Mempertanyakan Sumbangsih Anak Muda Bagi Bangsa

oleh -186 Dilihat
oleh
Oleh : Thoriq Ghozali*

“Demonstrasi itulah perwujudan sumbangsih kaum muda untuk memperbaiki kondisi bangsa“.

Opini yang saya buat ini sebagai bentuk kekecewaan selaku anak muda terhadap pernyataan yang dikeluarkan oleh salah satu tokoh publik yang seharusnya menjadi contoh setiap tingkah laku dan tutur katanya.

“Saya mau tanya, hari ini apa sumbangsihnya generasi milenial (anak muda) yang sudah tahu teknologi membuat kita sudah viral dan tanpa harus bertatap langsung?” ujar Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam peresmian virtual kantor PDIP pada 28 Oktober 2020.

Pernyataan itu ditujukan kepada Presiden Joko Widodo agar tidak memanjakan generasi milenial. Bukan hanya itu saja, Mantan Presiden ke 5 RI ini juga menyinggung soal generasi milenial yang hanya bisa berdemontrasi dan merusak fasilitas.

“Masa (generasi milenial) hanya demo saja. Nanti saya di-bully ini, tapi saya nggak peduli. Hanya demo saja merusak. Apakah ada aturan dalam berdemo? Boleh saya kalau mau debat?“, imbuh Presiden ke – 5 RI itu.

Menurut saya pribadi, tak etis seorang tokoh nasional memberikan statement yang seolah-olah tidak adanya peran generasi milenial untuk memberikan sumbangsih terhadap bangsa Indonesia. Bahkan itu juga diartikan sebagai bentuk ketidakpercayaan Bu Mega terhadap generasi milenial.

Padahal, generasi milenial adalah calon pemimpin bangsa ke depannya, jika ketidakpercayaan ini sudah muncul terhadap generasi milenial, bagaimana nasib Indonesia ke depannya?  Toh, para tokoh nasional tak percaya sumbangsih generasi milenial.

Pernyataan yang disampaikan Bu Mega seharusnya dipertanggungjawabkan di depan publik. Karena menurut saya, beliau hanya melihat dari sudut pandang satu hal saja, tanpa melihat ribuan sudut pandang yang lain.

Sebagai contoh, Adamas Belva Syah Devara mantan Staf  Khusus Milenial Presiden Joko Widodo yang berhasil menciptakan di bidang teknologi dengan meluncurkan aplikasi Ruangguru. Bukan hanya itu, Belva (sapaan akrabnya) sukses meraih penghargaan sebagai alumni terbaik di Harvard Kennedy School, salah satu Perguruan Tinggi di Harvard University. Belva menjadi satu dari lima alumni terbaik tersebut. Istimewanya, kesemua peraih predikat alumni terbaik itu berkwarganegaraan Amerika, hanya Belva satu-satunya berasal dari luar Amerika.

Penghargaan ini rutin dilakukan setiap tahun oleh Dewan Alumni Harvard Kennedy School memilih 5 orang alumni terbaik yang telah berkontribusi di komunitas global yang terbagi di berbagai kategori.

Mungkin ini hanya salah satu contoh dari jutaan anak muda yang memiliki kompetensi untuk mengharumkan nama bangsa. Mereka semua punya kesempatan yang sama untuk melakukan terobosan dan perbaikan di semua lini kehidupan.

Sebelum melanjutkan opini ini, saya teringat perkataan dari tokoh Proklamator Indonesia Ir. Soekarno yang mengatakan bahwa, “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang Merdeka!“.

Dari perkataan beliau, bisa dikaitkan dengan pernyataan Bu Mega yang memiliki arti ketidakpercayannya terhadap anak muda, sehingga beranggapan bahwa anak muda tak mempunyai kontribusi apa-apa bagi bangsa Indonesia.

Untuk permasalahan demostrasi oleh mahasiswa yang merusak beberapa fasilitas public, itu pun tidak bisa seenaknya menyalahkan mahasiswa yang berdemo. Bahkan, Koordinator Aliansi BEM SI Remy Hastian mengatakan, bahwa mahasiswa seluruh Indonesia tak ada keinginan untuk rusuh saat berdemontrasi, mereka semua berjuang dengan tulus atas nama rakyat Indonesia yang memperjuangkan keadilan, malah disudutkan begitu saja oleh Bu Mega, “Mereka yang berjuang dengan tulus, mau dibawa kemana? Kami tak ada keinginan rusuh buat demo, malah disudutkan begitu sama Bu Mega,“ kata Remy saat diwawancarai oleh wartawan Tirto.

Di akhir opini ini, saya ingin mengutarakan, bahwa jika Bu Mega mengatakan bahwa generasi milenial hanya bisa berdemontrasi dan tidak memberikan sumbangsih kepada bangsa, maka ingin saya katakana, bahwa ‘demonstrasi itulah salah satu bentuk sumbangsih anak muda untuk memperbaiki kondisi bangsa’.

Terkait perusakan fasilitas publik yang ada, itu tak sepenuhnya salah mahasiswa atau peserta demonstrasi, bisa saja seperti apa yang dijelaskan dalam video yang dibuat Tim Buka Mata Narasi dengan judul “62 Menit Operasi Pembakaran Halte Sarinah“, saat demonstrasi UU Cipta Kerja di Jakarta.

Tim Buka Mata Narasi mensinyalir, ada 7 oknum yang datang secara berkelompok dan berniat untuk membakar Halte Trans Jakarta dan memperburuk situasi aksi demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja.

Memang, kebenaran itu sifatnya relatif, mungkin benar menurut anak muda, tetapi belum tentu benar menurut pemerintah. Tetapi sebagai Tokoh Nasional yang tingkah lakunya dan tutur katanya diperhatikan oleh masyarakat luas, sebaiknya digunakan untuk menyemangati anak muda supaya semakin bersemangat dalam memberikan terobosan dan kemajuan bagi negeri kita tercinta.

Bukan malah menyudutkan, bahkan menyalahkan anak muda disetiap kejadian buruk terjadi. Mari kita bersatu padu, bersama-sama mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Hidup Anak Muda!(#)

*)penulis adalah pendiri Komunitas Lingkar Muda dan mahasiswa di Universitas Airlangga

No More Posts Available.

No more pages to load.