Jejak Peran Ulama Indonesia dalam Perkembangan Agama Islam di Port Elizabeth-Afrika Selatan

oleh -790 Dilihat
oleh
Tudiono, Konjen RI Cape Town menerima kunjungan Ketua Komunitas Cape Malay di Port Elizabeth, Imam Yusuf Agherdien.

CAPE TOWN, PETISI.CO – Di Afrika Selatan, jejak para ulama Indonesia selain di Cape Town juga nampak di Kota Port Elizabeth, sebuah kota di Provinsi Eastern Cape dan berjarak sekitar 750 km dari Cape Town. Kota ini dihuni lebih dari 967.677 penduduk. Sementara, sekitar 20 ribu warga keturunan Indonesia yang disebut Cape Malay tinggal di kota ini.

“Keberadaan masyarakat Muslim Cape Malay tidak terlepas dari 2 peperangan, yakni Battle of Baauwberg pada 1806 dan War of the Axe pada 1846. Muslim keturunan Indonesia (Cape Malay) direkrut dalam wajib militer dan dikirimkan untuk mempertahankan perbatasan timur,” ujar Konjen RI Capr Town Tudiono kepada petisi.co, Jumat (01/09/2023).

Dikatakan Tudiono, salah satu tokoh pelopor Cape Malay saat itu adalah Jabaarudien, dikenal juga sebagai Abdul Malick atau Jan Bardien. Dilahirkan tahun 1784, Jabaarudien, banyak diyakini sebagai cucu dari Sultan Nabier-keluarga kerajaan dari Indonesia. Dia tiba di Uitenhage pada 1815 dan turut terlibat langsung dalam pembangunan masjid pertama di Uitenhage.

“Melalui upaya Imam Jabaarudien bersama masyarakat, berhasil dibangun masjid pertama di Eastern Cape yang diberi nama Musjid Al Qudama pada tahun 1840-an,”  ujar Tudiono.

Selain itu, kata Tudiono, di Port Elizabeth banyak terdapat pemakaman muslim, tempat makam ulama asal Indonesia dan puluhan makam lainnya yang batu nisannya menggunakan aksara Arab dengan Bahasa Jawa (Arab Jawi). Tulisan pada salah satu nisan berbunyi “Abu Raffie bin Maulana Ngobaa Jawi asal Banten pulang ke Rahmatullah umurnya 78 tahun 6 bulan daripada dua likur malam rabu waktu Isya bulan rabiul akhir tahun 1277 Hijriyah.”

Tudiono Konjen RI Cape Town berbincang dengan Ketua Komunitas Cape Malay di Port Elizabeth, Imam Yusuf Agherdien bersama isterinya

Untuk itu, kata Tudiono, dalam rangka terus menjaga hubungan dan memperat silaturahmi  dengan komunitas Cape Malay di Port Elizabeth, Konjen RI Cape Town didampingi Konsul Pensosbud menerima kunjungan Ketua Komunitas Cape Malay di Port Elizabeth, Imam Yusuf Agherdien bersama  isterinya. Dalam pertemuan singkat tersebut, Imam Yusuf mengucapkan selamat datang di Afrika Selatan dan mendo’akan tugas-tugas Konjen RI berjalan dengan baik.

Imam Yusuf sendiri sejak 2011 mengelola Indonesia’s Heritage Corner yang berada di Eastern Cape Muslim Heritage Museum. Musium ini banyak menyimpan sejarah perkembangan komunitas Cape Malay dan Islam di Provinsi Eastern Cape. Di antaranya adalah kitab-kitab yang diwarisi dari ayahnya, dan semuanya menggunakan Arab Jawi.

“Sejumlah fakta-fakta yang tersinpan di musium tersebut menggambarkan dengan jelas peran besar Ulama asal Indonesia dalam perkembangan agama Islam di Afrika Selatan, tidak hanya di Cape Town, namun juga di Port Elizabeth dan sekitarnya,” ujar Tudiono.

Menurut Tudiono, Imam Yusuf yang juga merupakan seorang penulis menandatangani salah satu bukunya yang berjudul “The Big Five Masjid of Port Elizabeth” dan memberikannya kepada Konjen RI.

Di akhir pertemuan, Konjen RI menyampaikan  rencana penyelenggaraan Indonesian Day pada 14 Oktober 2023. Event tersebut akan menjadi ajang untuk mempromosikan seni, budaya, serta produk-produk Indonesia dan mengundang Imam Yusuf dan komunitas Cape Malay di Port Elizabeth untuk dapat menghadirinya.

“Undangan ini disambut hangat dan akan mengupayakan kendaraan bus untuk membawa masyarakat Cape Malay ke acara KJRI tersebut,” tambahnya.(kip)

No More Posts Available.

No more pages to load.