Pakaian dan Aksesori Gelap Sebabkan Kelainan Kulit, Mitos Atau Fakta?

oleh -81 Dilihat
oleh
Dokter spesialis kulit dan kelamin, dr M Yulianto Listiawan, SpKK(K) FINSDV FAADV

SURABAYA, PETISI.CO– Penyebaran mitos-mitos tertentu dalam dunia kesehatan tidak dapat dihindari. Dalam lingkup kesehatan kulit misalnya, beredar suatu mitos cukup populer terkait dengan pemilihan warna pakaian dan pengaruhnya terhadap kesehatan kulit.

Sebagian masyarakat meyakini bahwa menggunakan pakaian dan aksesoris berwarna gelap dapat menyebabkan kesehatan kulit terganggu. Benarkah demikian?

Melalui wawancara dengan dokter spesialis kulit dan kelamin, dr M Yulianto Listiawan, SpKK(K) FINSDV FAADV pada, Selasa (13/09/2022), UNAIR NEWS mencoba menelisik kebenaran di balik mitos-mitos tersebut. Berikut sajian seputar mitos dan fakta pengaruh pakaian berwarna gelap dan dampaknya pada kelainan kulit.

Mitos Pemakaian Pakaian Gelap di Luar Ruangan Sebabkan Kelainan Kulit

Berkaitan dengan penggunaan pakaian gelap dapat menyebabkan kelainan kulit, dr Wawan menyatakan bahwa itu hanyalah mitos belaka. Meskipun pemakaian baju berwarna gelap menyebabkan rasa gerah pada tubuh, tetapi hal tersebut tidak berkaitan dengan kelainan kulit.

“Itu hanya mitos. Memang rasanya lebih panas jika menggunakan pakaian hitam. Tapi itu justru punya manfaat karena panasnya diserap, tidak diteruskan ke kulit,” ungkapnya.

Faktor utama penyebab kelainan pada kulit justru terletak pada paparan sinar matahari yang terus-menerus menyentuh kulit. Ketua Umum PERDOSKI ini menjelaskan bahwa setiap pakaian dengan ragam warna memiliki respon berbeda terhadap sinar matahari.

Khusus pakaian hitam atau gelap, dokter yang kerap disapa Wawan itu menuturkan bahwa warna hitam memiliki kemampuan menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi panas tanpa meneruskannya ke kulit.

“Hitam tidak memantulkan apa-apa, malahan menyerap sepenuhnya sinar matahari. Hitam itu bagusnya apa? Artinya sinar matahari tidak diteruskan ke kulit kita, jadi dia justru melindungi kulit kita,” tuturnya.

Selain pakaian, sebagian masyarakat juga meyakini bahwa penggunaan masker berwarna hitam atau gelap dapat menyebabkan lebih banyak jerawat. Mitos tersebut muncul sejak pandemi Covid-19 terjadi. Faktanya, pemilihan warna masker sama sekali tidak memengaruhi kemunculan jerawat di wajah.

“Masker menyebabkan jerawat itu memang ada, tapi tidak dipengaruhi warna. Ya kalaupun berkaitan dengan warna, itu lebih kepada kemampuannya menyerap sinar matahari tadi,” tuturnya.

Lebih lanjut, dr. Wawan menyampaikan bahwa kemunculan jerawat yang disebabkan pemakaian masker justru diakibatkan oleh tertutupnya wilayah kelenjar Sebaceous. Selain itu, kondisi munculnya jerawat dikarenakan pemakaian masker terlalu sering juga tidak terjadi pada semua orang, melainkan tergantung pada kondisi kulit bawaan masing-masing.

“Yang menyebabkan jerawat itu ya karena masker dipakai terus di wilayah yang kaya kelenjar Sebaceous penyebab jerawat. Sehingga, dia tidak bisa keluar dan menyebabkan kebuntuan. Akhirnya muncul jerawat,” ujarnya.

Terakhir, dr. Wawan menegaskan bahwa pemilihan warna pakaian tidak memiliki pengaruh secara langsung pada kulit. Oleh karena itu, alih-alih selektif dalam pemilihan warna pakaian, selektif dalam memilih pakaian yang dapat menutup kulit harus lebih diutamakan lantaran pakaian terbuka dapat menyebabkan kulit yang ter-expose lebih mudah terbakar. (cah)

No More Posts Available.

No more pages to load.