Napak Tilas Gemati, Ungkap Sejarah Mbah Ngabei di Batas Timur Utara Teritorial Lamongan

oleh -341 Dilihat
oleh
Selain menggali sejarah Lamongan, Gemati juga santuni anak yatim.

LAMONGAN, PETISI.CO – Gemati sebagai organisasi lintas komunitas, ingin menggali sejarah-sejarah tentang Lamongan yang akhir-akhir sudah mulai sedikit dilupakan oleh kaum milenial.

Menurut Mahrus Ali, Ketua Gemati Lamongan mengatakan, seperti yang ada di Desa Meluwur, Kecamatan Glagah, Lamongan ada sebuah situs makam bersejarah, yakni Mbah Ngabei, yang berada di batas timur utara teritorial Kabupaten Lamongan.

“Nah ini yang ingin kita ungkap, padahal peninggalan-peninggalan makam desa tersebut, tersimpan sejarah panjang masa lalu Lamongan, dan Desa Meluwur khususnya yang menarik untuk dikembangkan menjadi potensi wisata religi Lamongan ke depannya,” kata Mahrus.

Lebih lanjut Mahrus sapaan akrabnya menuturkan, Desa Meluwur adalah desa paling ujung timur Kecamatan Glagah, juga sebagai desa paling ujung Timur-Utara Kabupaten Lamongan yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Gresik.

Nama Meluwur diambil dari kata Melu (Ikut), Awor (berkumpul). Berarti di desa Meluwur ini, ada penduduk asli dan pendatang. Penduduk asli yaitu warga
Kebundalem “nama asli desa ini”, yang terlebih dahulu bertempat tinggal di desa ini.

Sedangkan warga pendatang Melu-Awor “ikut berkumpul”, yaitu warga/pengikut Mbah
Qomaruddin (Bungah) yang ada di Wantilan.

Di desa ini juga berkaitan dengan sejarah Buaya Putih tunggangan Mas Karebet atau Joko Tingkir yang kini menjadi ikon Persela Lamongan.

“Konon, dulu dua buaya putih membagi wilayah kekuasaan mereka menjadi wilayah barat dan timur Desa Ngampel, dan Desa Meluwur adalah salah satu wilayah kekuasaan buaya putih tersebut,” imbuh Mahrus Ali lagi.

Selain itu ada beberapa makam sesepuh di desa ini yaitu:

1. Makam Mbah Ngabei yang mana beliau adalah seorang keturunan arab pada masa Sunan Dalem.
2. Makam Buyut Sentono (Sentono berarti Senopati atau Panglima perang pada masa Kerajaan Mataram yang dipimpin Sultan Agung). Sedangkan Joko Tingkir adalah keturunan Mataram.
3. Makam Buyut Mburo’ hidup di zaman era Mbah Sholeh Tsani.
4. Makam Buyut Jogo Rekso adalah penerus perjuangan Mbah Ngabei maupun Buyut Sentono.

Di samping itu, Gemati juga turut mengundang pasangan KarSa dalam acara ini Rabu (2/9/2020) untuk bersama menyantuni 24 anak Yatim di bulan Muharam.

Selain itu, karena menurut kami pasangan KarSa ini mempunyai visi dan misi yang sama, tentang pelestarian dan pengembangan situs-situs sejarah, peninggalan, dan makam-makam bersejarah di kabupaten Lamongan.

Setelah beberapa kali kami berdiskusi dengan Ibu Kartika Hidayati, beliau ingin mengembangkan situs-situs bersejarah di Kabupaten Lamongan menjadi lebih baik dan menjadi tujuan wisata sejarah dan religi yang terintegrasi.

Jadi tujuan wisata sejarah dan religi di Lamongan yang di ketahui masyarakat dan wisatawan bukan hanya Makam sunan Drajad saja. Tapi nanti, akan banyak tujuan-tujuan wisata lain di Lamongan yang otomatis akan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar di Lamongan.

Tujuan Gemati membawa pasangan KarSa ke Desa Meluwur juga tidak lain, karena program KarSa ke depannya adalah prioritas pembangunan desa perbatasan.

“Maka kami ingin menunjukkan kondisi terkini pembangunan wilayah-wilayah perbatasan. Yang nantinya akan di jadikan blue print rancangan pembangunan jangka menengah daerah, ketika
Pasangan KarSa menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lamongan periode 2020 – 2025,” tutupnya. (ak)

No More Posts Available.

No more pages to load.