Surabaya, petisi.co – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan menjadi pengurus NU itu bukan soal ingin viral, menjadi terkenal atau berkuasa.
Hal itu ditegaskan Gus Yahya dalam Gebyar Ramadhan PWNU Jatim di Kantor PWNU Jatim, Surabaya, Selasa (25/3). “Jadi, kita ber-NU itu awalnya perlu bertanya, kita itu mau apa? Apa mau berkuasa dengan segala cara, tentu bisa saja, tapi apa ya tega,” katanya.
Acara yang dihadiri pengurus NU se-Jatim itu juga dihadiri Sekjen PBNU dan Mensos H Syaifullah Yusuf, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Kepala BPN Jatim Dr Asep Heri (Panglima Wakaf PWNU).
“Kalau bukan kekuasaan, apa mau jadi pusat viral, yang juga mudah saja, tinggal pakai buzzer. Terakhir, apa mau jadi orang yang manfaat. Ini soal pilihan,” kata Gus Yahya yang sempat menyerahkan sertifikasi wakaf kepada sembilan PCNU di Jatim.
Namun, Gus Yahya menyarankan agar siapapun yang menjadi pengurus NU untuk kembali ke persepsi para muassis (pendiri) NU yang berikhtiar untuk kemaslahatan umat secara umum.
“Saya sendiri sudah mendedikasikan diri untuk menjadi tukang masak yang dirasakan enak bagi siapapun, meski selera beda-beda. Sebagai tukang masak, saya membangun konsolidasi yang jadi, tata kelola yang lebih baik. Yang penting, orang jam’iyah/organisasi ya berperilaku jam’iyah/prosedural,” tuturnya.
Pandangan senada juga diungkapkan Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori. “Ber-NU itu ya niat berkhidmat kepada umat secara Lillaahi Ta’ala dan mengharapkan ridho Allah, karena NU itu organisasi yang sudah on the track dengan tuntunan para kiai,” katanya.
Ketua PWNU Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz (Kiai Kikin) menyatakan nilai penting dari Ramadhan adalah kebersamaan dalam bentuk silaturahmi dan empati kepada sesama. “Kebersamaan itu penting untuk bangsa ini,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala BPN Jatim Dr Asep Heri yang didaulat para ulama PWNU Jatim sebagai “Panglima Wakaf” sejak 25 Februari 2025 itu melaporkan hasil ikhtiar Satgas Percepatan Wakaf Tanah selama satu bulan terakhir.
“Sejak dipercaya para kiai menjadi Panglima Wakaf, satgas percepatan tanah wakaf yang saya pimpin telah bekerja dan berkolaborasi dengan 39 kantor untuk target 80.000 sertifikat selama 2025,” katanya.
Hingga kini, 59.418 berkas yang mayoritas milik organisasi NU telah teridentifikasi dalam tiga fakta yakni bukti sertifikasi yang lengkap, bukti sertifikasi yang tidak lengkap, dan bukti sertifikasi yang tidak ada.
“Sore ini sudah ada 3.705 sertifikat yang selesai. Yang maju dan paling cepat ada pada sembilan kantor BPN, yakni Tuban, Kabupaten Probolingggo, Lamongan, Pacitan, Kabupaten Kediri, Nganjuk, Jombang, Lumajang, dan Kabupaten Pasuruan,” katanya. (bm)