Silaturahmi Lintas Agama Romo Keuskupan Surabaya Sempatkan Ziarah ke Makam Mbah Lamong

oleh -70 Dilihat
oleh
Romo Bowo dan Rombongan Ziarah ke Makam Mbah Lamong pendiri Kab. Lamongan.

LAMONGAN, PETISI.CO – Membangun sebuah negara atau daerah diperlukan semangat saling memiliki yang tinggi dari setiap elemen anak bangsa, dengan cara membangun kebhinekaan yang ada di Lamongan dengan cara menjalin silaturahmi lintas agama.

Pesan itu disampaikan oleh Romo RD. Skolatikus Agus Wibowo sebagai Romo Vikep Surabaya Barat saat ziarah religi ke Makam pendiri Kabupaten Lamongan Raden Tumenggung Ronggohdi, Jumat (6/11/20) di Kel. Tumenggungan, Kec. Lamongan.

Menurut Romo Bowo, pihaknya “Tilik Sedulur Lamongan”, yang di dalamnya terdapat banyak hal yang perlu saya pelajari. Dengan teman-teman lintas agama terutama dengan Pak Nur Salim dan yang lainnya ini adalah semangat bagi kami.

“Saya sebagai Romo Piket Surabaya Barat yang menaungi beberapa Paroki itu melihat, hubungan lintas agama perlu disemangati dan digiatkan. Karena ini bisa menyatukan masyarakat dalam membangun negara lebih baik,” ungkapnya.

Dan tadi kami juga berbicara tentang Lamongan memang penting dikembangkan banyak hal. “Terutama Kebhinekaan. Karena kebhinekaan ini yang menjadi ruh dari nusantara, dan itu juga bisa ada di Lamongan,” tambahnya.

Dan ini yang harus kita promosikan tentang arti kebhinekaan itu, karena hidup berdampingan satu dengan yang lain sudah diajarkan nenek moyang kita.

Kemudian kunjungan religi di makam Mbah Lamong dan Mbah Sabilan ini, dalam bahasa Jawanya, saya harus sowan dulu pada pendiri Kab. Lamongan.

“Untuk secara sosial ini adalah memenuhi traktat sebagai bentuk spiritualitas sosial dari saya sebagai pengggiat kebudayaan, juga lelaku keanekaragaman penggiat lintas iman,” akunya.

Romo Bowo juga membeberkan, dengan ziarah ini paling tidak menghargai situs yang ada, dimana orang mengapresiasi kekayaan religi yang terkandung di dalamnya.

“Selain itu saya harus datang ke maqom sesepuh yang lain seperti Makam Mbah Alun di Desa Balun, Kec. Turi, yang artinya pendiri kampung atau daerah yang dalam bahasa kami, di situ ada jejak jejak spiritualitas, maupun religi yang perlu kami dalami,” tandasnya. (ak)

No More Posts Available.

No more pages to load.