BONDOWOSO, PETISI.CO – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur (Jatim) mulai mengembangkan sayap. MUI kini bukan hanya berurusan dengan fatwa, akhlak dan moral. Melainkan juga mengembangkan sayap di sektor ekonomi riil dengan membentuk Pusat Inkubasi Bisnis Syariah (PINBAS)-MUI Jatim.
“Hasil panen perdana bawang putih ini adalah hasil budidaya Pinbas-MUI Jatim. Bukti MUI sudah mulai mengembangkan sayap di sektor ekonomi riil,” kata Ketua Pinbas-MUI Jatim, Wahid Wahyudi pada acara panen perdana bawang putih lokal di Desa Sempol Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso, Sabtu (3/8/2019).
Menurutnya, panen bawang putih ini juga berkat bantuan dari Divre Perhutani Jatim yang mau menyediakan lahan seluas 41 hektar. Dari 41 hektar yang ditanami, 12 hektar diantaranya belum panen.
“Luasan 12 hektar bawang putih tersebut sengaja dipanen terlambat untuk dikembangkan sebagai bibit bawang putih baru,” ucap Wahid yang juga Asisten II Setdaprov Jatim itu.
Pihaknya berharap dengan panen bawang putih ini, mampu mengurangi kekurangan kebutuhan bawang putih di Jatim. Dari kebutuhan per tahun sekitar 56.580 ton, kemampuan produksi bawang putih di provinsi hanya 3.040 ton saja. Sehingga 94,4 persennya diimpor dari luar negeri, terbanyak dari Tiongkok.
Bawang putih impor secara fisik butirannya lebih besar. Harganya juga lebih murah, perkilogramnya Rp 22 ribu. Sedangkan bawang putih lokal dengan kualitas yang bisa menjadi bibit, harganya Rp 50 ribu perkilogramnya.
“Dari segi bisnis memang kalah. Maka, kalau tidak ada kebijakan dari pemerintah, bawang putih kita akan musnah. Karena itu, menteri Pertanian mengambil kebijakan pengimpor bawang putih harus menanam bawang putih minimal 5 persen,” jelasnya.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim sendiri bertekad bisa swasembada bawang putih dari hasil tanaman para petani lokal. Agar tidak terus bergantung pada bawang putih impor, pemprov bersama Pinbas-MUI Jatim menginisisi untuk melakukan penanaman bawang putih lokal secara masif.
Meski kualitas bawang putih yang dipanen belum bisa disandingkan dengan bawang putih cutting lantaran ukurannya yang masih terlalu kecil, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa optimistis bahwa inisiasi penanaman bawang putih lokal ini akan memacu semangat ke depan Jatim bisa swasembada bawang putih.
“Hari ini masih ada di Surabaya calon investor dari Taiwan yang akan berinvestasi di sektor hortikultura, mereka sudah keliling Jawa Timur tiga hari ini, saya sudah WA beliau dan mengirimkan foto-foto bawang putih lokal kita,” katanya.
Karenanya, Khofifah menugasi langsung pejabat Wahid Wahyudi untuk membawakan bawang putih Bondowoso ini pada calon investor dari Taiwan. Dengan begitu, dia berharap akan ada investasi peningkatan kualitas bawang putih lokal Jatim.
“Bibit, teknologi, pendampingan. Tiga hal ini harus ada dalam mengintervensi sektor pertanian kita. Bibitnya kita siapkan, teknologinya kita bantu, dan pendampingannya kita lakukan,” ucap Khofifah.
Jika inisiasi penanaman bawang putih lokal ini diintroduksi dengan baik, penyediaan lahan juga mencukupi, maka dikatakan mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan ini, LMDH di sekitar Ijen akan sangat mendapatkan ruang percepatan penyejahteraan ekonomi.
“Meski kurang bisa bersaing lantaran ukurannya yang masih terlalu kecil, Khofifah mengatakan bahwa bawang putih jenis ini masih akan laku jika dijual untuk bahan obat-obatan,” tandasnya.(bm)