Sempat Dipenuhi Busa, Wawali Kota Surabaya Sidak Sungai Tambak Wedi

oleh -79 Dilihat
oleh
Wawali Kota Surabaya, Armuji bersama jajarannya melakukan sidak ke Sungai Tambak Wedi, Kenjeran.

SURABAYA, PETISI.CO – Wakil Wali (Wawali) Kota Surabaya, Armuji meninjau kondisi Sungai Tambak Wedi, Kenjeran, Surabaya yang beberapa waktu lalu sempat dipenuhi busa.

Fenomena itu disinyalir akibat limbah rumah tangga yang bercampur dengan air sungai, kemudian ketika pompa air yang terletak di sekitar Sungai Tambak Wedi beroperasi, maka akan memunculkan busa yang naik ke permukaan sungai.

Lebih lanjut, timbulnya busa di sungai Tambak Wedi juga terjadi di rumah pompa lain seperti di Wonorejo. Ketika turun hujan dan rumah pompa dinyalakan, maka otomatis busa akan timbul.

“Karena itu sedimennya itu diatasi (dikeruk) dulu, supaya ketika pompa dijalankan biar tidak tercampur jadi satu,” kata Armuji, Rabu (23/3/2021).

Menurutnya, dampak limbah yang tak melewati proses filtrasi atau penyaringan dapat menimbulkan pencemaran air dan berimbas pada rusaknya ekosistem lingkungan.

“Kalau bahaya pasti bahaya, mungkin terhadap ikan. Karena ini limbah cair maka paling tidak di lingkungan ini kan bau. Nah, bau ini kan tidak nyaman bagi penduduk,” terang dia.

Guna mengantisipasi kejadian serupa pihaknya sudah menjalin koordinasi dengan sejumlah pihaknya, seperti warga dan penggiat lingkungan.

“Kemarin kita sudah koordinasi dengan ecoton. Dimana salah satunya mengantisipasi pencemaran limbah air ini,” jelasnya.

Karena itu, pihaknya turut mengimbau masyarakat agar tidak lagi membuang limbah rumah tangga seperti detergen di sungai.

“Kita akan mengingatkan RT/RW supaya mereka juga memberikan pengertian kepada warga sekitar,” ucapnya.

Sementara itu, Kasi Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Ulfiani Ekasari sebelumnya menjelaskan, bahwa busa yang muncul di sungai Tambak Wedi karena penyebab adanya zat yang di dalamnya terdapat kandungan surfaktan. Zat tersebut bisa berasal dari detergen maupun organik.

“Nah, surfaktan ini akan menurunkan tegangan permukaan ketika ada pengadukan atau misal dari pompa yang jalan dan sebagainya. Jadi karena ada polutan yang masuk terutama dari organik detergen, sehingga kalau ada pengadukan itu timbul busa,” kata Ulfi.

Menurut Ulfiani, upaya yang paling efektif untuk mengendalikan pencemaran di sungai dilakukan melalui sumbernya, yakni rumah tangga. Apalagi sungai di Surabaya berada di muara, sehingga pengendaliannya dibutuhkan sinergi antara pemangku wilayah.

“Kalau terkait dengan sungai kita tidak bisa kerja sendiri, karena harus menyeluruh dengan bupati atau kota lain. Karena (sungai) kita (Surabaya) kan khususnya di hilir,” pungkasnya. (nan)

No More Posts Available.

No more pages to load.