Pengamat: Calon Wali Kota Surabaya tak Harus Sama dengan Figur Risma

oleh -51 Dilihat
oleh
Dimas saat diwawancarai wartawan

SURABAYA, PETISI.CO – Calon Wali Kota Surabaya mendatang, dinilai tidak perlu membandingkan dengan sosok Tri Rismaharini. Masih banyak tokoh-tokoh di kota Pahlawan ini yang mumpuni, sehingga tidak perlu berpedoman pada figur Wali Kota Surabaya sekarang.

“Bu Risma memang bagus. Tapi, kalau Wali Kota mendatang masih berpedoman pada figur Risma, maka Surabaya tidak akan maju,” kata Pengamat Sosial Politik, Dr Dimas Oky Nugroho, saat menggelar diskusi politik di Surabaya, Rabu (31/7/2019).

Tema diskusi adalah Zaman Bergerak: Transformasi Kekinian Sosial Politik dan Ekonomi Indonesia. Selain Dimas, diskusi juga menghadirkan Dosen FISIP Unair Surabaya, Hari Fitrianto yang juga peneliti The Initiative Institute serta Gigih Prihantono, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair Surabaya serta presenter Agnes Santoso.

Diakui Dimas, sejauh ini opini masyarakat pada umumnya, terpaku pada siapa sosok pengganti yang setara dengan Risma.  Padahal, masyarakat harus digiring pada program program yang gagal atau yang belum dikerjakan Risma untuk warga Surabaya.

“Jangan keberhasilannya saja. Ini tugas praktisi, media, pengamat. Agar, Surabaya bisa maju dalam berbagai sektoral,” ujar pegiat Kewirausahaan ini.

Dijelaskan, bahwa 34 persen warga Surabaya, adalah penduduk  berusia muda. Apalagi di malam hari, kota Surabaya banyak dipenuhi anak anak muda.

“Karena itu, carilah pemimpin yang peduli anak muda, agar anak muda Surabaya bisa kreatif, syukur syukur pemuda Surabaya bisa jadi embrio pemuda nasional. Kalau fokus taman lagi, berarti hanya meneruskan kepemimpinan lama,” paparnya.

Selebihnya, pemimpin Surabaya ke depan, harus bisa paham disk integrasi sosial masyrakat Surabaya yang selama ini terjadi. “Juga soal kebudayaan. Seniman-seniman di Surabaya kurang mendapat perhatian dari Risma,” tandasnya.

Senada dengan, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair Ekonomi Surabaya Gigih Prihantono, menyebut Surabaya harus ditingkatkan lagi. Sebab, Surabaya memiliki APBD Surabaya cukup besar.

“Tapi, APBD yang dipakai tidak maksimal. Nah, kenapa tidak memanfatkan anak anak muda potensial dalam hal ekonomi. Ini kedepan harus bisa dilakukan,” ucapnya.

Agnes Santoso yang hadir dalam diskusi mengklarifikasi terkait wacana dirinya maju di pilkada Kota Surabaya.

“Hampir sama dengan Mas Dimas Oky Nugroho. Artinya, saya tidak pernah ada niatan apapun untuk maju. Karena tidak mudah memimpin kota. Untuk menjadi seorang negarawan, tidak harus memegang sebuah jabatan,” ucapnya.

Selama ini pun Agnes sering berdiskusi dengan rekan-rekannya. Artinya, tidak pernah ada niatan khusus benar-benar untuk maju sebagai walikota dan wakil walikota. Ada banyak profesional, niatnya mungkin meramaikan, supaya mendorong yang lain maju.

“Cukup mengejutkan, sekelas Kota Surabaya, itu tidak ada satupun persiapan siapa yang akan menjadi the next leader. Bahkan, dari parpol pengusung Bu Risma juga tidak dipersiapkan, selama ini juga masih pecah dukungan,” jelasnya.(bm)