Patahkan Fenomena Good Looking Selalu Menang dengan Good Attitude di Media Sosial

oleh -368 Dilihat
oleh

Oleh : Venni Tanujaya*

Fenomena good looking selalu menang marak terjadi di media sosial baru-baru ini. Dilansir dari DataIndonesia.idumlah pengguna media sosial di Indonesia pada tahun 2022 per bulan Januari mencapai 191 juta orang. Jumlah tersebut meningkat 12,35 % dari tahun sebelumnya. 

Perkembang teknologi digital  yang begitu pesat menyebabkan setiap orang dapat mengakses jaringan komunikasi  tanpa memandang latar belakang penggunanya. Seseorang yang berparas cantik dan tampan seringkali menjadi tokoh utama dalam sebuah media sosial.

Lalu bagaimana dengan posisi pengguna yang tidak berparas cantik maupun tampan dalam sebuah media social? akankah selalu dikucilkan?

Goodlooking Over Everything!

Menurut Kapolda Metro Jaya, Irjen Fadil Imran, dalam jumpa pers akhir tahun 2020 mengungkapkan, bahwa sebanyak 433 kasus hate speech terjadi di media sosial. Jumlah kasus ini tidak lepas dari adanya perubahan pola hidup masyarakat di tengah masa pandemi yang tidak lepas dari penggunaan internet, khususnya media sosial.

Hate speech merupakan sebuah ucapan yang diungkapkan oleh suatu individu atau kelompok dengan tujuan untuk menghina, merendahkan serta merugikan orang lain. Hate speech dapat disebabkan oleh beberapa faktor internal, yaitu berdasarkan fisik dan sifat psikologis seseorang.

Setiap orang selalu ingin menjadikan dirinya menjadi versi terbaik dalam hidupnya dan dalam pandangan orang lain. Orang-orang akan selalu berlomba untuk memperbaiki dirinya melalui banyak hal, seperti menggunakan riasan wajah, skincare dan tak jarang juga untuk melakukan operasi plastik dengan biaya yang mahal demi mengubah parasnya menjadi sosok yang lebih rupawan.

Banyak public figure di TV maupun media sosial yang mampu meraih kesuksesan dan membeli suara netizen melalui penampilannya. Kini, banyak public figure rupawan yang justru dibela oleh netizen meski melakukan perbuatan yang tercela. Beberapa kasus yang dapat diambil ialah saat beberapa netizen membela public figure yang  terkena kasus penyalahgunaan narkoba, seakan – akan itu hanya masalah ketidaksengajaan.

Hal ini tidak berlaku bagi public figure yang memiliki wajah  tidak goodlooking, netizen akan langsung memberikan tanggapan yang negatif hingga menggiring sebuah opini yang tidak benar. Pada mereka yang memiliki paras tidak sesuai dengan standar rupawan masa kini. Tidak hanya public figure, goodlooking seakan menjanjikan sebuah privilege bagi semua orang.

Dari segi psikologis manusia, seseorang yang memiliki paras good looking dianggap dapat membawa keberuntungan dan daya tarik tersendiri. Hal ini disebabkan oleh insting manusia yang memang lebih menyukai hal yang terlihat indah dan lebih baik, khususnya bagi kebanyakan  pria.

Akan tetapi, tidak selamanya goodlooking mendapatkan keberuntungan dalam suatu media sosial. Contohnya tidak lama ini seorang wanita selebgram yang berasal dari Kazakhstan yang awalnya dipuji oleh netizen karena parasnya yang cantik dan menawan. Kini berbalik 180 derajat usai  mengunggah pernyataan blunder di social media miliknya.

Mengingat sebuah petuah yang mengatakan bahwa sebuah branding dari buku berasal dari covernya akan tetapi jika buku tersebut tidak bervalue isinya, buku tersebut tidak berarti apa – apa, karena seorang pembaca akan benar – benar menggunakan buku tersebut apabila buku tersebut dinilai bermanfaat isinya dan menarik untuk dibaca, bukan hanya untuk dilihat.

Good Attitude Tetap Menjadi Pemenangnya

Good looking memang diutamakan, tetapi good attitude tidak bisa dibandingkan. Tidak perlu insecure terhadap seseorang yang memiliki paras rupawan. Sebagai gantinya kita harus terus mengembangkan segala potensi yang ada di dalam diri, sehingga mampu menjadi manusia yang bermanfaat dan bernilai.

Good looking dapat diraih oleh siapapun melalui perawatan diri, akan tetapi mengelola emosi dengan menempatkan diri pada situasi dan kondisi yang tepat tidak semua orang bisa, karena semua butuh proses dan pengendalian emosi yang baik.

Tidak perlu memikirkan apa yang dikatakan oleh netizen di sosial media, karena mereka tidak mengenal diri kita secara personal. Berfokuslah pada semua komentar yang mendukungmu untuk berkembang dan bertumbuh, karena mendekat pada hal yang positif akan mendatangkan banyak kebahagiaan.(#)

*) penulis adalah mahasiswa S1 Teknik Industri Universitas Airlangga

 

No More Posts Available.

No more pages to load.