Hadapi Era Digital, Ning Lia: Diperlukan Karakter Pemuda Yang Tangguh

oleh -220 Dilihat
oleh
Ning Lia menjadi nara sumber di seminar ‘Pelajar Tangguh di Era Digitalisasi’

SURABAYA, PETISI.CO – Aktivis perempuan Dr Lia Istifhama mengatakan menghadapi era digital yang semakin pesat dan menjadi indikator utama di berbagai lini, diantaranya ekonomi, maka diperlukan karakter pelajar atau pemuda tangguh di era digital. Yang mana terwujud melalui sikap adaptif dan cerdas membaca perkembangan digital.

Hal itu dikatakan Lia Istifhama pada seminar ‘Pelajar Tangguh di Era Digitalisasi’ di Auditorium Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Pacitan, belum lama ini.

“Pesatnya kemajuan digital, menjadi alasan utama kesiapan kita semua menyambut Indonesia Digital 2024. Pada saat itu, ning Lia, sapaan akrab  menjelaskan pentingnya karakter pelajar yang adaptif dan cerdas di era digital,” tambahnya.

Seperti diketahui, agenda transformasi digital industri sudah menjadi bagian dari Making Indonesia 4.0 yang dicanangkan sejak tahun 2018. Gerakan Making Indonesia 4.0 sendiri, tidak hanya meliputi industri skala besar, namun juga industri kecil dan menengah (IKM).

Salah satu potret nyata untuk mewujudkannya adalah tersusunnya arah transformasi digital 2024 di mana pertumbuhan ekonomi digital harus mencapai 3,17% sampai 4,66%.

Transformasi digital tersebut, juga dikenal sebagai Indonesia digital 2024. Bukan isapan jempol, lekatnya digital dengan industri, nampak pada nilai transaksi e-commerce.

Terbaru, dalam laporan Pertemuan Tahunan BI 2023, otoritas moneter memperkirakan total nilai transaksi e-commerce pada 2023 sebanyak Rp 474 triliun.

Perempuan yang akrab disapa Ning Lia itu, menyebut adaptif yang dimaksud disini adalah molecularization atau mudah beradaptasi. Jika dalam Islam, istilahnya shalihun li kulli zaman wa makan, yaitu sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi zaman.

“Berikutnya adalah cerdas membaca realitas perkembangan digital. Contoh, memahami bahwa digital adalah convergence, yang mana pelajar harus mampu mengkonvergensikan tiga sektor industri, yaitu: computing, communications, dan content,” jelasnya.

Calon DPD RI Jatim tersebut, lalu menjelaskan secara detail pola konvergensi yang bisa dilakukan pelajar. Dia mencoba breakdown pola konvergensi atau convergence. Computing di sini adalah bahwa pelajar harus melek perangkat digital, seperti gadget.

“Communications adalah bahwa pelajar harus berani dan mau mengasah skill komunikasi, kare tanpa komunikasi yang baik, pasti akan timbul kesalahpahaman. Yang terakhir adalah content, yaitu isi atau muatan apa yang ingin disampaikan,” paparnya.

Dia pun memberi contoh pelajar ingin berkarya, maka tunjukkan apa tujuan karya tersebut, maknanya apa. Misal membuat animasi kartun, maka harus memiliki makna positif, nilai edukasi atau moral yang bisa disampaikan.

“Jangan sampai hanya mengkomunikasikan sebuah karya yang menghibur namun tidak memiliki makna lain selain hanya menghibur,” tegas penerima penghargaan Tokoh Perempuan Inspiratif dari Kabarpas tersebut.

Niang Lia berpesan agar pelajar selalu menjaga kesehatan mental. “Di era digital, jaga mental jangan sampai terpental. Maksudnya, perkembangan digital diikuti secara bijak.

“Jangan sampai menilai konten dalam digital adalah bentuk persaingan atau kompetisi yang hanya membebani dan menjebak kalian dalam kamuflase dunia maya,” tandas perempuan yang acapkali menyebut peran CANTIK perempuan tersebut.

Di akhir, Ning Lia mengajak kader IPNU IPPNU membangun karya dengan sentilan pantun. “Minum jus srikaya dipinggir pantai Pacitan. Ayo fokus bangun karya jangan lagi inget mantan,” ucapnya berpantun.

Acara seminar itu sendiri, merupakan rangkaian acara pelantikan IPNU IPPNU Pacitan yang mana dihadiri oleh Ketua PW IPNU Jatin M. Fahrul Irfansyah dan Pengasuh PIP Tremas, KH Luqman Harits Dimyathi. Sedangkan yang dilantik adalah Ketua PC IPNU Pacitan, Miftahul Mukhlis dan Ketua  PC IPPNU Pacitan, Vivi Alfiana. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.