mengajak semua pihak menjadikan pesta demokrasi benar benar serius dan menjaga keamanan masyarakat, sehingga menghasilkan pemimpin yang baik.(kim)