Latah Pertumbuhan Ekonomi

oleh -137 Dilihat
oleh
Oleh : Oki Lukito*

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indarparawansa menyampaikan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat angka pertumbuhan ekonomi Jatim mampu melesat hingga 7,05 persen (y-o-y) pada triwulan II tahun 2021.

Hal ini terlihat dari struktur PDRB Jatim pada Triwulan II yang disokong paling tinggi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) sebesar 59,78 persen dengan catatan laju pertumbuhan 5,24 persen (y-oy). Angka tersebut berarti UMKM Jatim memiliki ruang yang luar biasa untuk bertumbuh, dikembangkan, dan diluaskan pasarnya.

Menurut Khofifah, perkembangan ini menunjukkan bahwa perekonomian Jatim terus bangkit dan mengalami perbaikan meskipun pencapaiannya belum dapat kembali seperti sebelum pandemi COVID-19. Selain itu, pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II juga memotret daya beli masyarakat Jatim yang cukup tangguh pada masa pandemi ini.

Jika dicermati pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 sebesar 7,07 persen yang disebut gubernur sebagai perbaikan ekonomi, hanya dilihat dari besaran growth di kuartal II itu hanya sekedar klaim.

Karena pertumbuhan tersebut tidak selaras dengan kondisi riil di lapangan saat ini. Bahkan pengumuman pertumbuhan ekonomi tersebut bisa membuat publik bertanya-tanya. Karena fakta dan kondisi riil jauh berbeda dengan apa yang diklaim gubernur.

Seperti diketahui, minggu lalu publik dihebohkan dengan kabar rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2021. Menurut BPS realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2021 sebesar 7,07 % secara year on year (YoY).

Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2021 ini lebih besar dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2021 sebesar 0,74% YoY. Para pengamat berpendapat cara BPS membandingkan data pertumbuhan tahun 2021 dijahit dengan data pertumbuhan tahun 2020 agar muncul angka 7,07 %.

Pengamat ekonomi Rizal Ramli berpendapat, dengan menyebut pertumbuhan ekonomi kuartal 1 hingga kuartal 2 tahun 2021 hanya sebesar 3,3 %. Rizal memprediksi, kuartal ke-3 tahun 2021 akan anjlok. Rizal menyebut kelakuan BPS ini sebagai ‘Spinning Persepsi’ bahkan dengan ungkapan yang lebih hiperbolis ‘lihai spinning persepsi’.

BPS sudah tidak bedanya dengan Buzzer, memainkan data untuk melambungkan opini bahwa kinerja pemerintah cakep, memframing data ekonomi tahun 2021 dikaitkan dengan data 2020 agar muncul angka magic ‘7,07%’.(#)

*)penulis adalah redaktur senior media siber petisi.co dan Koran PETISI

No More Posts Available.

No more pages to load.