Nathan Santoso: Pameran Koleksi Seni Lukis Hanya Menjadi Objek Selfi

oleh -1305 Dilihat
oleh
Lutfil Hakim, Ketua PWI Jawa Timur memberikan sambutan pembukaan pameran
Marakkan HPN 2024, JJ Gelar Pameran Tunggal

SURABAYA, PETISI.CO – Koleksi seni lukis sebenarnya menjadi hobi yang sangat mahal, tapi sebaliknya untuk pameran karyanya, biasanya hanya menjadi arena selfi. Hal ini diungkapkan Nathan Santoso, Kurator Lukisan, saat hadir pada Pembukaan Pameran Tunggal Lukisan Jansen Jasien (JJ) ‘Jelajah Peradaban Leluhur’, di Balai Wartawan JL. Taman Apsari, Surabaya, Rabu (28/2/204).

“Ini perkembangan sangat merasahkan dan membahayakan. Sebab anak muda umumnya, lebih banyak mengagumi budaya luar luar dibandingkan budayanya sendiri,” tutur Nathan.

Pameran itu sendiri digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, dalam rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) 2024 dan HUT Ke-78 PWI Tingkat Jawa Timur.

Lebih jauh Nathan menjelaskan, memandang karya seni dan budaya adalah jejak manusia pada peradabannya.

“Kala dunia terlena dengan sebuah miskonsepsi tentang seni, kala karya seni dikebiri dari perannya sebagai sebuah catatan sejarah hingga menjadi sebuah objek estetika belaka~ objek pemuas gairah narisistik, dan hanya sahabat selfie manusia abad ke-21, ini menjadi bahaya,” tegasnya.

Karena itu kita semua harus menjaga, menjaga semuanya, mulai dari hasil karya sampai soal koleksi dengan memunculkan kurator-kurator lebih banyak agar karya seni lukis lebih punya  nilai.

Menyinggung hasil goresan lukisan Jansen, Nathan mengakui bahwa pelukis legendari satu ini masih bertahan dengan visi mulianya, yaitu menjadi saksi sejarah, pencatat peradaban nusantara untuk mendatang.

“Pameran kali ini memang sengaja saya darmakan kepada para leluhur,” kata Jansen, saat menanggapi penjelasan Nathan.

Lutfil Hakim, Ketua PWI Jawa Timur, pada sambutan pembukaan pameran itu menegaskan, karya jurnalistik dan karya musik awrta karya lukis, adalah tiga hal yang berbeda, tetapi pelakunya ada kemiripan, sama – sama memiliki jiwa seni.

Menurut dia, karyaya jurnalistik mengartikulasikan pengamatannya dalam bentuk tulisan. Musisi meluapkan jiwa seninya berupa rangkaian nada dan irama. Sedangkan pelukis mengekspresikan emosi seninya pada ruang kanvas.

Maka pada Peringatan HPN 2024 dan HUT ke-78 PWI Tingkat Jawa Timur – ditingkat melalui aneka kegiatan, di antaranya sengaja dipilih Pagelaran Musik Jazz dan Pameran Lukisan.

“Musik Jazz relatif sama dengan jurnalisme, yakni sama – sama bebas improvisasi. Tapi musik jazz tetap patuh pada backbone lagu yang dibawakan,” jelasnya.

Demikian juga jurnalistik, lanjut Lutfil, dalam bingkai pers, meski dijamin kebebasannya tapi harus tetap tunduk kepada aneka yurisdiksi yang mengepungnya, khususnya kode etik jurnalistik.

Pada pelukis, juga bebas mengekspresikan corat – coretnya di atas kanvas, tapi luapan-emosinya tetap konsisten terikat tema yang disuguhkan.

“Jansen Jasien (JJ), pelukis yang tampil tunggal pada pameran lukisan pasa HPN 2024 dan HUT PWI ke 78 tingkat Jawa Timur, mengambil tema; Jelajah Peradaban Leluhur,” jelas Lutfil. (cah/*)

No More Posts Available.

No more pages to load.