Momentum Proklamasi bagi sang Pendidik Sejati

oleh -100 Dilihat
oleh

Oleh: Nani Wulyaningsih, S.Pd*

PROKLAMASI adalah momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia. Sederet kisah pilu akibat penjajahan oleh bangsa asing yang seolah terpatri di hati dan tak bisa hilang dalam ingatan. Kemerdekaan yang tak mudah untuk didapatkan.

Seluruh bangsa Indonesia harus rela berkorban nyawa, berpisah dari keluarga, tenaga dan juga harta. Perjuangan yang berdarah- darah, menumpahkan air mata seluruh rakyat Indonesia kala itu. Menyisakan cerita yang menyesakkan dada.

Serangkaian peristiwa penting  yang menjadi catatan sejarah pada masa pra proklamasi, diantaranya pengeboman Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945 oleh Sekutu. Dua kota itu adalah pusat militer dan industri untuk angkatan bersenjata di Jepang. Ledakan yang mahadahsyat  membumihanguskan seluruh isi kota.

Dari peristiwa ledakan di dua kota penting  itu, menyebabkan Jepang kehilangan kekuatan, sehingga  Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, dan terjadilah vacuum of power (kekosongan kekuasaan). (lararenjana, 2021)

Berita kekalahan Jepang oleh Sekutu, menjadi peluang bagi golongan muda untuk mendesak Soekarno- Hatta segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Tetapi, desakan itu ditolak, karena harus meminta pertimbangan terlebih dahulu kepada golongan tua. Pada 16 Agustus 1945 Soekarno – Hatta diculik dan  ke Rengasdengklok agar bersedia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Dari peristiwa itu, golongan tua dan golongan muda sepakat untuk memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta.

Jumat, 17 Agustus 1945, pukul 10.00 teks Proklamasi dibacakan. Sang Saka Merah Putih berkibar membahana seolah bercerita pada dunia tentang keberhasilan yang dianugerahkan kepada rakyat Indonesia tentulah atas campur tangan Allah SWT. Termaktub dalam isi pembukaan UUD 1945 alenia 3:

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.“

Pernyataan yang juga menjadi goresan sejarah bangsa Indonesia untuk seluruh generasi penerus.  Dalam hal ini seluruh rakyat Indonesia harus mampu melanjutkan perjuangan para pahlawan dan mengisi kemerdekaan Indonesia dengan berbagai kegiatan dan tindakan yang positif.

Perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia  menghadirkan banyak  tokoh nasional  yang berperan dalam  membantu menegakkan berdirinya NKRI dari  segala     macam  rintangan dan halangan.

Tokoh- tokoh tersebut pun hadir dari beragam organisasi dan wilayah  dengan memberi  dampak besar bagi persatuan dan kesatuan  perjuangan kala itu. (adhari & suntara, 2020).

Siapa sosok di garda depan untuk hal ini? Tidak lain adalah guru, sang pendidik sejati. Optimalisasi peran seorang pendidik mutlak ditekankan. Sang Pendidik sejati mampu menjadi figur positif bagi peserta didik. Mampu mengenalkan dan memahamkan sejarah, sehingga terukir rasa cinta tanah air dan jiwa nasionalisme di hati peserta didik.

Di masa kemerdekaan, para pendidik juga banyak yang ikut berjuang mengantarkan Indonesia bisa menjadi negara yang mandiri, bebas dari belenggu penjajahan. Salah satu tokoh pendidikan yang masuk kategori pahlawan juga banyak. Sebut saja Ki Hadjar Dewantara. Sosok ini ikut mendirikan sekolah bagi pribumi dengan mengajarkan mereka membaca dan menulis. Ajaran yang ikut menyadarkan akan pentingnya kemerdekaan.(wiryopranoto, 2017)

Nasionalisme dan patriotisme mutlak ditumbuhkan dalam jiwa peserta didik di era sekarang ini, era di mana sarat akan pengaruh negative dan budaya- budaya asing yang mampu melemahkan jiwa penerus bangsa, yaitu peserta didik kita.

Di mana-mana banyak bermunculan warung kopi, kedai dan café yang sinyal wifi nya 24 jam, tempatnya juga nyaman. Sekali duduk di situ, kepala tertunduk berselancar dengan HP-nya masing-masing untuk mengakses  apa saja yang diinginkan. Ini karena media sosial adalah media bebas. Pemilik akun media sosial bisa berbuat apa saja karena tidak ada sensor. Intinya, apa saja bisa dilakukan tanpa melihat apakah yang dikirimkan itu benar sesuai fakta apa tidak. (nurudin, 2018)

Dalam hal ini guru di sekolah harus mampu menyeimbangkan antara pembelajaran dan kebutuhan peserta didik di luar. Sajikan materi pembelajaran semenarik mungkin, optimalkan penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi, terapkan Pendidikan Penguatan Karakter melalui pembiasaan dan maksimalkan  kegiatan ekstra kurikuler di sekolah.

Pada momentum Proklamasi ini, mari kita gunakan sebagai kesempatan kita,  seorang pendidik untuk memahamkan peserta didik, yang tidak lain adalah berliannya Indonesia. Dengan cara melaksanakan upacara bendera dengan khidmat, mengadakan class meeting sebagai sarana mempererat persaudaraan antar peserta didik, mengadakan drama teater tentang perjuangan, kegiatan bakti sosial hingga karnaval bertemakan kemerdekaan.

Keseluruhan kegiatan tersebut dilakukan dalam upaya menyiapkan mental dan jiwa peserta didik supaya menjadi generasi yang kuat dan handal di masa depan. Nasib Indonesia ke depan ditentukan oleh kualitas pemudanya. Sang Pendidik sejati mampu mengaktualisasi diri untuk negeri.(#)

*) penulis adalah Guru DPK  MI Al-Hidayah Tarik pada Kementerian Agama Kab. Sidoarjo, Jawa Timur

No More Posts Available.

No more pages to load.