Kemeriahan “Tujuh Belasan” di Cape Town, Kota Tempat Sejumlah Pejuang Ulama Besar Indonesia Diasingkan

oleh -280 Dilihat
oleh
Konjen RI Tudiono memotong tumpeng HUT RI ke 78

CAPE TOWN, PETISI.CO – Seperti halnya perayaan HUT RI di berbagai wilayah di Indonesia pada umumnya, suasana meriah, ceria dan  semangat ke-Indonesiaan kental mewarnai perayaan dan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia di Cape Town, Afrika Selatan.

Peringatan dan perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-78 (Tujuh Belasan,red) diisi dengan rangkaian kegiatan, mulai dari upacara peringatan HUT RI, pemotongan tumpeng, pembukaan kelas Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing dan aneka lomba  serta pertandingan.

Upacara bendera berlangsung pada tanggal 17 Agustus 2023 jam 10.00, dipimpin Konjen RI Tudiono dan dihadiri keluarga besar KJRI Cape Town dan segenap Masyarakat Indonesia, termasuk Anak Buah Kapal  (ABK) yang memeriahkan Hari Kemerdekaan dengan pakaian daerah dan nasional.  Selain itu dihadiri Friends of Indonesia, termasuk komunitas Cape Malay yang merupakan keturunan Indonesia serta warga negara Afrika Selatan lainnya.

Upacara bendera berlangsung pada tanggal 17 Agustus 2023 jam 10.00, dipimpin Konjen RI Tudiono

Cape Town merupakan salah satu kota di Afrika Selatan yang jaraknya ribuan kilometer dari tanah air. Kota ini dikenal sangat cantik, berada di tepi pantai dan diapit oleh gunung dan bukit-bukit. Kota ini tertata apik dan masyarakatnya cukup makmur.

Sedikit mengulas asal muasal komunitas Cape Malay di Afrika Selatan, mereka adalah kelompok masyarakat muslim yang merupakan keturunan orang-orang Indonesia yang tiba di Afrika Selatan ratusan tahun lalu, dan kini diperkirakan populasinya melampaui 330 ribu orang.

Masih tampak kedekatan budaya dan tradisi Indonesia – Cape Malay, seperti kata-kata yang mereka gunakan (puasa, buka puasa, lebaran, terima kasih), juga tradisi ratieb (di Indonesia disebut debus) yang berakar dari Indonesia.

Kedekatan budaya dan tradisi dilatarbelakangi VoC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) yang menjadikan Tanjung Harapan di Afrika Selatan sebagai pos perdagangan dan perbekalan kapal-kapal yang melalui rute Eropa-Hindia Belanda (Indonesia).

Tanjung Harapan juga digunakan sebagai lokasi pengasingan tahanan politik dari wilayah koloni mereka seperti India, Indonesia, dan Sri Lanka.

Dua dari banyak ulama besar Indonesia yang diasingkan ke Afrika Selatan adalah Syekh Yusuf Al Makassari (Gowa) dan Abdullah bin Qadhi Abdussalam (Tidore). Syekh Yusuf adalah sosok yang memperkenalkan Islam di Afrika Selatan. Beliau juga mendapat gelar pahlawan nasional dari Pemerintah Indonesia (1995) atas perannya memimpin perjuangan melawan Belanda di Banten, juga dari Pemerintah Afrika Selatan (2005) karena menginspirasi perlawanan Nelson Mandela melawan apartheid.

Perlombaan balap karung memeriahkan ‘tujuh belasan’ di Cape Town.

Sementara itu Abdullah bin Qadhi Abdussalam yang lebih dikenal dengan panggilan Tuan Guru membangun masjid pertama di Afrika Selatan, Mesjid Auwal, pada tahun 1794, yang hingga kini masih digunakan masyarakat sekitar kawasan Bo-Kaap, Cape Town. Area Bo-Kaap sendiri merupakan salah satu titik konsentrasi komunitas Cape Malay.

Berkenaan dengan itu, di tahun 2021 Pemerintah Afrika Selatan juga menetapkan enam situs makam Ulama Besar Indonesia di Afrika Selatan sebagai National Heritage. Yaitu makam Syekh Yusuf Al Makassari (asal Gowa) di Macassar – Cape Town; Tuan Dea Koasa and Tuan Ismail Dea Malela (asal Sumbawa) di Simon’s Town; Sheikh Mohamed Hassen Ghailbie Shah (pendamping Sheikh Yusuf dari Indonesia) dan Tuan Kaape-ti-low (asal Jawa) di Signal Hill; Abdurahman Matebe Shah (asal Sumatera Barat) dan Sayed Mahmud (asal Sumatera Barat) di Constantia yang semuanya masih berada di wilayah Cape Town.

Kembali pada peringatan Hari Proklamasi RI, upacara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Konjen RI untuk diberikan kepada perwakilan Masyarakat Indonesia, termasuk Anak Buah Kapal juga Perhimpunan Pelajar Indonesia. Ramah-tamah sesama masyarakat Indonesia lalu menjadi semakin hangat dengan goyang poco-poco dan tobelo.

Anak-anak ikut lomba mewarnai di HUT RI ke 78 di Cape Town.

Masih pada 17 Agustus 2023 di hari yang sama, Konjen RI Cape Town juga membuka Kelas Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) secara daring yang merupakan kolaborasi KJRI Cape Town dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbudristek Dikti.

Peserta BIPA mencapai 50 orang yang terdiri dari WNI anak-anak dari perkawinan campuran, komunitas Cape Malay dan WN Afrika Selatan lainnya yang tinggal di Cape Town dan beberapa kota lainnya, juga seorang WN Malawi yang mengikuti kelas BIPA dari Lilongwe.

Usia Peserta BIPA cukup beragam, dari yang termuda 9 tahun hingga yang berusia 85 tahun. Peserta anak dan remaja adalah mereka yang berasal dari perkawinan campuran, yang mereka sehari-harinya belum terbiasa berbahasa Indonesia. Sementara peserta dari komunitas Cape Malay ingin mempelajari bahasa leluhurnya, Bahasa Indonesia.

Dalam program yang berlangsung sekitar empat bulan tersebut, peserta terbagi dalam empat kelas, dengan materi pembelajaran BIPA tingkat 1, 2, dan 3. Dalam pelaksanaannya, tenaga pengajar, metode dan materi mengacu pada ketentuan Kemdikbudristek Dikti. Dan saat ini di Benua Afrika hanya terdapat dua program serupa, yaitu di Cape Town dan Mesir.

Konjen RI Tudiono menyerahkan hadiah “tujuh belasan” kepada pemenang lomba.

Sementara itu acara perayaan HUT RI yang dilaksanakan pada 19 Agustus 2023 diisi dengan berbagai lomba dan pertandingan untuk usia anak-anak hingga dewasa, seperti makan kerupuk, balap karung, tarik tambang, pertandingan pingpong dan lomba-lomba khas “17-an” lainnya.

Perlombaan tidak hanya diikuti masyarakat Indonesia dan keluarganya, namun juga Friends of Indonesia termasuk seorang warga setempat penerima beasiswa dari Pemerintah Indonesia yang akan berangkat di akhir Agustus untuk mempelajari Bahasa Indonesia di salah satu perguruan tinggi di Indonesia.

Rangkaian kegiatan HUT RI “Tujuh Belasan” ke-78 di Cape Town menjadi wadah penting untuk mempererat silaturahmi antar masyarakat Indonesia sekaligus untuk menjaga dan memperkuat kedekatan sejarah dan budaya Indonesia dan Afrika Selatan. Berbagai ungkapan kegembiraan disampaikan terhadap perayaan HUT RI yang selalu dinanti-nanti.(red)

No More Posts Available.

No more pages to load.