Merasa Diganjal, Oegroseno: Tak Ada Lagi Demokrasi dalam Olahraga Indonesia

oleh -79 Dilihat
oleh
Oegroseno mendaftar sebagai bakal calon Ketua KOI

JAKARTA, PETISI.CO – Olahraga harus dijauhkan dari kepentingan politik. Jika kondisi seperti ini dibiarkan, akan terjadi pemasungan demokrasi dalam olahraga Indonesia.

“Oleh sebab itu, sudah saatnya olahraga Indonesia dijauhkan dari kepentingan politik,” ujar Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI) Komjen Pol (Purn) Oegroseno kepada petisi.co, Rabu (28/6/2023).

Menurut mantan Wakapolri ini, kepentingan politik menjadi salah satu penyebab semakin mundurnya prestasi olahraga nasional di level dunia.

Sejatinya, kata Oegroseno,  olahraga menjunjung tinggi nilai-nilai sportifitas, fair play dan kejujuran, memiliki nilai-nilai demokrasi serta etika dalam berorganisasi.

Sayangnya,  menurut mantan Kapolda Sumut ini, belakangan sudah tidak ada lagi demokrasi dalam olahraga Indonesia dan itu sudah terjadi mulai level bawah hingga atas.

Oegroseno sengaja mengangkat isu ini karena terkait kuat dengan sikap tim penjaringan dan penyaringan bakal calon Ketua Umum KOI periode 2023-2027, yang sepertinya sudah dikondisikan lebih awal, ‘menjegal’ salah satu bakal calon, yakni Oegroseno.

Dimana, Oegroseno berduet dengan mantan Deputi 4 Kemenpora Prof Dr Djoko Pekik Irianto sebagai calon Ketua Umum KOI/Wakil Ketua Umum KOI, terganjal pencalonannya hanya karena tidak memenuhi persyaratan administrasi surat dukungan dari para cabor berjumlah 30 itu.

Menurut mantan Kasatreskrim Polwiltabes Surabaya (sekarang polrestabes), persyaratan harus didukung oleh 30 cabor, ke depan harus ditiadakan.

“Saya kira persyaratan itu tidak bagus dalam perkembangan demokrasi di Indonesia dan olahraga Indonesia harus ditumbuhkan budaya demokrasi yang santun, beretika dan bermartabat,”  ujar Oegroseno yang juga Wakil Presiden SEATTA (Federasi Tenis Meja Asia Tenggara) itu.

Ditegaskan Oegroseno, bahwa usulan penghapusan persyaratan administrasi surat dukungan 30, bukan karena dirinya dijegal maju sebagai bakal calon, tapi semata-mata ingin menegakkan demokrasi yang sehat dalam olahraga Indonesia.

“Saya juga tau diri nggak bisa menang dari Raja Sapta Oktohari (RSO) dalam Kongres KOI 30 Juni nanti. Sebagai petahana, Beliau jelas lebih banyak diuntungkan situasi, termasuk dukungan fasilitas. Namun Saya tetap nekad maju karena ingin menciptakan demokrasi yang sehat di olahraga Indonesia,” ujarnya.

Dengan ‘kandasnya’ Oegroseno, dipastikan hanya ada satu calon Ketua Umum/Wakil Ketua Umum KOI periode 2023-2027 pada Kongres KOI 30 Juni di Fairmont Hotel Jakarta, yakni Raja Sapta Oktohari/Ismail Ning.(kip)

No More Posts Available.

No more pages to load.