Satgas Covid-19 Jatim Tak Ingin Terjadi Klaster Penyebaran Baru di Sekolah

oleh -99 Dilihat
oleh
Dokter Joni (kanan) saat memberikan keterangan pers di Grahadi.

SURABAYA, PETISI.CO – Ketua Rumpun Kuratif Satgas Penanganan Covid-19 Jatim, dr Joni Wahyuadi mengingatkan, pembukaan sekolah tatap muka harus menunggu wilayah tersebut menjadi zona hijau.

“Kita tidak ingin terjadi klaster penyebaran baru Covid-19 di sekolah,” tegasnya kepada wartawan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (8/8/2020) malam

Menurutnya, pembukaan sekolah tatap muka di daerah sebaiknya statusnya harus hijau dulu. Rate of Transmision (Rt) harus di bawah 1. Artinya, penularan turun atau tidak ada case, sehingga kans timbulnya penyakit itu kecil.

“Kita harus belajar dari pengalaman China saat membuka pendidikan tatap muka. Meski dibuka dengan protokol ketat, justru masih ditemukan penyebaran kasus baru,” ungkapnya.

Seperti diketahui, Pemerintah mengeluarkan penyesuaian zonasi untuk pembelajaran tatap muka. Dalam perubahan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri ini, izin pembelajaran tatap muka diperluas ke zona kuning dari sebelumnya hanya di zona hijau.

Prosedur pengambilan keputusan pembelajaran tatap muka tetap dilakukan secara bertingkat seperti pada SKB sebelumnya. Pemda/kantor/kanwil Kemenag dan sekolah memiliki kewenangan penuh untuk menentukan apakah daerah atau sekolahnya dapat mulai melakukan pembelajaran tatap muka.

Dokter Joni menjelaskan, kasus pada anak-anak memang rendah di Jatim. Case pada anak-anak tidak banyak. Namun, jika dibuka tanpa mempertimbangkan kajian epidemiologi akan sangat berbahaya.

“Ada perbedaan klinis antara anak-anak dengan orang dewasa, sehingga harus hati-hati. Ini karena penerapan protokol kesehatan pada anak-anak sangat sulit. Mereka kan kalau udah ketemu temannya seperti itu, makanya harus hati-hati,” ungkapnya.

Karena itu, dia menyarankan jika sekolah hendak dibuka, maka harus dilakukan prakondisi terlebih dahulu. Hal ini dengan melakukan simulasi dengan melihat perilaku anak-anak, adanya proteksi ketat dan evaluasi.

Selain itu, evaluasi ini dilakukan dengan sistem periodisasi testing untuk memastikan apakah ada kasus konfirmasi baru atau tidak. Apabila tidak ada, maka sekolah bisa mulai dibuka.

“Anak-anak gejala tidak terlalu khas, jadi harus hati-hati. Bahkan, Ikatan Dokter Anak Indonesia mengatakan harus hati-hati,” tandasnya. (bm)

No More Posts Available.

No more pages to load.