SURABAYA, PETISI.CO – Penderita katarak di Jawa Timur (Jatim) cukup tinggi. Data Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014-2016 menunjukkan, Provinsi Jatim merupakan salah satu dari 15 provinsi di Indonesia yang berkontribusi pada tingginya prevalensi nasional.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjelaskan angka penderita katarak di Jatim masih di atas rata-rata nasional. Untuk Nasional 3 persen. Sedangkan di Jatim 4,3 persen.
“Jadi, 1,3 persen lebih tinggi dari rata-rata nasional sebenarnya,” katanya kepada wartawan di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (13/12/2019).
Berdasarkan data hasil RAAB) tersebut, angka penderita Jatim adalah 4,3 persen dengan penyebab utamanya yakni katarak yang tidak ditangani (untreated cataract) sebesar 81,1 persen. Ini menempatkan Jawa Timur pada posisi pertama di Indonesia.
“Makanya kemudian ketika Bang Andy F Noya sebagai komisi mata nasional menyebutkan itu, saya langsung komunikasi dengan Pak Kohar (Kadinkes) supaya bisa segera siapkan Komatda (Komite Mata Daerah),” ujar Khofifah.
Pemprov Jatim sendiri menargetkan tahun 2023 bebas katarak. Karenanya pemetaan dan penanganan serius dilakukan untuk mencapai target tersebut. Persatuan Dokter Mata Daerah (Perdami) pun digandeng guna mempercepatnya.
“Komatda nanti yang akan menjadi komandan pemetaan, bersama klinik mata diberbagai daerah,” tegas mantan Menteri Sosial itu.
Sementara itu, data Dinas Kesehatan Jatim yang dirilis Oktober 2019 silam, jumlah penderita katarak masih menyentuh angka 400 ribu orang. Banyak faktor risiko penyebab katarak, yakni, seperti diabetes, dan hipertensi, serta karena paparan sinar ultraviolet.
“Ada beberapa faktor resiko penyebab katarak diantaranya ultraviolet dan penyakit dasar seperti diabet dan hipertensi, oleh karenanya arah pencegahan kita ke sana,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Kohar Hari Santoso belum lama ini. (bm)