KJRI Cape Town Promosikan Pasar Rakyat dan Festival Film Indonesia 2024 melalui FGD on Socio – Cultural Issues

oleh -432 Dilihat
oleh
Konsul Jenderal RI Cape Town Tudiono dalam sambutannya menyoroti kedekatan sejarah dan budaya Indonesia dan Afrika Selatan

CAPE TOWN, PETISI.CO – Guna mempererat hubungan dan kerja sama Indonesia – Cape Town, khususnya bidang sosial budaya, KJRI Cape Town menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) on Socio Cultural Issues di Castle of Good Hope, Kamis (30/05/2024).

Selain KJRI Cape Town, FGD diikuti Delegasi Badan Pengkajian MPR RI yang tengah berkunjung ke Cape Town untuk pertemuan dengan mitra Cape Town Afsel dan peninjauan pelaksanaan pemilu pada 29 Maret 2024.

FGD dihadiri sejumlah tokoh masyarakat di Cape Town, seperti anggota parlemen Afrika Selatan, hakim, pelaku seni dan industri film, GM dan wartawan Voice of the Cape, akademisi, tokoh agama dan kalangan pengusaha.

Diskusi sosial budaya sengaja diselenggarakan di Castle of Good Hope. Situs ini dibangun tahun 1666-1679 dan merupakan bangunan kolonial tertua di Cape Town.

Castle of Good Hope banyak merekam jejak sejarah perjuangan bangsa Afrika Selatan melawan kolonialisme dan keterkaitan sejarah sosial – budaya dengan Indonesia.

Mengawali FGD, Konsul Jenderal RI Cape Town Tudiono menyoroti kedekatan sejarah dan budaya Indonesia dan Afrika Selatan. Di tahun 1694, pejuang dan ulama besar nusantara asal Gowa, Syekh Yusuf Al Makassari diasingkan ke Cape Town dan memperkenalkan agama Islam di Afrika Selatan.

“Atas jasanya, beliau dianugrahi the Order of the Companions of OR Tambo in Gold oleh Presiden Afrika Selatan Oliver Reginald Thambo  pada 2005,” ujar Tudiono, Jumat (31/05/2024).

Dikatakan Tudiono, pada 1780 Tuan Guru dari Tidore dipenjara di Robben Island (penjara Nelson Mandela semasa apartheid). “Setelah bebas, beliau mendirikan madrasah pertama yang kemudian dibangun menjadi masjid dan dinamakan Masjid Auwal, merupakan masjid pertama di Afrika Selatan,” ujarnya.

Masjid ini, kata Tudiono,  berada di area Bo Kaap dan masih berdiri kokoh dan digunakan untuk ibadah hingga kini.

“Dua nama tersebut adalah bagian dari orang-orang Indonesia yang datang di Afrika Selatan, dan menjadi cikal bakal terbentuknya komunitas Cape Malay, yang saat ini populasinya telah melampaui 300 ribu orang,” ujarnya.

Senada dengan hal tersebut, Mr. Ighsaan Higgins seorang Presenter senior Voice of the Cape, Owner dan Kurator Cape Heritage Museum, menggarisbawahi bahwa leluhur orang Afrika Selatan banyak berasal dari Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Foto bersama usai kegiatan.

Lebih lanjut ditekankan peran penting Islam yang dibawa pejuang dan ulama  Indonesia dalam melawan kolonialisme. Dia memandang pentingnya dikembangkan kerja sama kedua negara di bidang seni, budaya, musik, dan film.

FGD juga dimanfaatkan untuk bertukar pandang dan berbagi pengalaman terkait best practices penyelenggaraan Pemilu, mengingat kedua negara tahun ini baru saja menyelenggarakan pesta demokrasi (Indonesia 14 Februari, Afrika Selatan 29 Mei).

Drs. Supriyanto dari MPR RI menyampaikan bahwa berdasarkan pengamatan langsung, Pemilu di Afrika Selatan telah terorganisir dengan baik.

FGD juga bertukar pandangan mengenai dinamika National Assembly dan Council of Province Afrika Selatan, keterkaitan, dan tugas serta kewenangan.

Pada kesempatan itu, Konjen RI menyampaikan bahwa KJRI Cape Town pada 9 November 2024 akan menyelenggarakan Pasar Rakyat (Indonesian Folk Market/IFM) yang dirangkai dengan Festival Film Indonesia pada tanggal 10 dan 11 Novmber.

IFM menggambarkan karakter khas masyarakat Indonesia, yaitu keramahtamahan, persahabatan, serta ketulusan. IFM pertama kali diselenggarakan di Cape Town pada 2023 lalu dengan menampilkan seni, budaya, kuliner, dan beragam produk Indonesia. Event tersebut berhasil mengundang animo 4.695 masyarakat Cape Town dan sekitarnya.

Atas permintaan Pemerintah Kota Mossel Bay (400 km dari Cape Town) yang memperhatikan keberhasilan event tersebut, diselenggarakan IFM kedua di Mossel Bay yang juga menjadi salah satu segmen peringatan 30 tahun hubungan diplomatik RI – Afrika Selatan.

Dari komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak, sejauh ini sejumlah perusahaan terutama UMKM dan produser film Indonesia telah konfirmasi rencana keikutsertaannya.

Kemendikbud Ristek RI, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Bali Promotion Board turut mendukung penyelenggaraan acara tersebut.

Selain beragam kuliner dan produk Indonesia, IFM ketiga akan dimeriahkan penampilan Tim Kesenian Betawi, mereka juga akan berkolaborasi dengan group tari EOAN Group yang pimpinan dan instrukturnya adalah alumni Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia.

Festival Film Indonesia akan menayangkan film-film Indonesia seperti “Battle of Surabaya” yang diikuti dengan pertemuan para pelaku industri film kedua negara, guna berbagi pengalaman dan menjajaki kerja sama. Di samping itu juga akan ditampilkan film pendek pemenang festival film yang diselenggarakan Pemprov DKI Jakarta pada Agustus 2024.(kip)

No More Posts Available.

No more pages to load.