PGRI Sidoarjo Meminta Pertimbangkan Ulang Pembatalan PTM

oleh -75 Dilihat
oleh
Drs. Edy Wuryanto, M.Pd., M.M. Ketua PGRI Kabupaten Sidoarjo

SIDOARJO, PETISI.CO – Menanggapi surat edaran Bupati Sidoarjo terkait penundaan proses belajar mengajar melalui Pembelajaran Tatap Muka (PTM), Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kab Sidoarjo meminta agar dipertimbangkan ulang tentang pembatalan PTM tersebut. Karena siswa sudah jenuh menggunakan metode pembelajaran daring.

Edy Wuryanto, Ketua PGRI Sidoarjo, yang meminta PTM tetap dilakukan dengan cara terbatas. Yang artinya pembelajaran di sekolah hanya dilakukan beberapa hari saja dalam 1 minggu.

“Yang dimaksud PTM terbatas itu adalah kombinasi antara tatap muka dengan daring. Karena metode ini merupakan jalan tengah untuk menjembatani antara kekhawatiran terhadap kesehatan fisik siswa dan guru dengan kondisi anak yang sekarang dalam titik kejenuhan,” tuturnya saat dikonfirmasi media, Rabu (23/06/2021) di kantor PGRI Kab Sidoarjo.

Ia juga menyampaikan bahwa pembelajaran daring itu sudah berlangsung 18 bulan lamanya, tidak hanya siswa tapi orang tua juga mengalami kejenuhan.

Sedangkan, PTM terbatas ini sebenarnya sudah dalam beberapa bulan terakhir sudah melakukan uji coba di Pendidikan formal Kota Delta. Dan dari hasil evaluasi yang dilakukannya, hasilnya jauh lebih efektif ketimbang pemberlakukan sistem daring secara penuh sebagaimana yang dilakukan saat ini.

“Anak-anak sudah ingin masuk sekolah. Begitu juga dengan orang tua. Hampir 100 persen orang tua sudah menyatakan persetujuan mereka untuk pelaksanaan PTM terbatas,” ungkapnya.

Menurutnya, yang perlu disadari bahwa proses pendidikan tidak sekedar melakukan transfer of knowlegde tapi juga pembelajaran terkait sikap dan perilaku siswa sehari-hari.

Ketiga value itulah yang tidak bisa dimaksimalkan saat melakukan pembelajaran daring, terutama hal yang kedua dan ketiga,” kata Edy lagi.

Jika faktor-faktor ini diabaikan, ia khawatir para siswa akan kehilangan kesempatan untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman sebayanya. “Di rumah mereka memang bisa tetap bermain dan belajar dengan tetangganya, tapi usia dan tingkat pendidikannya kan berbeda,” tuturnya. (try)

No More Posts Available.

No more pages to load.